Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 251. Terhempas Ke Atas Lantai



III 251. Terhempas Ke Atas Lantai

0Tiga mobil berpacu dengan waktu demi untuk memutuskan, mobil siapa yang sampai lebih dulu ke perusahan Dave Kingstone. Apakah mobil si perempuan penggoda, pemilik perusahaan, atau istri dari pemilik perusahaan?     
0

-----     

"Tuan, aku sudah menemukan siapa dalang dibalik penculikan nona Calista. Dia adalah Dave Kingstone." Ivan yang bertugas menjaga Calista dua puluh empat jam, melaporkan hasil temuannya lewat pesan tertulis pada bosnya, Darren. Saat Ivan berada dirumah sambil menjaga Calista, pria itu membuka laptopnya dan melakukan penyelidikan tentang penculikan yang dialami Calista terakhir kali.     

Sayangnya, pesan itu tidak langsung terbaca karena si pemilik telpon sedang memimpin rapat penting yang dipastikan berjalan lama, minimal 5 jam.     

Sementara itu di tempat lain, mobil yang ditumpangi Dian sudah tiba di depan lobi gedung perkantoran milik Kingstone. Dian langsung berjalan melewati penjagaan dan pintu check in karena kini semua orang sudah tahu siapa istri bos mereka. Tidak ada lagi yang berani menahan dan mengganggu dirinya. Semua tunduk dan hormat pada perempuan yang dengan ramahnya menyapa semua orang yang dilewatinya.     

Dian menuju lift khusus yang langsung membawa ke lantai paling tinggi milik suaminya tanpa berhenti di lantai lain.     

TING!     

Pintu lift pun terbuka dan perempuan cantik sederhana ini berjalan menuju kantor suaminya. Kebetulan tidak ada sekretarisnya yang biasa duduk tidak jauh dari kantor Dave. Dian pun tanpa mengetuk pintu lagi, langsung masuk dan membuka pintu ruangan sang suami.     

Namun, bagaikan disambar petir di siang bolong, Dian melihat suaminya sedang bergumul mesra dengan perempuan seksi yang tubuh bagian atasnya tinggal menyisakan bra. Sedangkan, kemeja sang suami sudah terbuka semua kancingnya sehingga menampakkan dada kokohnya yang terpampang sempurna. Kue yang dibawa Dian terhempas ke atas lantai tanpa Dian sadari.     

"Sayang," Dave terkejut mendapati istrinya ada didepan pintu dengan tangan menutup mulutnya. "Ini tidak seperti yang kamu lihat." Dave mendorong tubuh Gladys yang bibirnya masih menyunggingkan senyuman sinis. Dian berlari keluar ruangan dengan membawa luka di hati yang tidak terperikan lagi. Perempuan hamil itu memencet tombol lift berulang-ulang sebelum Dave berhasil mengejarnya.     

Akhirnya pintu lift pun terbuka dan hanya berselang satu detik Dave berhasil mengejarnya. Namun sayang, pintu lift itu pun menutup kembali. Pria yang terkena jebakan perempuan penggoda itu memukul berulang-ulang pintu lift yang tertutup dengan sekeras-kerasnya. Istrinya sedang hamil dan sekarang dia melihat adegan yang tidak senonoh didepan matanya.     

Perempuan hamil itupun menangis histeris didalam lift meratapi nasibnya yang bersuamikan playboy dan ternyata belum berubah sifatnya dari dulu. Entah dibelakangnya sudah berapa kali Dave bermain dengan banyak wanita lain. Dia selalu manis dan romantis di rumah, tapi diluar ternyata masih suka menebar pesona dan bercinta dengan banyak wanita.     

Dian segera menghapus air matanya sebelum pintu lift terbuka. Dengan sikap seperti tidak terjadi apa-apa, Dian berdiri tegak dan menahan sesak didada. Pintu lift pun terbuka dan dia keluar. Namun, dia tidak menuju mobil yang dia tumpangi sebelumnya. Tampak Feni dja supir yang menunggu Dian di lobi keluar dari mobil dan sedang mencari keberadaanya.     

Pria itu pasti sudah menghubungi supirnya untuk jangan pergi dulu. Dian bersembunyi dan berjalan mengendap-endap lewat pintu belakang. Dia tidak ingin bertemu suaminya dan mendengarkan penjelasan apapun saat ini. Yang dia butuhkan sekarang adalah menenangkan pikiran. Dian menelpon Calista dan mengatakan akan terlambat datang.     

