Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 35: Menyusul Istri (2)



BAB 35: Menyusul Istri (2)

0"No Darren, please jangan bilang begitu. Kita bisa memulai kembali semuanya dari 0. Selama dihatimu masih ada aku, aku yakin kita bisa memperbaikinya bahkan lebih baik lagi. Oya, aku dan suamiku sedang proses penceraian dan kami tidak pernah berhubungan sejak lama. Darren, aku mencintaimu. Aku tahu kamu juga sangat mencintaiku." Terdengar isak tangis Britney di ujung telpon. Senjata semua perempuan kalau sudah dalam posisi terjepit.     
0

"Terserah kamu. Aku tidak peduli lagi. Pokoknya, jauhi hidupku … selamanya."     

"TUT," Telpon pun dimatikan sepihak. Darren memblokir nomer Britney. Dulu dia memang buta, tepat seperti yang maminya katakan. Ucapan siapapun tidak akan didengar olehnya. Baginya Britney adalah segalanya, meskipun dia berulang kali disakiti dan dikhianati. Namun kini, kehadiran Calista menyadarkan Darren kalau dia berhak mendapatkan cinta yang sesungguhnya, tanpa harus merusak hubungan orang lain dan pastinya hubungan yang berlandaskan status sah.     

Jam bergerak menuju pukul 3. Tak terasa Darren tenggelam dengan kesibukannya. Dia pun membawa laptopnya dan pulang meninggalkan Andrew.     

"Aku titip kantor beberapa hari, secepatnya aku kembali. Kalau tidak ada yang penting-penting sekali, jangan hubungi aku. Paham!" Ujar Darren.     

"Paham tuan. Hati-hati dijalan." Jawab Andrew dan dibalas dengan lambaian tangan di udara tanpa menoleh lagi.     

Darren sudah bilang ke Hera untuk mengemas pakaiannya. Dia akan pulang untuk mandi dan berganti pakaian. Tanpa disadarinya, ada sepasang mata didalam mobil mengamati pergerakannya dari jauh dan membuntutinya dibelakang. Ya dialah Britney, perempuan yang keras kepala dan sangat terobsesi pada Darren. Dulu dia mengabaikannya, kini dialah yang terabaikan. Britney penasaran apa penyebab Darren menolaknya mentah-mentah. Dia menduga kalau Darren sudah menemukan perempuan lain sebagai pengganti dirinya.     

"Bu Hera, semua bawaanku sudah siap?" Darren yang baru selesai mandi dan berganti kaos oblong warna abu-abu dan jaket kulit warna coklat dipasangkan dengan celana jeans, siapapun yang melihatnya akan berdecak kagum dan meneteskan liur karena penampilan Darren yang tampan paripurna didukung oleh postur tubuhnya yang atletis dan tinggi menjulang, ada bulu-bulu halus bersemi di dagu pria bermata hijau tersebut.     

"Sudah semua tuan. Tuan, tolong sampaikan salamku pada nyonya muda. Hera kangen begitu. Belum ada sehari rumah ditinggal nyonya muda, sudah sepi seperti tidak ada gairah kehidupan." Hera menundukkan kepalanya sambil menghela napas.     

"Memang sebelumnya bagaimana? Hanya menambah satu orang aku rasa tidak berpengaruh apa-apa." Jawab Darren asal sambil memakai tali sepatunya.     

"Tuan salah besar. Nyonya muda itu sangat energik, santun, dan ceria. Kami semua merasa terhibur dan bersuka hati kalau nyonya Calista ada dirumah. Beliau juga rajin olahraga pagi dan sore ketika belum bekerja. Dan, beliau juga sering membantu bibi yang ada di dapur untuk memasak. Sejak nyonya Calista hadir, semua makanan yang tersaji di meja adalah hasil masakan nyonya muda, bukan bibi dapur lagi." Hera bercerita panjang lebar dan memuji semua kelebihan Calista.     

"Aku rasa kamu terlalu mengada-ada bu. Dia biasa saja dimataku. Masih banyak perempuan yang lebih cantik dan lebih seksi dibanding dia." Darren menepuk-nepuk pahanya untuk merapihkan celana yang sedikit kusut karena tertekan tangannya saat menunduk.     

