Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 125. Kehilangan Jejak



II 125. Kehilangan Jejak

0Setelah perceraiannya dengan Donni, Britney mengira dengan Dave dunia akan lebih indah karena dia bisa bebas melakukan apapun. Nyatanya, Dave selalu menolaknya dan tidak menginginkan dirinya. Britney curiga, Dave punya perempuan lain sehingga tidak peduli lagi pada dirinya.     
0

Dave menatap Britney dengan pandangan tajam. Rahangnya mengeras dan senyum sinis terbit dari bibirnya.     

"Tapi sekarang kamu sudah hidup enak kan? Dengan banyak warisan dari mantan suamimu yang kamu terima, kamu bisa mendapatkan lelaki manapun. Jangan ganggu aku lagi! Kalau aku mau, aku bisa pergi kemanapun. Aku tidak suka dipaksa. Aku lebih suka memaksa!" Dave mengangkat dagu perempuan mungil tersebut dan menghempaskannya. Britney hampir terjatuh ke lantai karpet, andaikan dia tidak segera berpegangan ke kursi. Dave berjalan dengan santai dengan langkah panjangnya dan meninggalkan Britney seorang diri.     

Britney mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya. "Sial, pasti pria itu telah menemukan perempuan yang menjadi simpanan barunya. Awas saja! Aku akan hancurkan hubungan kalian!" Britney memutuskan untuk mengikuti Dave dan mencari tahu penyebab pria itu mengabaikan dirinya.     

Mobil sport merah melesat kencang menembus gelapnya malam. Jalan raya mulai berkurang kepadatannya. Semua orang sepertinya sudah berlomba-lomba pulang lebih cepat untuk berkumpul dengan keluarganya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, lebih telat 2 jam dari yang dijanjikan Dave ke Dian, istri rahasianya. Pekerjaan yang tak kunjung usai, membuatnya sangat amat telat untuk keluar kantor.     

Tanpa pria ini sadari, ada mobil kecil bercirikan sangat feminine dengan warna pink menyala sedang mengikuti mobilnya dari jarak agak jauh. Perempuan didalam mobil tersebut fokus membuntuti targetnya dengan berjuta prasangka di benaknya.     

Mobil yang dikendarai Dave masuk kedalam pintu tol dan mengarah menuju luar kota. Britney mengernyitkan keningnya. Kemana sebenarnya tujuan Dave? Bukankah apartemennya didekat kantor? Kemana dia sebenarnya pergi? Britney semakin yakin kalau Dave kini sudah memiliki perempuan lain sehingga dirinya diabaikan.     

Perempuan mungil itu berusaha untuk tidak ketinggalan jejak Dave karena pria itu lihai mengemudikan kendaraan di jalan raya, apalagi kondisi jalanan yang sudah sepi lengang. Semakin jauh mobil Dave meninggalkan Jakarta, Britney semakin curiga Dave benar-benar menyembunyikan perempuan lain.     

Setelah hampir 1 jam lamanya berkendara, akhirnya mobil Britney mengarah ke sebuah komplek perumahan mewah.     

"Sial! Aku kehilangan jejak gara-gara terima telpon tadi." Britney merutuki dirinya yang kehilangan jejak Dave karena teman-teman clubbingnya menelpon menanyakan keberadaan dirinya yang tidak kunjung muncul di diskotek langganan mereka.     

Mobil Britney berjalan pelan menyusuri komplek perumahan ini. Dia yakin tadi masih melihat ekor mobil Dave masuk ke perumahan ini. Jam yang sudahh semakin malam membuat Britney sedikit merinding ngeri, membayangkan seorang diri berkendara di jalanan sepi seperti ini mencari sesuatu yang belum jelas.     

Britney kesal bukan main karena setelah berputar-putar keliling komplek beberapa kali, dia tidak kunjung mendapati mobil Dave sama sekali.     

Di tempat berbeda, seorang pria menyeringai sinis. Dirinya hampir saja ketahuan rumahnya. Dave baru menyadari kehadiran mobil Britney yang membuntutinya saat mobilnya keluar pintu tol. Karena tidak ada mobil lain dibelakang Dave, sehingga mobil Britney terlihat jelas dari kaca spionnya. Dengan seringaian sinisnya, Dave melaju meninggalkan komplek perumahan tersebut menuju cluster paling mewah yang ada di perumahan itu, yang jaraknya lebih jauh dari tempat Britney masuk mutar-mutar.     

