Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 39: Grace, Teman Masa Kecil



BAB 39: Grace, Teman Masa Kecil

0"Kamu! Kenapa yang ada didalam otakmu hanya bercinta dan bercinta. Aku tidak bisa bergerak karena kamu memelukku erat."     
0

"Kalau begitu diamlah, sudah malam. Besok aku akan membawamu ke suatu tempat." Darren merenggangkan pelukannya namun tidak melepas Calista. Sejak menikah, pria bermata hijau ini suka sekali memeluk tubuhnya. Terkadang, ditengah tidur Calista memunggunginya, Darren akan memburu dan memeluknya dari belakang. Namun, lama kelamaan Calista mulai terbiasa dengan semua perlakuan dominan yang diberikan Darren.     

Tidak menunggu waktu lama, terdengar dengkuran halus dari Darren. Tampaknya dia sangat kelelahan. Bagaimana tidak?. Baru datang setelah 2 jam perjalanan jauh dari Jakarta, langsung meminta jatah selama dua jam lebih juga.     

Calista memilih untuk menuruti apa kata Darren saat ini, berdiam diri berada dipelukan suami posesif. Dadanya yang bidang menghangatkan tubuh Dinda yang sedikit menggigil karena suhu pendingin ruangan yang lumayan rendah.     

Dan, mereka pun akhirnya sama-sama terlelap dalam mimpinya masing-masing.     

Sementara itu di kamar berbeda, seorang pria sedang bersiap-siap untuk menjelajahi malamnya Bali dengan mengunjungi salah satu kelab malam yang terkenal dan paling mahal. Kaos oblong, jaket hitam, dan celana jeans cukup membungkus tubuh atletisnya di dinginnya malam.     

Sebelum menutup jendela kamarnya, dia sempat melirik kamar yang ada di seberang. Lampu sudah dipadamkan, semua orang pun pasti akan berpikiran yang sama jika dua orang dewasa berlainan jenis berada didalam satu kamar akan melakukan apa. Seringai sinis terbit di ujung bibirnya.     

Hanya butuh 10 menit saja dari hotel tempatnya menginap ke salah satu klub malam elit yang ada di Seminyak tersebut. Klub yang dibuka sejak tahun 2000 lalu ini menawarkan wine terbaik berkelas internasional. Klub ini juga pernah mendapat penghargaan sebagai Wine Spectator. Disini pengunjung bisa menikmati aneka hidangan internasional, mulai dari Perancis, Jepang, Yunani, Itali, Thailand, dan Maroko karena terpadu dengan resto.     

Lewis adalah salah satu tamu tetap VVIP disini. Para bos hingga tukang parkir sudah kenal betul dengan Lewis. Pria pendiam, tidak suka berkumpul, tidak pernah mabuk, ataupun bermain dengan wanita malam di klub tersebut. Namun suka membagikan uang setiap kali datang kepada siapapun yang ditemui.     

Yang tidak semua orang tahu adalah, Lewis merupakan pemegang saham terbesar klub ini.     

"Selamat malam tuan Lewis, silahkan masuk. Ruangannya sudah kami siapkan." Seorang manajer langsung menghampiri begitu salah stau anak buahnya memberi tahu kedatangan Lewis. Lewis lewat begitu saja tanpa berkata iya ataupun tidak.     

Pria bertampang lebih dingin dari Darren itu, masuk lewat pintu khusus yang langsung terhubung dengan ruangannya. Tampak didalam ruangan sudah hadir kolega bisnisnya. Tidak ada satupun wanita penghibur didalam ruangan itu karena Lewis menolaknya.     

"Selamat malam tuan Lewis." Pria berkacamata itu berdiri dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Lewis menyambut uluran tangan tersebut dan duduk dihadapan pria tersebut.     

"Maaf kalau sampai harus malam-malam. Karena saya tidak bisa bangun pagi untuk bekerja." Lewis menyeringai mengatakan alasan diadakannya pertemuan tersebut di malam hari. Meksipun didalam klub, namun ruangan tersebut sudah dipasang peredam suara. Jadi, musik hingar bingar diluar tidak akan terdengar sampai kedalam, begitu juga sebaliknya.     

"Tidak apa tuan, saya sangat memakluminya. Tapi, yang saya herankan, anda juga tidak menginginkan para wanita malam untuk menemani. Hehehe. Apakah anda sudah beristri?" Pria itu memegang kacamatanya dan terkekeh penuh arti.     

