Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 130. Pertemuan Ibu dan Anak (1)



II 130. Pertemuan Ibu dan Anak (1)

0"Sayang, kamu ada alergi makanan tidak?" Sara lupa kalau Calista adalah calon ibu dari cucunya. Jadi, pasti ada jenis makanan tertentu yang tidak bisa dikonsumsi.     
0

"Calista suka apa saja mi. Tapi, baby ini menolak seafood karena setelah mengkonsumsinya, Calista ruam-ruam merah sekujur tubuh." Jawab Calista sambil nyengir.     

"Oh iya kebetulan, restoran itu juga bukan seafood, tapi restoran bergaya masakan Jepang. Kamu pasti suka." Jawab Sara.     

"Iya makasih mi." Calista sudah membayangkan makanan enak yang membuat kerongkongannya bergerak naik turun.     

"Sayang, mommy senang sekali kamu jadi istri Darren. Berkat kamu, Darren sekarang berubah menjadi jauh lebih baik. Dulu hidupnya sangat kacau karena seorang perempuan dari masa lalu. Kamu tahu kan siapa yang mami maksud?" Sara memiringkan bibirnya.     

"Calista tahu mi." Hanya senyuman yang bisa diberikan Calista. Perempuan hamil itu masih menduga, apakah ibu mertuanya ini tahu kalau pernikahan dirinya dengan anaknya adalah sebuah ikatan diatas kertas. Bukan pernikahan yang menjamin sehidup semati, atau minimal sampai maut memisahkan. Namun, pernikahan yang hanya berdasarkan jumlah tiga anak. Setelah anak ketiga, maka selesai sudah pernikahan mereka. Calista pun tidak mengerti kenapa harus sampai tiga anak.     

"Kamu kenapa melamun? Salah mami membuat ibu hami berpikiran terlalu jauh. Sudah kamu jangan berpikir macam-macam. Restorannya sudah hampir sampai." Sara menepuk bahu Calista dengan lembut dan tersenyum lebar padanya. Calista pun membalasnya dengan senyuman tulusnya.     

Restoran yang didatangi Calista dan Sara ini adalah restoran dengan tema serba Jepang. Mulai dari tempatnya, dekorasi. Interior, terutama menu makanannya. Sara menyebutkan nama dirinya kepada seorang pramusaji yang berdiri dekat pintu masuk. Meja yang dipesan ternyata berada di lantai dua. Mereka pun berjalan menyusuri lorong yang kanan kirinya terdapat lukisan yang berasal dari Jepang. Calista kagum melihatnya dan harum aromanya pun sangat special.     

Ternyata desainer itu belum datang, jadi Calista dan Sara duduk menunggu di tempat yang mengusung tema lesehan dengan alas duduk berupa bantal lebar dan empuk.     

"Tempatnya bagus mi." Calista memuji penataan ruang dan warna yang dipilih. Seketika perempuan hamil itu merasa nyaman dan tenang.     

"Iya, tapi sayangnya teman mami pemilik restoran ini sedang liburan ke Jepang bersama suaminya. Suaminya asli Jepang."     

"Oohh …" Calista tidak fokus apa yang dikatakan Sara. Matanya lebih tertarik melihat aneka pernak pernik dan hiasan yang ada didalam ruangan.     

Tiba-tiba suara musik nada panggilan masuk terdengar dari ponsel Sara.     

"Halo, kamu dimana? Aku baru sampai, bersama menantuku." Sara berkata. Calista tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan. Dan, perempuan hamil itu juga sesungguhnya tidak mau tahu.     

"Lima belas menit lagi? Okay, kami tunggu. Sudah tidak apa-apa, lagipula ini kan hanya pertemuan diluar bisnis. Aku yang justru merepotkan kamu." Jawab Sara lagi.     

"Hahaha., ya sudah kutunggu sekarang yaa." Jawab Sara untuk ketiga kalinya.     

"Dia masih terjebak kemacetan. Kita tunggu saja lagi yaa. Kamu tidak buru-buru kan?" Sara memperhatikan menantunya yang tampak cantik menawan dengan dress sederhana yang dia taksir tidak berasal dari merk ternama.     

"Santai saja mi. Aku kan pengangguran. Tidak ada bos jadi bebas kemana saja. Hahaha …" Calista tertawa renyah. Sementara Sara semakin terkekeh dengan kalimat yang diucapkan menantunya.     

