Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 142. Pertemuan Ayah dan Anak (3)



II 142. Pertemuan Ayah dan Anak (3)

"APA?" Sara berdiri dengan napas tersengal-sengal. Masih pagi dan seharusnya Darren sudah berangkat ke kantor, tapi malah asyik bercinta dengan istrinya yang sedang hamil muda.     

"Dua jam? Huft, anak itu benar-benar!" Sara bergumam menahan kesal.     

"Hera, aku akan ke ruang tamu. Kalau mereka sudah keluar kamar, beritahu aku." Sara berjalan masuk ke lorong di lantai 1 yang terdapat beberapa ruang tamu yang memang khusus disediakan untuk keluarganya jika ingin menginap.     

"Baiklah, nyonya besar." Hera membungkuk memberi hormat. Huft, butuh kesabaran lebih untuk menjadi pelayan yang memiliki majikan dengan karakter bermacam-macam yang tidak dapat ditebak.     

"Agnes, apakah kamu ada waktu hari ini? Aku ingin mengundangmu kerumah anak dan menantuku." Sara langsung mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan mengadakan panggilan kepada Agnes yang masih dalam keadaan setengah tidur.     

"Nyonya Sara …"     

"Panggil aku Sara!"     

"Oh maaf, Sara. Apakah … tidak menganggu kalau mendadak seperti ini?" Agnes masih belum bisa menetralisir hatinya. Dia masih belum yakin kalau Calista adalah anaknya. Hanya ada satu cara untuk meyakinkan hal itu, tes DNA.     

"Tidak akan. Kamu bisa datang jam berapa? Biar aku atur waktunya dengan anak dan menantuku." Sara bertanya. Dialah yang paling penasaran dengan semua ini. Sejak pertama kali melihat Agnes, Sara sudah merasakan perasaan yang kuat kalau kliennya ini ada hubungannya dengan menantu satu-satunya.     

"Mungkin, 3 jam lagi." Jawab Agnes. "Aku harus membawa Donni bersama kesana agar dia bisa yakin dengan apa yang aku katakan." Pikirnya kali ini.     

"Deal, aku tunggu 3 jam lagi ya. Nanti aku share lokasinya ya." Sara girang bukan main. Senang dan degdegan jadi satu. Entah mengapa wanita ini suka sekali dengal hal yang menantang dan mengundang adrenalin. Calista menantu satu-satunya yang sangat rendah hati dan pengertian. Dia pula yang membuat Darren menjadi lebih baik sikapnya kepada orang lain, termasuk mami papinya. Jadi, sudah selayaknya Sara ingin membalas kebaikan Calista, dengan meyakinkan satu hal yang membuatnya penasaran sejak lama.     

Sambil menunggu Darren menuntaskan hasrat lelaki pada istrinya, Sara memilih untuk membuka laptop dan mengerjakan tugas yang tertunda. Banyak permintaan yang datang bertubi-tubi setelah launching produk selesai diadakan. Dan, itu membuat Sara tidak punya waktu untuk liburan selama 3 bulan kedepan.     

"Darren, sudah hentikan. Aku … lelah …" Keringat sudah membasahi tubuh keduanya. Suhu udara pendingin didalam ruangan tidak mampu mendinginkan hasrat yang menggelora didalam tubuh Darren.     

Sejak Calista hamil, Darren merasa kalau istrinya itu menjadi lebih cantik berpuluh-puluh kali lipat. Karenanya, pria bermanik mata hijau itu lebih obsesif dan sangat merindukan Calista bila 1 jam tidak melihat wajahnya.     

"Kamu capek?" Darren yang masih menungganginya, seperti serigala yang tidak ada puasnya meski sudah memakan banyak mangsa.     

"Sangat. Aku butuh istirhat." Calista sudah tidak kuat untuk membuka matanya. Pagi ini dia sudah kehabisan tenaga karena muntah sampai terasa pahit mulutnya. Lalu hanya makan bubur jagung saja. Namun, setelahnya dia harus bekerja ekstra keras demi melayani libido sang suami yang luar biasa ganas.     

"Baiklah, maafkan aku ya. Aku tidak kuat untuk tidak menikmatimu meskipun sehari saja. Sekarang tidurlah." Darren tersenyum dan mengecup pipi kenyal Calista. Sang suami yang telah selesai menuntaskan keinginannya, menyelimuti tubuh sang polos sang istri sampai bahu. Pria itu banyak meninggalkan bercak merah disekujur tubuh perempuan hamil.     

