Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 34: Menyusul Istri (1)



BAB 34: Menyusul Istri (1)

0"Pak Andrew, ada apa sih dengan tuan Darren? Kenapa hari ini beliau seperti singa yang kelaparan?" Seorang sekretaris mengendap-endap mendekati Andrew untuk mengorek gosipan terkini yang akan dibagikannya kedalam group pertemanan di aplikasi warna hijau yang dimiliki semua orang.     
0

"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Kalau kamu penasaran, tanay sendiri aja langsung ke orangnya." Tanpa menatap lawan bicaranya, Andrew terus mengetik laporan yang harus diserahkan ke Darren sebelum dirinya juga mendapat giliran amukan dari bos yang khusus hari ini sangat membingungkan.     

Perempuan yang berusaha mengorek gosipan itu hanya bisa mencibir mendapat jawaban telak dari pria yang tidak pernah terlihat bergandengan tangan dengan wanita manapun itu. Sepeninggal perempuan itu, Andrew menghembuskan napas kasar. Sepertinya dia tahu kenapa bosnya menjadi singa hari ini. Dia tidak melihat Calista di kursi sekretarisnya. Apa mungkin mereka bertengkar hebat semalam? Andrew memiringkan dagunya mencoba menebak-nebak apa yang sedang terjadi.     

"Andrew, keruanganku sekarang." Sekretaris pria itu mendengar sahutan dari telpon yang diangkatnya.     

"Ya tuan, apa yang harus saya lakukan?" Andrew berdiri didepan meja sang presdir yang justru pemiliknya sedang menatap jalanan dibawah sana dari jendela lantai gedung tertinggi.     

"Aku akan keluar kota selama seminggu, berangkat sore ini. Kalau ada yang masih butuh tanda tanganku, serahkan sekarang sampai jam 3 sore atau tunggu nanti sepulang aku dari sana." Sahut Darren. Andrew menganga bingung. Menurutnya tidak ada janji dengan rekan bisnis di luar kota. Terus untuk apa bosnya ini pergi?" Andrew berpikir.     

"Kalau boleh tahu, anda akan kemana tuan?" Andrew tidak bisa menahan keingintahuannya. Karena biar bagaimanapun juga, kalau ada pertanyaan dari rekan bisnis, dia harus memberikan jawaban yang sebenarnya daripada disangka berbohong.     

"Hahh, aku mau menyusul Calista ke Bali, dia dibawa mami tanpa seijin dariku." Darren menghembuskan napas kasar. Tidak disangka dia sampai di titik dimana harus mengemis kehadiran seorang istri untuk ada didekatnya setiap hari. Sejak menikah, dia sudah terbiasa dengan kehadiran Calista disisinya. Jadi, dia tidak mau malam ini sepi sendirian hanya memeluk guling.     

"Owh, baiklah tuan." Andrew senyum diam-diam. Khawatir bosnya melihat, dia bisa turun pangkat menjadi office boy.     

"Cepatlah kerjakan sekarang. Aku akan pulang dulu sebelum berangkat."     

"Siap tuan. Saya akan kerjakan sekarang."     

Andrew keluar ruangan dengan langkah-langkah panjang dan cepat. Dia tidak ingin membuang waktu lagi karena sejatinya banyak dokumen yang harus ditanda tangani sang presdir untuk selama beberapa hari kedepan.     

"Aku akan menyusulmu Calista. Jangan harap kamu bisa bersenang-senang tanpaku. Heh." Darren menatap foto Calista yang mengenakan bikini dikirim oleh maminya.     

"Darren, aku …."     

"Huaaa …" Darren menjatuhkan ponselnya sesaat Lewis tiba-tiba datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.     

"Ponselmu," Lewis ingin membantu Darren mengambil ponselnya yang terlempar lumayan jauh karena Darren kaget dengan kedatangan Lewis tiba-tiba.     

"JANGAN! Biar aku saja yang ambil." Lewis tidak jadi mengambil ponsel Darren yang tinggal sejengkal lagi dalam jangkauan.     

"Fyuhh, untung posisi jatuhnya terbalik. Coba kalau menghadap keatas, dia bisa lihat tubuh istriku memakai bikini." Ujar Darren dalam hati.     

"Kenapa sih? Ada foto porno ya? Hahaha, sejak kapan kamu ketularan Jack?" Lewis memilih memutar tubuhnya dan duduk diatas sofa.     

"Enak saja! Aku dan Jack tidak pernah akan sama. Mau apa kamu kesini?" Darren mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai sambil bersungut-sungut dan langsung memasukkannya kedalam kantong celana.     

