Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 198. Aku Tidak Mau Ketularan



II 198. Aku Tidak Mau Ketularan

0Tampak kelelahan yang amat sangat tergambar di wajah Darren. Pria itu butuh istirahat cukup namun dia tidak ingin meninggalkan Calista seorang diri. Kelak perawat yang dia sudah sewa akan segera dia pekerjakan setelah perawat itu keluar dari tempat lamanya.     
0

"Tuan, istirahat saja dulu di kamar. Aku akan menunggu nyonya di ruangan ini. Nanti kalau ada kabar, aku infokan ke tuan. Tuan Darren sangat lelah." Ujar Hera. Melihat kondisi Darren yang suntuk dan lelah luar biasa, siapapun tahu kalau pria itu butuh istirahat sejenak sekedar memejamkan mata.     

"Baiklah, aku akan tidur satu jam saja. Langsung bangunkan aku begitu Calista siuman." Ujar Darren. Ya, dia perlu istirahat untuk memulihkan tubuhnya sehingga dia bisa memberi pelajaran pada orang-orang telah mencelakai istrinya.     

-----     

"Sayang, sekarang sudah hari keberapa?" Dave yang sedang makan malam berdua dengan sang istri di meja makan kediamannya, tiba-tiba melayangkan pertanyaan sambil mengangkat gelas berisi air mineral. Dian yang baru saja menyuap makanan kedalam mulutnya, mendadak tersedak dan meraih gelas untuk memudahkan makanan masuk kedalam tenggorokan.     

"Hari apa?" Dian balik bertanya lagi pura-pura tidak tahu.     

"Huh, hari dimana aku berpuasa. Aku sudah lama ingin mengeluarkan didalam." Dengan senyum memikat bak iblis yang turun ke bumi, ucapan Dave membuat Dian menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang didengarnya.     

"Aku rasa kamu harus ke dokter. Karena kamu punya penyakit harus 'bercinta' setiap hari." Dian melembutkan suaranya ketika mengatakan 'bercinta' karena malu bila terdengar pelayan dirumahnya.     

"No no, bukan setiap hari, tapi setiap saat. Vitalitasku sangat prima jadi aku butuh penyaluran setiap saat." Ujar Dave tanpa malu-malu dan basa-basi.     

Dian tersenyum tipis mendengarnya.     

"Kenapa kamu tersenyum?" Dave mengernyitkan alis.     

"Tidak ada. Aku sudah kenyang. Maaf, aku duluan." Dian memundurkan kursi dan melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dave melihat dengan mata tajam dan sendok terayun di udara serta dagu dimiringkan. "Maksud dia apa sebenarnya?" Dave pun bergegas menyusul sang istri sambil berlari-lari kecil.     

"Tunggu, kamu katakan padaku apa yang lucu sehingga membuatmu tersenyum aneh begitu." Dave menghampiri Dian yang menuju lemari dan mengambil pakaian ganti piyama. Dian yang acuh, mengabaikan pertanyaan Dave dan berjalan menuju kamar mandi. Namun, ketika perempuan itu hendak melangkahkan kakinya, tangannya ditarik oleh Dave dengan cepat. Dave merapatkan tubuh Dian ke pintu lemari dan kedua tangan Dave mengukungnya di sisi kanan kiri.     

"Jangan buat aku penasaran. Kamu tahu dengan jelas apa yang akan aku lakukan kalau aku penasaran." Pria yang mengikat rambut panjangnya ke atas itu, berbisik di telinga Dian.     

"Aku mau ganti baju. Nanti aku kasih tahu kenapa aku tersenyum, okay?" Sekali lagi Dian mencoba menghindar namun percuma saja, kedua tangan Dave terlalu kokoh untuk diruntuhkan. Dave menatap wajah Dian, meminta saat ini juga pernyataanya.     

"Baiklah, tapi lepaskan tanganmu dulu." Dian berkata. Namun, sekali lagi Dave tidak bergerak. Dian menghela napas pasrah. Sungguh pria ini sangat keras kepala jika punya kemauan.     

"Huft, Dave, kamu bilang kalau vitalitasmu sangat prima dan butuh penyaluran setiap saat. Namun, ada masa dimana seorang wanita butuh istirahat satu minggu dalam satu bulan. Kamu tahu kan apa itu? Nah, jika kamu bilang butuh penyaluran setiap saat, artinya seorang wanita tidak akan cukup. Apa kamu mau punya istri banyak? Atau bermain wanita tanpa menikahinya?" Dian mencari jawaban di sorot mata Dave yang awalnya diam memicingkan mata, namun tidak berapa lama bibirnya menyunggingkan senyuman nakal.     