"Apakah anda ingin ditemani wanita penghibur malam ini? Anda sudah menikah?" Tampak nada tidak menyenangkan keluar dari mulut Lewis, yang ditanggapi dengan gugup oleh pria tersebut.     

"Bu-bukan begitu maksud saya. Iya saya sudah menikah dan punya anak. Saya hanya heran, pria seperti anda yang punya segala-galanya tapi tidak terlihat bersama wanita. Padahal ini di klub malam loh." Jawab pria tersebut.     

Darren mulai tidak menyukai pria tersebut sejak pertama kali bibirnya berucap. Dia pun menyandarkan punggungnya dan mengeluarkan cerutu Havana yang selalu ada di saku bajunya.     

"Tidak semua orang yang datang ke klub malam untuk bermain wanita. Ada yang hanya sekedar untuk minum-minum atau berjoget di lantai dansa. Justru, mereka yang baru pertama kali datang kesini, biasanya ingin merasakan sensasi kehidupan malam dengan cara mabuk-mabukkan dan melakukan kencan satu malam atau one night stand dengan wanita mana saja yang ditemui." Lewis mengepulkan asap putih ke atas dan duduk menyilangkan satu kaki diatas kaki lainnya sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar diatas kepala sofa.     

"Apakah anda ingin melanjutkan kerjasama atau kita batalkan saja. Aku tidak masalah. Nothing to lose!" Lewis menyeringai sinis.     

"Tentu saja harus dilanjutkan. Saya harus melaporkan hasil pertemuan malam ini ke direktur saya besok. Mohon maaf sekiranya kata-kata saya kurang berkenan di hati tuan Lewis." Pria berkacamata itu mengelap keningnya dengan sapu tangan yang diambilnya dari kantong celana karena berkeringat di suhu ruangan yang sangat dingin.     

Aura Lewis sungguh membuat lawan bicara tidak bisa berkutik.     

Akhirnya, kerjasama itu sukses dilakukan. Lewis meninggalkan ruangan segera. Tidak lama setelah kepergiannya meninggalkan ruangan tersebut, tiga orang wanita penghibur berpakaian seksi seperti kurang bahan, datang ke dalam ruangan tersebut.     

Pria berkacamata yang usianya sekitar empat puluh tahunan itu melotot dan menganga lebar melihat ke tiga wanita tersebut mengapit dirinya dari berbagai sisi. Tangan-tangan mereka begitu cekatan dan luwes menjamah tubuh pria tersebut dan melucuti pakaiannya satu persatu.     

Bukannya menolak karena sudah berstatus menikah, pria tersebut justru pasrah dan menikmati segala perlakuan yang mereka berikan. Kapan lagi bisa bercinta dengan tiga wanita sekaligus dan gratis pula? Pikirnya. Erangan dan desahan tampak memenuhi isi ruangan kelas VVIP tersebut.     

Lewis tersenyum sinis sepanjang jalan meninggalkan ruangan tersebut.     

Lewis menuju kantornya yang berada di lantai paling atas klub. Dari jendela ruangannya, dia bisa melihat hampir sebagian daerah Seminyak di malam hari. Tiba-tiba terlintas dipikirannya, Calista yang mendebat dirinya dua kali dalam sehari pertama bertemu. Tidak ada perempuan manapun yang akan menolak pesonanya. Semua wanita akan bertekuk lutut, tapi tidak dengan Calista.     

Namun, apa yang dilihatnya malam ini di kamar itu, langsung menghempaskan senyuman yang sempat terbit di bibirnya. "Ada hubungan apa Darren dengan Calista sehingga mereka bisa se intim itu?" Lewis berpikir untuk mencari tahu sendiri.     

Tok tok tok ...     

"Masuk!" Lewis tidak tahu siapa yang datang. Menurutnya pastilah salah seorang manajernya.     

"Lewis."     

"Grace?" Lewis memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang datang. Ternyata Grace. Teman masa kecil mereka dulu, dan juga teman tidurnya saat di luar negeri.     

"Apakah kamu merindukanku? Aku baru kembali dari luar negeri." Grace meraba dada bidang Lewis yang tertutup kaos branded seharga jutaan rupiah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.