Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 33: Menculik Menantu (2)



BAB 33: Menculik Menantu (2)

0Entah sejak kapan, kedua pakaian mereka sudah terlepas dari tubuhnya masing-masing. Namun Darren masih enggan untuk menghujamkan kejantanannya kedalam kewanitaan Calista. Dia masih bermain-main dengan tubuh istrinya yang sangat membuatnya ketagihan setiap hari.     
0

Entah karena Calista adalah perempuan pertama yang mendapatkan keperjakaannya atau justru karena dia yang beruntung mendapatkan istri yang masih perawan.     

Tubuh Calista bergetar hebat dan dari bibirnya terdengar erangan yang menandakan ada sesuatu yang terlepas saat penyatuan terjadi.     

"Calistaaa …" Darren memeluk tubuh sang istri yang ada dibawahnya erat-erat. Calista pun mengalungkan kedua tangannya dileher sang suami. Pasangan suami istri yang awalnya dipersatukan dengan sebuah kontrak, kini mulai saling membutuhkan satu sama lain walau masih berbalut ego dengan kepentingan masing-masing.     

Darren menjatuhkan tubuhnya ke samping setelah berhasil mengeluarkan hasratnya. Sementara Calista langsung memunggunginya sambil menutup tubuhnya dengan selimut sampai membungkus seluruh tubuhnya kecuali kepala. Calista tidak bisa berpikir jernih. Masih terngiang-ngiang dalam ingatannya saat melihat Darren mencium mesra Britney sebelum kepergok olehnya. Calista mengenyahkan pikiran itu dan menutup matanya rapat-rapat agar bisa segera tidur dan melupakan semuanya.     

Darren bukan tidak ingin menjelaskan apa yang terjadi dengan dirinya dan Britney dibawah sana saat Calista melihatnya. Hanya saja, dia merasa Calista pun tidak peduli dengan penjelasannya dan tidak mau tahu urusannya. Jadi buat apa dia menjelaskan sesuatu pada orang yang tidak peduli. Dan, akhirnya malam pun bergulir dengan damai. Tidak ada tuntutan yang diminta seorang suami dan tidak ada penolakan yang dilakukan seorang istri. Masing-masing sibuk dengan perasaannya sendiri tanpa mau menjelaskan apapun.     

Matahari bersinar terik. Darren masih terlelap dalam tidurnya. Dia memiringkan badannya dan meraba kasur disebelahnya. Kosong tak berpenghuni. Darren membuka matanya perlahan. Sungguh tidak ada Calista disana.     

"Calista? Calista?" Darren mengira istrinya ada di kamar mandi, namun tidak ada jawaban. Tangannya mencoba menggapai ponsel yang bertengger manis di atas nakas sebelah ranjangnya. Dia mencoba menajamkan penglihatannya yang masih kabur dengan mengerjap berulang-ulang.     

"What?!" Darren berteriak tanpa sadar ketika melihat jam menunjukkan pukul 9 pagi. Dia tidak pernah berangkat kantor telat. Mata hijau mengumpat kesal dan merutuki Calista sambil bergumam karena tidak membangunkan dirinya.     

Secepat kilat Darren menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Hanya butuh waktu 10 menit untuknya mandi dilanjutkan dengan memakai setelan kerja. Semua pakaiannya sudah disiapkan Calista di atas sofa single.     

"Kemana perempuan itu? Berani sekali dia meninggalkanku." Tiba-tiba ada secarik kertas kecil terjatuh bersama dasi yang dia ambil serabutan diatas pakaian yang disediakan Calista.     

"Aku ikut mami ke Bali selama seminggu. Mami bilang aku butuh liburan. Selamat bersenang-senang dengan pacar tercinta. Kamu bisa tenang tidak ada aku yang akan mengganggu. Calista."     

Darren menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dari mulutnya. Dadanya penuh dengan gejolak amarah. Andaikan film kartun, diatas kepalanya akan muncul api keluar dari gunung yang menyembur ke awan.     

"CALISTAAAAAA!!!" Darren tidak peduli dibilang gila atau apa. Dia meremas kertas tersebut dengan kepalan tangannya yang Nampak berurat menahan kejengkelan luar biasa. Darren keluar kamar dengan membanting pintunya kencang-kencang. Dia segera menuju ke mobilnya dengan melewatkan sarapannya. Supir yang masih mengelap kaca belakang dibuat panic dan meletakkan embernya ke pinggir secepat mungkin, member kode pada temannya yang lain untuk minta tolong dibawa ke kamar mandi peralatan mencuci mobilnya.     

