Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 138. Segelas Jus Lemon



II 138. Segelas Jus Lemon

0Rok Dian diangkat keatas, sementara Dave melepas zipper celananya. Mereka pun bercinta didalam mobil ditepi jalan tol dengan suara-suara kenikmatan duniawi yang pasti tidak akan terdengar orang dari luar.     
0

"I wanna f**k you dear, now and forever." Dave mengangkat tubuh Dian naik turun dan maju mundur, dengan posisi woman on top.     

"Ahhh … sudah … aku … tidak kuat lagi … aaahhh …" Dian mengeluarkan pelepasan pertamanya dengan tubuh bersimbah keringat di sekujur tubuh keduanya. Namun, Dave belum ingin menuntaskan percintaan mereka di tempat yang tidak lazim ini. Dave merebahkan tubuh lemas Dian di atas kursinya dan kini berganti Dave yang memegang kendali dengan berada di atas tubuh istrinya.     

Kedua tangan Dian disatukan diatas kepalanya dengan tangan kiri Dave, sementara tangan kanan Dave menggerayangi dan meremas seluruh tubuh Dian yang menjadi candunya setiap hari setiap menit setiap detik.     

"Aahhhhh …"     

"Sebut namaku sayang." Dave melumat bibir perempuannya tanpa ampun.     

"Da-Dave …"     

"Diaaaannn …"     

Dan, sepasang suami istri itu pun mengalami klimaks lagi bersamaan. Dave jatuh diatas tubuh Dian yang polos dan bermandikan keringat. Rambut sebahunya bersibakkan dikedua pipinya yang putih mulus. Napas Dian dan Dave terengah-engah dengan dada naik turun.     

"I love you." Bisik Dave ke telinga Dian. Dian diam tidak mengatakan apapun. Cinta? Dia tidak pernah mencintai pria ini. Dia hanya tidak bisa bergerak dan memperoleh kehidupannya seperti dulu lagi. Bagaimana bisa dia mencintai pria yang telah merampas keperawanannya dan sekaligus menghancurkan kehidupannya?     

Dave yang merasakan tidak mendapatkan balasan dari ucapannya, tersenyum sinis.     

"Aku akan membuatmu mencintaiku dan tidak bisa berpaling dariku." Jawab Dave sambil menggigit telinga Dian dengan lembut. Dian tidak sengaja meloloskan desahan karena geli. Dan, itu membuat hasrat Dave kembali muncul.     

"Sekali lagi yaa …" Pinta Dave namun lebih terkesan perintah. Dian menganga tidak bisa menjawab karena Dave langsung melumat bibirnya dan meraup dua gunung kembarnya dengan rakus. Hingga akhirnya mereka bercinta sekali lagi di tepi jalan tol.     

Satu jam telah usai. Sepasang suami istri yang telah selesai menuntaskan hasrat seksnya itu, lebih tepatnya hasrat seks sang suami, tubuh Dian terbaring lemah. Dave menutupi tubuhnya yang terbuka dengan jas hitamnya dan membopongnya dari dalam mobil ke dalam rumah hingga menuju kamar mereka di lantai dua.     

"Buatkan segelas jus lemon dan bawa ke atas." Seorang pelayan berkata siap dan bergegas menuju dapur.     

Dave memasuki kamarnya dan merebahkan tubuh lelah Dian dengan mata yang masih terpejam sejak di perjalanan tadi. Dave mengakui kalau dia sangat keterlaluan karena entah kenapa hasratnya langsung datang tiba-tiba ketika Dian diam tidak membalas ucapan kasar Britney, perempuan one night standnya.     

Dave pun masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, meninggalkan Dian yang masih pulas tertidur.     

-----     

"Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan tentang aku? Apakah kamu meragukan kalau aku anak dari ibu bapakku?" Calista menagih kembali janji Darren ketika mereka sudah di dalam kamar.     

"Dua hari lagi weekend. Aku akan ikut denganmu melihat bapak ibu, okay." Jawab Darren sambil berlalu menuju kamar mandi.     

Calista menghela napas. Sungguh Darren berkata dan berbuat semaunya, tanpa mempedulikan dirinya yang dilanda penasaran luar biasa. Calista pun keluar kamar dan bermaksud untuk menelpon temannya, Diah. Sepertinya bukan hanya Dian yang butuh teman ngobrol, tapi dirinya pun membutuhkan itu kalau tidak mau gila dibuat oleh penghuni mansion ini.     