"Aku membawa sebuah kabar penting." Ucap Lewis.     

"Kabar apa? Dan kuharap sangat penting sehingga membuatku menunda pekerjaanku." Darren kembali duduk ke kursinya sambil membuka laptop untuk mengetik email penting.     

"Huh, aku akan ke Bali besok untuk bertemu seorang klien. Mungkin kita akan bertemu kembali 2-3 hari lagi." Jawab Lewis.     

"Bali? Klien mana?"     

"Klien penting kita untuk membuka cabang hypermart di tempat gedung lama yang tidak terpakai. Lokasinya strategis dengan tempat wisata jadi aku optimis akan keberhasilan disana kelak." Jawab Lewis, si manusia bertangan dingin sedingin wajah dan ucapannya ke orang-orang. Tapi, jika sedang berkumpul dengan Jack dan Darren, maka sifat asli masing-masing akan keluar.     

"Terserah kamu. Kalau butuh sesuatu, minta ke Andrew saja." Jawab Darren malas-malasan. Semoga mereka tidak akan bertemu di Bali nanti, batin Darren.     

"Sekretarismu satu lagi mana? Aku tidak melihatnya."     

"Dia aku tugaskan luar kota selama seminggu." Darren sejenak terdiam khawatir ketahuan akal-akalan mereka.     

"What? Baru masuk kemarin sudah tugas luar kota? Kamu yakin menyerahkan pekerjaan pada karyawan amatiran seperti dia? By the way. Dia sendirian kan?" Tanya Lewis.     

"Iya. Sudahlah, aku tahu apa yang aku lakukan. Aku sedang sibuk sekarang. Kalau tidak ada hal lain lagi, enyahlah dari ruanganku!" Darren kali ini menatap Lewis dengan tajam. Yang ditatap pun menggelengkan kepalanya mendapat pengusiran secara frontal.     

"Okay, aku keluar sekarang. Aku akan menemui Andrew didepan. Bye bro!" Lewis menepuk kedua pahanya sebelum bangkit dari duduknya. Karena kehadirannya tidak diharapkan lagi, dia pun segera keluar ruangan.     

"Hahhh, ada-ada saja!" Darren bergumam.     

Darren pun melanjutkan pekerjaannya. Banyak dokumen yang harus ditanda tangani segera. Dia tidak ingin kepergiannya nanti mengganggu pekerjaannya.     

"Andrew, aku mau bertemu Darren! Kamu tidak berhak melarangku!" sepeninggal Lewis, kini datang Britney. Sepertinya hari ini Darren memang tidak bisa tenang melewati hari.     

"Maaf nona Britney, tuan Darren tidak bisa diganggu." Terdengar suara Andrew di luar yang mencegah Britney masuk meskipun perempuan itu memaksa. Darren tidak peduli karena dia banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum jam 3 sore.     

Setelah beberapa saat tidak terdengar lagi kegaduhan diluar. Darren menjadi lebih tenang sekarang.     

Drrt… drrt…     

Panggilan masuk dari Britney hanya dilihat sejenak namun diabaikan oleh Darren. Dia teringat ucapan yang lebih ke nada ancaman dari mami kemarin. Nada panggilan yang masuk berkali-kali tanpa bosannya, tergantikan dengan nada pesan tertulis masuk.     

"Darren, kamu sedang sibuk kah? Aku mau bertemu denganmu. Aku kangen kamu." Tulis Britney.     

Centang biru muncul terkirim untuk Britney dan perempuan itu pun langsung menelpon kembali. Darren mengangkat telpon untuk memperjelas sesuatu kepada Britney.     

"Darren, ahhh akhirnya kamu angkat telponku. Kamu dimana? Kamu baik-baik saja kan?" Britney berbicara lebih mirip berteriak dengan napas tersengal-sengal.     

"Britney, ini terakhir kali aku katakan sekali lagi. Hubungan diantara kita sudah berakhir. Tolong jangan ganggu aku lagi. Kita jalani hidup kita masing-masing. Aku yakin kamu adalah perempuan cerdas yang bisa memahami kata-kataku dengan baik." Jawab Darren.     

"No Darren, please jangan bilang begitu. Kita bisa memulai kembali semuanya dari 0. Selama dihatimu masih ada aku, aku yakin kita bisa memperbaikinya bahkan lebih baik lagi. Oya, aku dan suamiku sedang proses penceraian dan kami tidak pernah berhubungan sejak lama. Darren, aku mencintaimu. Aku tahu kamu juga sangat mencintaiku." Terdengar isak tangis Britney di ujung telpon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.