Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 136. Makan Malam Berdua



II 136. Makan Malam Berdua

0"Huh, kenapa kamu tidak memakai supir yang aku berikan?" Dave bertanya, sambil melepas kancing jas nya agar lebih nyaman untuk duduk.     
0

"Aku … tidak mungkin … datang ke kantor seperti bos, yang harus dikawal oleh supir. Tapi aku berterima kasih padamu karena supir mengantarkan aku sampai dekat butik jadi aku tidak pernah terlambat setiap pagi." Jawab Dian dengan suara lembutnya.     

Dian merasa agak gerah jadi perempuan itu membuka jaket hoodnya. Tanpa sengaja, kerah kemejanya tergeser tarikan lengannya saat akan membuka jaket sehingga tali branya terlihat dari depan. Dave melihatnya dan menelan saliva susah payah lalu memalingkan wajah ke samping sambil memejamkan mata mencoba mengusir hasrat yang tiba-tiba muncul dengan sialnya.     

Setelah beberapa saat, Dave kembali menatap perempuan dengan rambut sebahu itu. Rambutnya yang lemas tergerai sangat cocok dengan wajah Dian yang agak chubby namun masih sedikit tirus.     

"Kamu kenapa? Seperti melihat setan." Dian melihat kebelakang, mungkin saja Dave melihat penampakan di belakangnya.     

"Aku lapar." Jawab Dave singkat. "Aku ingin memakanmu sekarang juga." Ucapnya lagi dalam hati.     

"Oh,sebentar lagi makanan datang." Jawab Dian sambil tersenyum manis.     

"Kamu, tidak pernah tersenyum dihadapanku sebelumnya." Senyuman itu langsung hilang seiring kalimat yang diucapkan pria dihadapannya.     

"Tersenyum itu harus pakai alasan. Kalau tidak, nanti disangka orang gila. Terus untuk apa aku tersenyum padamu kalau tanpa sebab?" Jawab Dian dengan lancarnya menjawab pertanyaan suami kontrak tesebut.     

"Oh begitu. Tapi, aku minta padamu untuk selalu tersenyum padaku setiap kita bertemu. Mulai detik ini. Mengerti?" Dian mengerjapkan matanya berulang-ulang. Sementara Dave malah menatapnya lurus tanpa berkedip. Mulai muncul lagi sifat egoisny, huh. Batin Dian.     

"Okay, aku usahakan." Jawab Dian malas berdebat.     

"Permisi …" Dua orang pelayan wanita restoran datang dan menyajikan makanan pesanan sepasang suami istri yang masih saling meraba sifat masing-masing satu sama lain.     

-----     

Pria dengan rambut halus disekitar rahang itu, mengangkat tubuh istrinya yang tertidur pulas, diatas kedua telapak tangannya. Tanpa menemui kesulitan sama sekali, tubuh Calista diangkat menaiki anak tangga menuju kamar mereka di lantai dua. Sementara, dibelakang mereka, Hera membawa tas selempang milik nyonya majikannya dan tas laptop milik tuan majikannya.     

Calista yang tadinya pura-pura tidur akhirnya benar-benar tertidur. Hera buru-buru membuka pintu kamar agar Darren bisa segera masuk. Tubuh putrid tidur dibaringkan di atas kasur empuk dengan sprei bermotifkan floral.     

"Taruh saja disitu tasnya. Kamu minta pelayan siapkan makan malam segera dan bawa ke kamar. Aku dan Calista akan makan di dalam kamar saja." Ucap Darren sambil melonggarkan dasi yang mengikat lehernya dan membuka pakaiannya satu persatu.     

"Baik tuan." Jawab Hera dan wanita paruh baya itu segera berlalu meninggalkan kamar majikannya.     

Darren menatap Calista yang nyenyak tidur sebelum beranjak ke kamar mandi dan menghampirinya duduk di tepi kasur sebelah Calista.     

"Aku menginginkan kamu malam ini, babe." Darren melumat bibir perempuan tertidur dengan dalam dan penuh gairah. Lalu berhenti tiba-tiba dan dia pun segera beranjak ke kamar mandi untuk mendinginkan hasrat membuncah yang belum waktunya.     

Calista seperti bermimpi ada yang menciumnya. Namun dia hanya tersenyum dan bergerak sedikit ke samping untuk memeluk guling kesayangannya yang tidak perlu dilihat tapi sudah biasa ada disana.     