Sejujurnya, Dian ingin pergi menjauh dari Dave saat ini. Dia ingin menyendiri. Dian membuka telponnya dan mengeluarkan penyadap yang dipasang Dave dan nomer kartu yang ada didalamnya. Dian ingin kabur lagi, untuk kedua kalinya.     

Calista menerima pesan singkat itu dengan menghela napas sambil tersenyum. Namun selang lima belas menit kemudian, Calista menerima telpon masuk dari nomer tidak dikenal.     

"Calista, ini aku. Dian."     

Calista mengerutkan kening. Dian?     

"Dian, kamu dimana? Jangan bilang kalau kamu kabur lagi." Calista spontan berdiri karena mendengar suara temannya yang sesenggukan seperti habis menangis.     

"Calista, aku butuh tempat untuk menenangkan diri. Tapi aku tidak punya uang tunai saat ini. Aku capek begini terus. Huhuhu ..." Dian menangis mengusap air matanya yang jatuh mengalis deras di pipinya.     

"Kamu dimana, sayang? Biar aku menjemputmu sekarang." Ucap Calista sedikit panik. Pertemuan mereka yang seharusnya berjalan lancar, kini berubah menjadi kepanikan.     

"Aku didalam toilet di sebuah mal dekat kantor suamiku. Aku akan kirimkan lokasi ku. Tolong jemput aku sekarang. Apakah bisa?" Masih dengan nada sesenggukan, Dian mencoba menenangkan hatinya agar bisa berbicara dengan lancar.     

"Bisa bisa, kamu tunggu aku disana. Jangan kemana-mana ya." Calista berkata dan Dian pun menutup telpon. Perempuan yang melarikan diri dari suaminya untuk kedua kalinya itu, membeli nomer baru di konter yang ada didalam mal sehingga dia bisa menghubungi Calista.     

Sambil menunggu, Dian memandangi wajahnya dari pantulan cermin kamar mandi. Betapa bodohnya dia mudah tergoda dengan sikap manis dan hangatnya pria playboy dan liar itu. Dian mengira Dave telah berubah, namun kenyataanya didepan matanya sendiri, dia melihat pria itu nyaris bercinta bahkan di kantor yang siapa saja bisa masuk. Dian menghela napasnya dalam-dalam. Akankah kali ini dia akan tertangkap lagi? Mau sampai kapan pelarian ini bertahan? Dian tidak punya siapa-siapa didunia ini untuk berlindung.     

Setengah jam yang lalu     

Setelah tidak berhasil mengejar Dian, Dave segera menggunakan lift lainnya dan bergerak secepat mungkin mendapatkan kembali istrinya bagaimanapun caranya. Dia tahu kalau Dian sedang emosi pasti melarikan diri. Begitu sampai di lobi, dia mendapati supirnya dan Feni sedang berdiri sambil sesekali lehernya memanjang seolah-olah sedang menunggu seseorang.     

"Dimana dia?" Dave langsung menghampiri dua orangnya tersebut.     

"Nyonya tidak keluar dari pintu ini, tuan." Feni menjawab dengan panik.     

"SIAL! Kemana lagi dia akan pergi kali ini? Kalian cari terus sekitar gedung ini. Dia tidak akan lari jauh." Feni segera berpencar menuju arah lain sementara supir tersebut memarkirkan mobilnya ke tempat lain yang tidak mengganggu mobil lain.     

Dave tidak bisa menghubungi Dian. Telponnya tidak bisa dihubungi. Alat pelacaknya pun tidak berfungsi. Dia tahu kalau istrinya pasti membuang semuanya. Dengan rambut acak-acakkan, Dave berlari menuju pintu belakang. Semua karyawan yang melihatnya tidak berani bertanya. Mereka dilanda kebingungan mengenai apa yang terjadi dengan bos mereka.     

Tepat ketika pria dengan rambut sebahu itu menyeberang ke arah gedung lain, tiba-tiba dia melihat sekelebat Calista lewat dengan kaca jendela dibuka. Dave spontant melebarkan matanya dan mengikuti mobil itu yang masuk kedalam area mall.     

Dengan diam-diam Dave mengikuti Calista turun dari mobil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.