"Berarti tuan mengakui kalau nyonya Calista cantik dan seksi dong yaa. Hehehe …" Hera menutup bibirnya dengan tangan kanannya. Dia senang karena Calista sudah mendapat tempat dihati suaminya, Darren.     

"Sudahlah, aku tidak mau berbicara lagi." Darren menggeleng-gelengkan kepalanya lemah.     

"Aku titip rumah. Kalau ada yang penting sekali, baru telpon aku. Jangan hubungi aku kalau tidak penting-penting sekali. Paham!" Darren merasa DeJavu. Sepertinya dia pernah mengatakan hal seperti ini tapi kapan dan ke siapa. Ah sudahlah, aku lebih baik segera ke bandara, batinnya.     

Hera menganggukkan kepalanya mantap. "Serahkan padaku tuan. Aku akan bertanggung jawab penuh selama tuan dan nyonya bulan madu. Ups!" Hera keceplosan dan menutup mulutnya rapat-rapat sambil meringis. Darren menganga mendengar ucapan Hera dan tidak bisa berkata apa-apa. Kalau dipikir-pikir benar juga. Dia dan Calista belum pernah bulan madu sejak menikah.     

Darren pun masuk kedalam mobil yang akan membawanya menuju bandara. Darren menghembuskan napasnya untuk melegakan dada yang terasa sedikit sesak. Mobil mewah keluaran Eropa berwarna hitam itu pun meluncur ke jalanan raya diiringi langit yang sudah kemerahan dan akan berganti malam. Jet pribadi Darren sudah menunggu di landasan khusus.     

Hanya butuh waktu 1 jam lebih untuk sampai bandara dan menuju pesawat pribadinya. Darren tidak perlu repot menggiring kopernya karena ada asisten khusus yang membawakan hingga masuk kedalam pesawat. Pesawat yang sudah siap lepas landas itu akan membawa seorang suami yang hendak menyusul sang istri di pulau dewata, Bali.     

Penerbangan Jakarta – Bali yang memakan waktu hampir dua jam itu dimanfaatkan Darren dengan mengistirahatkan tubuh dan memejamkan matanya. Hotel tempat dimana mami dan Calista menginap sudah dikantonginya dan dia pun sudah check in di hotel yang sama dengan jenis kamar paling mahal di hotel tersebut.     

"Calista sayang, malam ini mami ada pertemuan dengan rekan bisnis mami untuk membahas proyek launching peluncuran produk minggu depan di butik mami. Kamu didalam kamar saja ya, jangan kemana-mana. Mami tidak ingin kamu digodain sama pria-pria hidung belang. Mami takut tidak bisa menjaga kamu disana." Sara, seorang dokter dan wanita karir yang diberi kebebasan oleh sang suami untuk mengerjakan apapun yang dia inginkan, adalah wanita yang masih tampak cantik diusianya yang menjelang 50 tahun. Tidak ada guratan halus di pipi dan keningnya. Semua teratasi berkat perawatan wajah dan vitamin yang sering diminum sang mami mertua.     

"Iya mami. Terima kasih mami mau mengajak Calista jalan-jalan melihat dunia luar. Mami baik sekali sama Calista." Calista menyajikan minuman teh hangat aroma chamomile di atas meja. Harum semerbak teh buatan Calista membuat pikiran Sara menjadi lebih tenang. Sara menyukai kelembutan dan kejujuran Calista yang tidak dibuat-buat. Semua penghuni rumah Darren sangat menyukai Calista, itulah kesan pertama yang disukai Sara dari Calista.     

"Justru mami yang senang karena kamu menjadi istri Darren. Anak keras kepala dan angkuh itu tenggelam dalam kenangan masa lalu yang membutakan mata dan hatinya. Kamu yang sabar ya menghadapinya. Mami akan selalu ada disisi kamu mendukung kamu apapun yang terjadi." Sara merangkul menantu satu-satunya itu. Perempuan ayu yang kadang bisa lembut kadang bisa keras namun selalu menjaga jarak dengan semua lelaki, itu yang menjadi poin lebih dari Calista di mata Sara.     

"Mami ganti baju dulu setelah itu berangkat. Kamu di kamar jangan kemana-mana yaa." Sara beranjak pergi menuju lemari pakaian yang menampilkan deretan gaun mahal nan elegan dan memilih salah satu untuk dipakai malam ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.