Drrt … drrt … drrt …     

"Panjang umur mi. Baru saja dibicarakan, orangnya sudah telpon." Calista menampilkan nama di layar yang bertuliskan, 'suami mesumku'. Sontak Sara tertawa dengan bibir dirapatkan. Calista merasa aneh kenapa mertuanya tertawa. Dia pun melihat layar ponselnya dan kaget bukan main karena tulisannya adalah 'suami mesumku'.     

"Hehehe, maaf mi. Ini cuma becanda kok." Jawab Calista malu-malu, sambil meminta ijin mengundurkan diri untuk terima telpon. Sara hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali.     

"Ada apa?" Calista menjawab telpon Darren di luar ruangan makan tempat Sara memesan tempat.     

"Dimana kamu?" Tanya Darren. Ponsel Calista tanpa sepengetahuannya, sudah dipasang pelacak, jadi kemanapun istrinya pergi membawa ponsel, pasti ketahuan letaknya.     

"Restoran Jepang. Mommy mengajakku kesini untuk bertemu dengan kliennya. Sepertinya aku sudah bilang padamu semalam atau tadi pagi." Jawab Calista dengan sebal.     

"Cih! Dasar perempuan pendek ingatan! Belum ada dua belas jam minta ijin, sudah lupa kapan minta ijin." Dalam hati Darren berkata.     

"Hmm, sudah datang kliennya? Kamu sudah makan? Jangan telat makan dan jangan makan seafood. Mengerti?" Darren yang sedang mengadakan meeting terbatas dengan lima orang penting di perusahaannya, tidak tahan untuk mendengar suara istrinya dan menggodanya mengacak-acak ingatannya. Darren paling suka menjahili Calista yang begitu mudah lupa sesuatu.     

"Iya aku tidak akan makan seafood lagi. Lagipula disini itu makanan Jepang. Masih menunggu klien mami. Kamu juga jangan telat makan." Sahut Calista malu-malu.     

"Ya, pastinya. Mau aku jemput pulang dari sana?"     

"Tidak, tidak, tidak usah. Aku masih ingin mengobrol sama mami dan temannya. Jadi, aku tidak buru-buru." Jawab Calista sambil menolak mentah-mentah.     

"Ya sudah kalau begitu, aku tutup dulu. Bye." Jawab Darren.     

"Bye, suami mesumku." KLIK! Calista buru-buru mematikan telpon sebelum dihardik Darren dengan sebutan baru.     

"Apa aku tidak salah dengar tadi? Sepertinya dia memakiku dengan menyebut suami mesumku." Darren bergumam yang ucapannya meskipun pelan tapi terdengar jelas di telinga orang-orang yang sedang menunggu Darren menelpon istrinya.     

"Tuan, mari kita lanjutkan rapatnya." Andres berusaha mengembalikan konsentrasi semua orang saat ini, karena untuk membuat meeting terbatas ini susah payah diaturnya.     

"Okay, kamu lanjutkan. Aku dengarkan." Rapat pun dilanjutkan kembali dengan mendengarkan penjelasan dari Andrew yang sempat terhenti beberapa menit sebelumnya. Mata Darren sesekali melihat ponselnya dan mengingat kembali dua kata terakhir yang diucapkan Calista.     

Seringai sinisnya terbit dan dalam hatinya dia bertekad, akan ada hukuman lagi malam ini. Andrew dan semua peserta rapat yang tidak sengaja melihat senyuman Darren, merasa bergidik bulu kuduknya.     

"Hihihi, rasakan! Sesekali dia memang perlu diberi pelajaran." Gumam Calista sambil cekikikan.     

BRUKK!     

"Aduh …"     

"Aduh …"     

"Maaf …"     

"Maaf …"     

Calista yang membalikkan tubuhnya tiba-tiba, tidak meihat ada orang lain di belakangnya yang sedang berjalan masuk ke dalam ruangan tempat dimana Sara berada. Tas kedua perempuan itu pun jatuh dan isinya berserakan di lantai.     

"Maaf, saya tidak sengaja. Anda tidak apa-apa?" Calista merasa sangat bersalah. Mungkin ini hukumannya karena menjahili suami sendiri. Huft, Calista menghela napas mengingatnya.     

"Tidak, aku yang salah. Aku jalan tidak melihat ke depan karena sedang mengambil ponsel ku yan bordering didalam tas." Dan kini ponsel wanita itu pun hancur berantakan, terpisah antara casing dan baterainya. Calista meringis hendak menangis karena menyesal namun justru wanita itu yang merasa bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.