Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 149. Terbiasa Masak Sendiri



II 149. Terbiasa Masak Sendiri

0"Sayang …"     
0

"Ahh, suamiku sudah datang. Sekarang kamu sudah bisa pulang dengan tenang." Sara tersenyum lebar mendengarnya.     

"Okay, sampai jumpa lagi nanti yaa. Aku tunggu revisi desainmu selanjutnya."     

"Siap, akan aku kirimkan segera." Agnes dan Sara saling menempelkan pipi kiri dan kanan hingga akhirnya mereka berpisah untuk bertemu kembali di lain waktu.     

"Sudah lama menunggu?" Donni menghampiri Agnes dan menggandeng tangannya.     

"Tepat waktu kok. Kamu sudah makan?" Agnes merangkul pinggang Donni dan mereka masuk kedalam mobil Donni yang dikemudikannya sendiri.     

"Temani aku makan ya." Donni menghidupkan mesin mobil dan beranjak menuju rumahnya sendiri.     

"Makan dirumah?" Tanya Agnes, jarang-jarang Donni mengajak makan dirumah.     

"Ya, aku sudah masak makanan untukmu." Jawab Donni sambil memalingkan wajahnya ke Agnes yang masih dilanda kebingungan.     

"Wah, kamu bisa masak ya?" Agnes penasaran dibuatnya.     

"Sebelum kita menikah, aku sudah terbiasa masak sendiri. Aku tadi masak makanan kesukaan kamu." Donni semakin mempercepat laju mobilnya. Perutnya sudah lapar dari tadi tapi dia enggan untuk makan seorang diri.     

"Hasil dari rumah sakit belum ada?" Agnes bertanya.     

"Belum. Mungkin nanti malam. Jay akan mengambil hasilnya untukku dan membawanya pulang. Kita tidak usah kemana-mana lagi hari ini." donni terus fokus pada jalanan. Sesekali dia mengintip kaca spion yang ada di luar dan atas kepalanya.     

"Okay, tidak masalah buatku." Jawab Agnes. Tubuhnya sedikit letih dan matanya agak mengantuk. Perpaduan semilir suhu pendingin didalam mobil, aromatheraphy, dan music lembut yang mengalun dari radio mobil, membuat Agnes perlahan memejamkan matanya dan akhirnya tertidur pulas. Donni menepikan mobil sejenak untuk merapihkan duduk Agnes agar lebih nyaman. Sandaran kursi dibuat lebih ke belakang agar posisi tidur sang istri lebih pulas.     

Perjalanan masih sekitar kurang dari 1 jam lagi. Masih banyak waktu untuk Agnes mengistirahatkan matanya.     

-----     

Suasana di meja makan dengan tiga orang berada di meja persegi panjang, sunyi, hening, dan tidak ada satu suarapun. Biasanya yang suka mengeluarkan suara adalah Lewis, menanyakan perkembangan Grace dan apakah obatnya dikonsumsi dengan benar. Namun, baik Lewis maupun Likha sama-sama lidahnya kelu tidak berkata sepatah katapun.     

"Lewis, aku merasa tidak perlu lagi minum obat. Aku sudah sembuh dan aku tidak perlu lagi perawat yang mendampingiku." Grace mengambil makanan yang ada ditengah meja dengan sendok yang telah disediakan. Likha yang sedang diam sambil mengunyah makanan, mendadak menghentikan gerakan mulutnya. Bibirnya mengatup dan senyum tipis tampak terbit dari bibirnya.     

"Kamu yakin? Tapi, kita tetap tidak bisa kembali ke Indonesia dalam waktu dekat ini." Jawab Lewis sambil melihat Likha dari ekor matanya.     

"Ya, tidak apa. Aku lebih suka disini. Kita bisa berduaan terus tanpa ada yang mengganggu." Entah mengapa, Likha merasa kalau kehadirannya seolah menjadi pengganggu diantara mereka berdua.     

"Oya, kamu sebelumnya bekerja di rumah sakit ya? Nanti setelah dari sini, kamu bisa lagi kerja di rumah sakit itu kan?" Grace menatap Likha yang duduk dihadapannya.     

"Ehem, aku … punya pengalaman bekerja di rumah sakit, jadi In Syaa Allah bisa dipakai untuk melamar di tempat lain." Likha tersenyum tipis.     

"Oh, baguslah kalau begitu. Lewis, kamu atur saja kepulangan dia ke Indonesia. Aku ingin jalan-jalan keliling Eropa berdua saja bersamamu." Perempuan berpenampilan seksi dengan belahan kerah sangat rendah, sangat berbeda dengan yang dipakai Likha itu, berbicara dengan nada sangat manja kepada Lewis.     