Darren pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dibawah kucuran air shower yang dingin menyegarkan. Setelah puas mandi, Darren mengambil kaos polo warna hijau dan celana panjang bahan warna putih. Penampilanya yang tampak segar, adalah karena dia telah mendapatkan apa yang diinginkan pagi ini.     

Darren berjalan keluar kamar untuk menemui sang mami.     

"Hera, dimana mami?" Darren melihat Hera keluar dari lorong kamar tamu.     

"Nyonya besar ada di kamar paling ujung, tuan." Jawab Hera.     

Darren berjalan dengan langkah panjang namun dengan santai menuju kamar dimana maminya telah menunggu sejak tadi. Namun, baru berjalan dua langkah,Darren menghentikan lajunya, "Hera, tolong kamu bereskan kamar utama. Dan, kalau nyonya bangun, katakana aku ada dibawah." Darren pun melanjutkan langkahnya.     

Hera hanya bisa menghela napas dalam-dalam dan menelan ludahnya. Sekarang giliran dia untuk membersihkan sisa badai tornado yang tercipta pagi ini di kamar utama.     

Tok tok tok …     

"Mami …"     

"Masuk …"     

"Wah, ternyata mami masih menunggu. Kupikir sudah pulang dari tadi. Hehe …" Darren masuk dan menutup pintunya. Dia pun tanpa basa basi langsung duduk di sofa single, menunggu sang mami menyelesaikan ketikannya.     

"Sudah selesai?" Sara bertanya tanpa mengalihkan wajahnya ke arah anak satu-satunya.     

"Apa yang selesai? Bercinta dengan istriku sendiri? Itu tidak akan pernah selesai selama kami masih menikah, mam." Jawab Darren santai sambil mencabuti bunga yang ada didalam pot.     

"Heiii, itu bunga asli. Sembarangan main dicabut saja!" Sara menghentikan ketikannya dan mengalihkan wajahnya ke anaknya setelah Darren menyelesaikan kalimat terakhir yang sangat konyol. Namun, yang dilihatnya adalah Darren malah menghancurkan bunga yang baru saja diantarkan Hera ke kamar.     

"Ups! Sorry!" Darren menaikkan alis dan tersenyum tipis.     

"Jadi, mami mau bicara apa? Cepat katakan!" Darren berkata.     

"Mami sudah mengundang klien mami dan suaminya untuk datang kesini. Klien mami yang pingsan kemarin itu namanya Agnes, dia seorang desainer interior yang akan merenovasi tampilan butik dalam waktu dekat ini." Sara menghentikan ucapannya.     

"Ya?" Darren bertanya lebih lanjut.     

"Huft, kamu tahu kenapa klien mami itu pingsan?" Tanya Sara. Sara menghampiri Darren dan duduk diatas sofa dihadapan Darren. Darren yang merasakan maminya akan membicarakan sesuatu yang serius, mulai menajamkan telinga dan matanya.     

"Dia pingsan … ketika melihat cermin dan bertanya asal muasal Calista." Jawab Sara singkat.     

"Kenapa begitu? Ada yang aneh dengan asal muasal istriku?" Darren menyipitkan mata penasaran.     

"Entahlah, itu yang ingin mami konfirmasikan hari ini. Dia akan datang bersama suaminya. Mami rasa kalian saling mengenal." Ujar Sara.     

Darren berdiri dan berkacak pinggang. Donni, mantan suami dari Britney, masa lalunya, saat ini adalah suami dari klien bisnis maminya. Kalau dlihat dari usia Agnes, Darren tidak menyangka Donni akan melepas yang muda untuk mendapatkan wanita yang usianya jauh berbeda diatas Britney. Malah bisa dibilang istrinya itu yang sekarang usianya hampir seumuran dengan maminya.     

"Kenapa mami tidak meminta ijin padaku lebih dahulu?" Darren bertanya sambil mengeraskan rahangnya. Dia tidak ingin sembarang orang masuk kedalam rumahnya.     

"Sudah, dan kamu bilang suruh tunggu 2 jam lagi. Mami tidak bisa menunggu selama itu, atau mami akan mati penasaran dibuatnya." Jawab Sara tegas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.