Didalam mobil Darren mengeraskan rahangnya. Dia kesal luar biasa dengan tindakan Calista yang mengabaikan dirinya tapi juga kesal dengan maminya yang semaunya sendiri membawa menantu satu-satunya pergi dari rumah bahkan berlibur ke luar pulau. Sepanjang jalan, Darren menggenggam ponselnya erat-erat. Dia ingin menelpon Calista tapi tidak mau terlihat peduli. Tapi, kalau tidak ditelpon, dia tidak akan tahu apa yang akan Calista lakukan disana.     

Drrtt ... drrt …     

Sebuah pesan berupa foto masuk ke dalam ponselnya. Matanya terbelalak lebar ketika yang muncul adalah pesan berupa gambar yang dikirim maminya berupa Calista yang sedang mengenakan bikini berwarna merah menggoda. Darren susah payah menelan salivanya melihat penampakan Calista yang baru disadarinya sangat seksi dengan tubuh langsing dan kulit mulusnya. Serta merta Darren menekan tombol hijau.     

"Halo …" Suara maminya terdengar sangat membuat Darren mengatupkan bibir menahan emosi.     

"Mami, kenapa kamu mengajak Calista tanpa seijinku?" Suara berat dan penuh tekanan tampak jelas terdengar dari suara Darren yang menahan emosinya.     

"Ih mami kan sudah bilang ke kamu semalam. Masa kamu lupa?" Sahut mami sambil mengedipkan satu matanya ke Calista yang sudah berganti pakaian ke kaos oblong dan rok jeans selutut. Sesungguhnya mami hanya menggoda Darren agar cemburu pada Calista dan tidak bermain-main lagi dengan Britney. Mami tidak suka Britney sejak dulu karena sifatnya yang haus akan kekayaan dan suka bermain dengan banyak lelaki. Sayangnya, anak semata wayangnya dibutakan dengan kata cinta sehingga tidak mau mendengar nasihat mami papinya. Beruntung, mereka tidak sampai menikah karena Britney memilih pria tua untuk menjadi suaminya dan menafkahi kehidupan hedonnya.     

"Mami, dia istri aku. Hanya aku yang berhak untuk menentukan kemana dan dengan siapa dia pergi." Darren memukul-mukul lututnya dengan kepalan tangan kanannya.     

"Dengan mami pun harus minta ijin kamu? Cih, kamu urus dulu pacar kamu itu dengan benar. Biar mami menyenangkan istrimu yang terkurung di sangkar emas tanpa mengenal dunia luar. Oya, Calista mami lihat sangat seksi dan cantik. Cocok buat model peragaan bikini mami yang akan launching minggu depan." Mami menahan kekehannya karena tahu diujung telpon sana sang anak pasti sudah mendidih kepalanya dan menahan emosi yang akan membuncah.     

"Aku tidak ijinkan mami untuk menjadikan istriku model pakaian dalam. Dia bukan untuk konsumsi public! Mami, please jangan membuatku marah!" Darren berteriak menahan sesak didada. Tapi mami diujung telpon sana malah tertawa terbahak-bahak dan langsung mematikan ponselnya sepihak. Darren melongo menganga melihat sang mami memutuskan panggilan.     

"Maaf tuan, sudah sampai dari tadi." Pak supir yang sejak tadi sudah dilanda kepanikan dan ketegangan, memberanikan diri memberitahu tuan mudanya karena dibelakang antrian mobil yang masuk sudah mengular.     

"Yayaya." Darren keluar dari mobil dengan wajah kacau. Emosinya pagi ini tidak terkendali. Seharian semua orang dimakinya meskipun hanya melakukan kesalahan sepele. Tidak ada yang berani mendekati Darren hari ini. Semua karyawan gemetaran dan bahkan ada yang menangis karena mendapat omelan dari Darren. Belum pernah mereka melihat bos mereka segarang ini. Biasanya hanya tampak dingin dan cuek, tidak mau tahu apapun. Kini sedikit kesalahan pun bisa membuat suaranya menggema hingga menembus langit ketujuh.     

"Pak Andrew, ada apa sih dengan tuan Darren? Kenapa hari ini beliau seperti singa yang kelaparan?" Seorang sekretaris mengendap-endap mendekati Andrew untuk mengorek gosipan terkini yang akan dibagikannya kedalam group pertemanan di aplikasi warna hijau yang dimiliki semua orang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.