"Ok, akan aku atur. Tapi, Likha, mungkin tidak bisa secepat itu, sekitar satu minggu dari sekarang. Apakah kamu masih mau menunggu?" Lewis bertanya pada perempuan berjilbab yang sejak tadi menundukkan wajahnya.     

Ingin rasanya Likha berteriak, 'hari ini juga aku mau pulang tapi mencari pekerjaan disana tidak secepat itu. Perjanjiannya kan minimal satu tahun. Ini belum ada satu minggu.'     

"Maaf, aku sudah kenyang. Aku kembali ke kamar duluan. Terima kasih atas makan malamnya." Likha meninggalkan lewis dan Grace yang bengong dan tidak bisa berkata apa-apa.     

Lewis tahu dia salah. Tidak seharusnya dia secepat itu memulangkan Likha. Namun, karena Grace yang meminta, mau tidak mau dia harus menyetujuinya. Daripada kejiwaan Grace akan berakibat fatal.     

"Huh, dia marah. Kamu … ada hubungan apa sama dia?" Grace menatap lekat Lewis yang masih terus melanjutkan makannya, seolah tidak terganggu dengan kepergian Likha.     

"Tidak ada, sudah cepat habiskan makananmu." Lewis berkata.     

Didalam kamar, Likha duduk merenung di tepi ranjang. Kehadirannya seperti seorang istri kedua didalam sebuah keluarga. Tidak dibutuhkan kehadirannya tapi diharapkan tenaganya. Kalau dia kembali ke Bali seminggu lagi, dia belum sempat mencari lowongan pekerjaan. Mendapatkan pekerjaan tidak semudah itu. Likha mengambil napas dalam-dalam. Dia juga ingin kembali secepatnya. Toh, gaji di awal yang dia dapatkan dari Lewis sudah cukup besar.     

"Baiklah, daripada disini berada dalam satu atap dengan bukan muhrim, lebih baik aku kembali ke Indonesia. Allah SWT bersama umat-Nya yang mau berusaha dan sabar." Gumam Likha dalam hati.     

Perempuan manis berjilbab itu mengeluarkan laptop dari dalam lemari yang tersimpan didalam tasnya. Jari jemari lentiknya mulai menyusuri portal online dan mulai mencari lowongan pekerjaan di daerah Seminyak, tempat terakhir dia bekerja. Likha tidak ingin menyia-nyiakan waktunya sedetikpun.     

Tak terasa malam menjelang. Likha teringat untuk melaksanakan ibadah sholat Maghrib. Ketika dia berjalan melewati pintu kamarnya, Likha mendengar ucapan-ucapan vulgar keluar dari bibir Grace yang diyakini sedang bersama Lewis dipelukannya.     

Likha terdiam dan menghela napasnya. Mengapa dia jadi merasa gundah begini sejak kejadian tadi siang,     

"Sudah-sudah Likha, semangat mencari pekerjaan baru! Dunia tidak selebar daun kelor. Kamu pasti bisa mendapatkan pekerjaan kembali! Huhh!" Likha mengepalkan kedua tangannya ke depan dada. Perempuan manis itu pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badan lalu sholat.     

Tanpa disadari Likha, suaranya tadi terdengar ke luar dari balik pintu oleh Lewis. Pria dingin itu merasakan dihatinya ada lubang yang tiba-tiba muncul entah kapan.     

"Hai Lewis, ayo masuk. Kamu menunggu apa?" Grace memanggil Lewis yang terhenti didepan kamar Likha sambil menatap kotak kayu persegi panjang tersebut.     

Likha menghabiskan malamnya dengan berselancar di dunia maya. Dia tidak keluar sama sekali kaalu tidak dipanggil oleh Lewis dan Grace. Setelah melakukan semuanya, dia kembali lagi ke dalam kamar. Karena matanya sangat lelah karena terlalu lama melihat layar laptop, Likha pun menuju kamar mandi untuk wudhu sebelum tidur malam.     

Entah karena mengantuk atau memang kamar mandinya licin, Likha terpeleset di lantai kamar mandi dalam posisi duduk. Namun, Likha tidak bisa kembali berdiri karena bokongnya mendadak pegal dan susah berdiri. Likha tidak bisa meminta tolong karena dia tidak ingin ada yang melihat dirinya dalam keadaan tanpa jilbab dan pakaian tidur. Meskipun pakaian tidurnya panjang namun tanpa lengan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.