Mobil yang dikendarai Dave akhirnya sampai juga di depan sebuah rumah paling besar, setelah pintu gerbang tinggi menjulang dibuka. Dave melihat arloji ditangannya, jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Sangat amat terlambat untuk sebuah makan malam. Dave menghela napasnya dengan kasar.     

Kedua kakinya melangkah masuk dan di depan pintu disambut oleh Feni, pelayan baru yang direkomendasikan Dona, kakak dari pelayan ini.     

"Selamat malam tuan." Feni menyambut Dave dengan tatapan penuh hasrat dan suara yang dibuat manja.     

Dave tidak mempedulikan Feni dan terus berjalan menuju meja makan.     

"Makanannya sudah dingin. Mau saya hangatkan, tuan?" Sekali lagi Feni berusaha mencari perhatian tuan majikannya yang dimata Feni sangat tampan dan berkharisma. Dia belum pernah melihat pria setampan Dave sebelumnya.     

Dave mengibaskan tangan tanda tidak dan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Feni mengerucutkan bibirnya kesal. Tidak ada respon sama sekali dari pria yang merupakan majikannya itu. Meskipun segala cara dilakukannya.     

Dave masuk kedalam kamar. Tampak Dian tidur meringkuk berpelukan dengan selimutnya memunggungi lampu meja yang berwarna orange hangat. Tubuhnya seperti anak kucing yang terlihat hanya kepala dan rambut sebahunya saja. Rambut yang membuat Dave makin tergila-gila dibuatnya. Perempuan yang telah mengubah hidupnya dalam sekejap, setelah dia merasakan keperawanan untuk pertama kalinya.     

Dave hanya berdiri memandang wajah Dian yang tidur dengan damai. Pria itu tidak ingin mengganggu jadi dia pun langsung beranjak menuju kamar mandi untuk mmebersihkan tubuhnya. Hanya lima belas menit dan Dave pun keluar dari kamar mandi sudah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil dan tubuhnya hanya memakai piyama celana. Dada telanjangnya dibiarkan terbuka begitu saja.     

Perutnya sebenarnya lapar, namun dia tidak bernafsu untuk makan sendirian. Akhirnya, dia pun merebahkan tubuhnya disamping Dian yang sedang pulas tidur. Namun, tiba-tiba keheningan didalam kamar pecah oleh sebuah bunyi khas orang lapar.     

Kruyuukkkkk ….     

Dave sontak memegang perutnya. Namun perut itu bunyi lagi dan lagi. Dian terbangun dan merebahkan tubuhnya ke samping.     

"Sudah pulang?" Dian pun buru-buru duduk menjauh. Dian lupa kalau dia sebelum tidur tadi sedang mencoba berbagai macam pakaian tidur dan yang sedang dipakainya sekarang adalah warna hitam bahann sifon sangat tipis dan transparan. Dengan belahan dada sangat rendah dan Dian juga tidak mengenakan bra, tubuhnya sangat amat mengundang Dave untuk bercinta. Dian lupa untuk mengganti dengan piyama sebelumnya karena terlanjur ketiduran.     

"Kamu lapar?" Dian berkata, sambil menutup seluruh tubuhnya dengan selimut sampai sebatas leher.     

"Apa yang kamu sembunyikan?" Alih-alih menjawab pertanyaan Dian, Dave lebih tertarik dengan gelagat mencurigakan dari Dian yang membungkus tubuhnya dengan selimut.     

"Tidak ada! Kamu turun saja makan. Aku sudah masak dan menyiapkannya di meja makan." Perempuan itu berharap Dave segera keluar kamar, jadi dia bisa mengganti pakaiannya kembali.     

"Aku memang lapar tapi aku tidak mau makan sendirian." Jawab Dave, sambil pura-pura kembali tiduran.     

"Aku akan menyusulmu kebawah setelah kamu keluar kamar lebih dulu." Jawab Dian sedikit panik.     

Dave berpura-pura tidak mengetahui dan berjalan keluar kamar. Dian merasakan Dave sudah pergi menjauh dari kamar, dan dia pun bergegas turun dari kasur dan mengambil kaos dan celana panjang piyamanya yang semula dia pakai dan kini digantung didalam lemari baju. Baru saja dia hendak menutup lemari bajunya, ketika tiba-tiba Dave sudah berdiri dibalik pintu lemari.     

"Huaaaa …" Dian berteriak histeris. Dave kini bisa melihat istrinya yang sangat membuat dirinya untuk segera merebahkannya diatas kasur. Tenggorokan Dave bergerak turun.     

"Jangan coba-coba untuk mengganti pakaianmu. Kenakan luaran dan segera ikut aku kebawah, atau aku akan memakanmu saat ini juga."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.