Hanya sepuluh menit dibutuhkan Darren untuk mandi membersihkan seluruh tubuhnya. Harum aroma citrus langsung menguar ke dalam kamar. Segar dan membuat putri yang tertidur mengendus-endus dan membuka matanya perlahan.     

"Kamu sudah bangun?" Darren melihat Calista yang mengucek matanya dan mencoba untuk duduk.     

Untuk sesaat Calista merasa linglung. Seingat dia terakhir kali masih ada didalam mobil. Namun, sekarang sudah ada didalam kamar. Dan, dia merasakan de javu. Sepertinya aku pernah mengalami hal ini, pikir Calista.     

"Kamu mandi dulu, baru kita makan malam. Aku sudah menyuruh Hera untuk membawa makan malam ke dalam kamar." Darren mengambil pengering rambut yang ada di meja rias Calista dan menyemprotnya ke rambut yang masih setengah basah.     

"Jam berapa sekarang?" Tanya Calista, setelah kesadarannya mulai pulih.     

"Jam 6 sore." Jawab Darren setelah melirik arlojinya yang diletakkan di atas meja rias sebelum mandi tadi.     

"Aku tidur lama juga ya. Akhir-akhir ini aku mudah mengantuk." Jawab Calista masih merundukkan wajahnya dengan rambut panjang menutup seluruh wajahnya. Seperti penampakan hantu wanita yang beterbangan atau nyangkut diatas pohon.     

Darren terkekeh melihatnya. Pria itu duduk di tepi kasur masih dengan tubuh bertelanjang dada dan hanya memakai handuk yang menutupi perut kebawah hingga ke lutut.     

"Cepat mandi, aku sudah lapar dan ingin makan malam." Sahut Darren sambil mengusap-usap pucuk rambut Calista. Calista mendadak duduk tegak dan merentangkan kedua tangannya untuk menggeliat.     

"Okay, aku mandi dulu." Perempuan hamil itu pun langsung menuju lemari untuk mengambil baju ganti dan segera beranjak ke kamar mandi.     

Tok tok tok …     

"Makanannya sudah siap,tuan." Hera mengetuk pintu dan sudah siap dengan kereta makanan yang dibawa dari lantai satu dengan menggunakan lift khusus. Lift yang hanya dipakai untuk mengantarkan makanan dan kelak akan berguna saat Calista sudah hamil besar untuk naik turun dari lantai dua ke lantai satu, begitu juga sebaliknya.     

"Buka saja dan bawa masuk." Jawab Darren setelah dia selesai berpakaian. Hanya kaos oblong putih dan celana panjang bahan santai warna putih. Darren menyukai warna polos tanpa motif. Semua warna dia suka kecuali pink tentu saja.     

Berbagai makanan dengan gizi seimbang, tertata dengan manisnya di atas meja makan kotak kecil yang terdapat didalam kamar.     

"Oke, terima kasih." Darren berkata sambil memperhatikan makanan apa saja yang ada di atas meja. Hera pun pamit mengundurkan diri keluar sambil membawa kereta makanan yang telah kosong isinya.     

"Calista, cepat keluar. Makanan sudah siap." Darren berkata setenga berteriak didepan pintu kamar mandi.     

"Iya, aku segera selesai." Calista memakai daster cantik berwarna pink floral dengan panjang selutut dan lengan pendek. Daster yang dimiliki Calista bukan sembarang daster. Kalau orang biasa bisa pakai untuk pergi jalan-jalan atau sekedar nongkrong di kafe. Karena daster yang yang dipakai Calista bisa dikatakan gaun rumahan yang simple namun elegan.     

"Ayo makan, setelah itu aku mau mengajakmu berjalan kaki keliling rumah ini. Itu bagus untuk ibu hamil." Jawab Darren sambil menempati kursi yang telah disediakan. Calista pun duduk di kursi yang ada dihadapan Darren. Pria yang memiliki manik mata hijau ingin makan malam hanya berdua saja dengan istrinya, tanpa harus dikeliliingi para pelayan seperti biasa.     

"Enak?" Tanya Darren.     

"Hmm, lumayan." Jawab Calista dengan mulut menggembung penuh makanan.     

"Huh, makan yang banyak. Tidak usah diet-diet segala. Kalau waktunya langsing, pasti langsing lagi." Jawab Darren.     

"Memangnya sekarang aku sudah gendut?" Calista menatap tubuhnya. Semua pakaian masih muat kok, meski ada yang sedikit sesak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.