"Hahaha, jadi maksudmu, aku akan bercinta setiap hari dengan perempuan manapun, begitu?" Jawab Dave sambil melepas kungkungan tangannya.     

"Bukankah sudah jelas? Aku tidak akan keberatan kalau kamu bermain dengan wanita manapun. Tapi, aku pastikan, aku tidak akan mau kamu sentuh lagi sampai kapanpun. Karena aku tidak mau ketularan penyakit bergonta-ganti pasangan." Dian mendelikkan matanya dan berjalan cepat menuju kamar mandi dan menguncinya.     

Dave yang mendengar ucapan Dian, sempat takjub dibuatnya. Sesaat dia terpana, namun kemudian ada secercah rasa haru dan senang dalam dirinya, entah apa itu. Sementara itu, Dian didalam kamar mandi merasakan jantungnya berdegup kencang. Entah kenapa dia bisa berkata sebanyak itu dan sefrontal itu.     

Tok tok tok …     

"Sayang, kamu sudah selesai? Ada berita buruk!" Dave mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi meminta Dian untuk keluar.     

Dian segera buru-buru memakai piyamanya dan membuka pintu kamar mandi.     

"Ada apa?" Dian menghampiri Dave yang sedang menggenggam ponselnya dan membaca sesuatu di layar benda berbentuk persegi tersebut.     

Dave menyerahkan telpon genggamnya kepada sang istri. Dian meraih dan membacanya. Matanya sontak melebar ketika membaca headline yang ada di portal berita terkini itu. "SIANG TADI, ISTRI DARI PENGUSAHA MUDA DARREN ANDERSON MENGALAMI PEMBACOKAN DIDALAM KANTOR SANG SUAMI'     

Dian hampir saja menjatuhkan ponsel sang suami, beruntung Dave bisa menggapainya secepat mungkin.     

"Aku mau ke rumah sakit. Aku harus menjenguk temanku." Dian bingung tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Kedua tangannya memegang kepala dan dia pun mencari-cari dimana tas selempangnya.     

"Ini sudah malam. Besok kita kerumah sakit. Temanmu pasti sudah mendapatkan perawatan khusus. Suaminya pasti sudah memberikan pelayanan terbaik untuk istrinya." Dave menarik tangan Dian dan mencoba menenangkannya.     

"Tapi, aku ingin tahu keadaan Calista bagaimana. Aku teman satu-satunya yang dia miliki." Dian meronta minta dilepaskan.     

"Aku akan menyuruh anak buahku untuk mencari tahu kabarnya di rumah sakit. Dalam waktu satu jam, kamu akan dapat hasilnya. Sekarang sudah malam dan kamu tidak aku ijinkan kemana-mana. Besok baru kita jenguk ke rumah sakit. Okay?" Dave memegang kepala Dian untuk menenangkan sang istri yang air matanya mudah jatuh.     

"Janji antarkan aku besok ya." Jawab Dian sambil menatap wajah sang suami.     

"Aku janji. Sekarang kita tunggu sambil rebahan." Dave menggandeng tangan Dian dan menyingkirkan tas yang sudah trersangkut di bahunya. Apa yang dipikirkan perempuan ini, memakai piyama di malam hari ingin keluar rumah. Batin Dave.     

Dave dan Dian pun menunggu kabar dari anak buah Dave diatas kasur. Dave menyalakan TV sementara Dian duduk terdiam tidak tahu harus berkata apa. Pikirannya mengembara ke pertemuan pertama dengan sahabatnya itu.     

Calista yang cantik dan supel, harus menerima nasib dengan kehidupan keras merantau ke Jakarta bermodalkan tekad yang kuat ingin kuliah sambil bekerja. Mereka pun bertemu di tempat perekrutan perusahaan The Anderson Group dengan melamar menjadi office girl. Calista memanfaatkan ijazah SMA nya sebagai seorang tukang bersih-bersih. Temannya itu tidak gengsi dan malu untuk bekerja apa saja selama halal. Bahkan, dia pun sering mengambil jatah lembur demi bayaran lebih besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.