Berkali-kali Calista mencoba membuat panggilan, tapi tidak ada jawaban padahal tersambung. Hingga akhirnya dia menyerah dan berpikir mungkin Dian sedang dijalan jadi tidak mendengar bunyi telpon. Perempuan hamil itu menuju dapur untuk membuat secangkir teh manis hangat aroma chamomile. Dia tidak melihat Hera dimana-mana. Mungkin Hera kembali ke kamarnya, pikir Calista. Calista pun membawa teh tersebut ke teras samping rumah.     

Tempat yang baru saja dikunjungi dirinya dan Darren. Sambil menyeruput teh, Calista berpikir untuk janjian bertemu Anton.     

"Anton, kamu dimana?" Beruntung, hanya sekali tekan, Anton langsung menjawab telpon.     

"Aku dirumah bosku. Ada apa mba?" Suara Anton seperti sedang bisik-bisik, mungkin dia takut ketahuan majikannya karena dia sendiri masih orang baru.     

"Mba mau bertemu dengan kamu. Ada yang ingin mba katakan." Calista tidak menyadari ada sepasang telinga sedang mendengarkan perbincangan kakak adik tersebut di telpon.     

"Aku mau saja tapi aku belum tahu apakah bisa minta ijin sama bosku. Aku masih baru disini." Jawab Anton dengan suara rendah.     

"Hmm, baiklah. Kamu beritahu saja kapan kamu punya waktu." Jawab Calista sambil mendesah dan mengakhiri pembicaraan mereka.     

"Dian ini kemana sih? Ditelpon tidak diangkat!" Calista geregetan bukan main dengan Dian yang masih tidak bisa terhubung sampai sekarang.     

-----     

"Donni, kita harus bertemu dengan anak kita, segera!" Agnes yang sudah dibawa pulang kerumah karena kondisinya lebih baik, hanya butuh istirahat saja, meminta Donni untuk segera menemui anak mereka, yang ternyata bernama Calista.     

Dulu, Agnes belum sempat memberinya nama. Dia tidak kepikiran hal itu. Yang terpenting adalah, dia menitipkan pada pasangan suami istri yang pernah menjadi langganannya dulu saat tinggal didaerah mereka dan suami istri itu sudah lama menginginkan seorang anak hadir di tengah mereka.     

"Tunggu kamu pulih benar, kita akan mendatangi rumahnya bersama-sama." Donni yang sejak kemarin tidak habis pikir, bagaimana bisa anaknya adalah istri dari rekan kerjanya. Dan, dia seumuran dengan mantan istrinya, Britney. Donni mentertawakan kebodohannya. Kebodohannya karena tidak bisa menahan hasrat seks nya sehingga bercinta dengan perempuan yang seumuran dengan anaknya.     

"Aku sudah sehat dan pulih. Istirahat sehari buatku sudah cukup. Lagipula kemarin itu aku hanya kaget, tidak menduga anak yang aku cari selama ini, ada di dekatku." Ujar Agnes sambil duduk bersandar diatas sofa dengan kaki lurus, sementara kedua tangannya menggenggam secangkir teh manis hangat favoritnya.     

"Kamu tahu, kalau dia memang anak kita, dia hidup dengan sangat amat layak dan tidak kekurangan. Karena sudah menjadi istri dari pengusaha muda yang terkenal." Jawab Donni sambil mengepalkan kedua tangannya dibawah dagu. Pikirannya tiba-tiba dipenuhi benang kusut yang harus segera terurai.     

"Ya, dia menjadi menantu klienku. Tapi, aku takut dia tidak akan mengakuiku." Jawab Agnes terdiam. Secangkir teh diletakkan di atas pahanya.     

Donni mendekati Agnes dan menggenggam kedua tangannya. "Kita akan menghadapinya besama-sama." Ujarnya.     

"Apakah dia cantik?" Donni bertanya lagi. Sekedar ingin melepaskan ketegangan yang terjadi diantara mereka berdua.     

"Sangat cantik, anggun, dan lemah lembut." Jawab Agnes sambil tersenyum. Seolah wajah Calista berada di hadapannya dan dia bisa meraba wajah itu lekat-lekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.