Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 45: Kunci Cadangan



BAB 45: Kunci Cadangan

0Calista menatap mata hijau Darren dengan mata terkejap-kejap karena derasnya air hujan yang membasahi kepalanya.     
0

"Kamu, sedang apa disini?" Jawab Calista tanpa dosa.     

Tanpa banyak basa basi, Darren membopong tubuh lemah dan basah kuyup Calista diatas kedua telapak tangannya. Mereka melewati air hujan bersama-sama namun Calista mengeratkan tangannya di leher Darren sehingga wajahnya tersembunyi di cengkuk leher pria atletis tersebut.     

Sepanjang jalan menuju kamarnya, Darren dan Calista mendapatkan perhatian dari banyak mata yang memandang. Mereka berdecak kagum akan keromantisan pasangan muda ini. Yang pria gagah perkasa sedangkan yang wanita cantik.     

Darren menurunkan Calista di depan pintu masuk kamar mereka untuk membuka pintu terlebih dahulu. Sesampainya didalam kamar, Darren membopong tubuh Calista diatas bahunya dan membawanya ke kamar mandi.     

"Darren, apa yang kamu lakukan?"     

"Membersihkan otakmu!" Darren menyiram kepala dan tubuh Calista dengan air shower dari gagangnya langsung. Calista berteriak namun Darren tidak menggubrisnya.     

"Hentikan, aku bisa mandi sendiri!"     

Darren melempar gagang shower tersebut ke lantai kamar mandi dengan kesal.     

"Kamu tahu betapa susahnya aku mencarimu kesana kemari, sedangkan kamu enak-enakkan ada di taman?" Darren melampiaskan emosi yang tertahan di dada sejak tadi. Tubuh mereka berdua yang sudah basah kuyup sejak tadi, tidak mendinginkan panas yang ada didalam dada dan otak.     

"Aku mau kemana lagi? Kalau ke kamar tidak punya kuncinya. Mau ke kamar mami aku lupa nomer kamarnya." Jawab Calista sambil tertunduk.     

"Lalu kenapa kamu tidak mengangkat telpon dariku, hah?" Darren mengangkat dagu Calista dan menatap matanya lekat-lekat.     

"Aku ... aku tidak mau mengganggumu." Jawab Calista dan langsung memejamkan kedua matanya setelah selesai berbicara. Perempuan cantik itu tidak sanggup melihat kilatan kemarahan di bola mata warna hijau yang menyala-nyala bila sedang emosi.     

"Calista, kamu ...benar-benar harus dihukum!" Jawab Darren kesal bukan main. Namun, dia tidak bisa marah lebih lama jika bersama perempuan yang menjadi candunya setiap hari itu.     

"Maafkan aku! Lain kali, aku boleh pinjam kunci cadangan? Jadi sewaktu-waktu kamu ada urusan sendiri, aku bisa langsung kembali ke kamar." Ujar Calista polos.     

"Bukan itu inti masalahnya, CALISTA!" Darren mengeraskan rahangnya dan memberi penekanan di akhir kalimat.     

"Lalu apa? Aku ingin mandi dulu, sebelum kepalaku pusing karena kehujanan tadi. Kamu bisa keluar sekarang?" Tanya Calista memelas.     

"Tidak bisa!" Jawab Darren galak.     

"Kalau begitu, aku yang keluar saja."     

"Kita keluar sama-sama." Ucapan Darren sambil menyeringai jahil, membuat Calista membelalakkan matanya lebar-lebar.     

Entah sejak kapan tapi setiap kalimat yang keluar dari mulut pria ini, Calista selalu merasakan tujuan pria ini hanyalah satu: B E R C I N T A.     

"Diamlah, jangan memberontak atau aku akan membuatmu tidak bisa keluar kamar sampai besok." Jawab Darren saat melucuti satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Calista.     

Perempuan yang awalnya ingin memberontak itu, menggigit bibirnya pasrah saat jari jemari Darren terampil menjamah tubuhnya dan membuka pakaiannya.     

"Jangan pernah menggigit bibirmu didepan orang lain. Okay?" Darren menggigit bibir Calista dan menyesap bibirnya dalam-dalam sementara tangannya masuk menjamah segitiga pengaman Calista dibawah sana dan satu jarinya melesak masuk kedalam kewanitaannya.     

Calista mendesah, kulit tubuhnya bergetar hebat. Darren benar-benar tahu titik sensitifnya. Kedua tangannya memegang erat bahu kekar Darren.     

"Eughhhh .... ssshhhh .... Darren ... ahhhh ..." Calista mengerang hebat dan mengeluarkan pelepasan pertamanya saat jari Darren mengocok kewanitaanya. Cairan hangat pun keluar dari kemaluannya dan membasahi jari Darren.     

Darren mengeluarkan jarinya dan menjilatnya dengan cara paling sial sensualnya di mata Calista.     

"Sekarang, gantian puaskan aku!" Tubuh mereka berdua yang kini sudah polos, memudahkan Darren untuk mengeksplorasi tubuh Calista yang langsing namun memiliki dada besar. Calista gemar makan apapun tapi dia rajin olahraga dan yoga sehingga tubuhnya tetap terjaga.     

Darren sangat memuja lekuk tubuh Calista. Semua yang ada dalam dirinya, termasuk cara berpikirnya yang polos, merupakan satu paket yang lengkap untuk mengimbangi kejeniusan seorang Darren dan pikiran yang berorientasi ke masa depan itu.     

Calista dan Darren bercinta tanpa jeda sejak masuk kamar sampai berjam-jam berikutnya. Calista merasakan tubuhnya sudah lelah luar bisa melayani nafsu pria yang tidak ada padamnya. Mereka pun mengakhiri pergumulan mereka diatas kasur dengan posisi saling memeluk satu sama lain.     

"Mulai detik ini, aku akan mengatakan pada semua orang bahwa kamulah istriku. Tidurlah yang nyenyak, sayangku." Darren berbicara tepat diatas wajah Calista yang sudah terbuai ke alam mimpi beberapa menit yang lalu.     

-----     

Sementara itu ditempat berbeda, Britney yang sedang menikmati pijatan di pinggir pantai, masih menahan kesal karena ditinggal Darren begitu saja di restoran. Bahkan dia tidak diberi kesempatan berbicara sedikitpun.     

"Ada hubungan apa mereka berdua? Kenapa Darren sangat peduli padanya? Aku tidak boleh melepaskan Darren! Dia milikku sampai kapanpun. Pria tua itu akan segera mati jadi aku harus tetap sabar sampai warisannya jatuh ke tangan ku semua, istri sahnya! Saat itu tiba, Darren akan kembali ke pelukanku. Sama seperti dulu dia begitu memujaku hingga hampir bunuh diri, hehehe..." Pikir Britney sambil mengepalkan kedua tangannya.     

Drrrtt ...     

"Panjang umur." Pikir Britney. Suaminya tiba-tiba menelponnya. Apakah kabar kalau dia sudah mati?     

"Halo." Jawab Britney penuh kelembutan.     

"Dimana kamu? Kembali kerumah sekarang juga!" Britney mengerutkan alisnya. Suara suaminya terdengar sangat galak dan sehat. Tidak terdengar gemetar seperti sedang sakit, pikirnya.     

"Aku ada urusan di Bali. Ada apa?" Jawab Britney malas.     

"Kembali sekarang juga. Aku tunggu 3 jam dari sekarang sudah ada dirumah. Selama ini kamu mengincar warisanku bukan, pelacur?" Ujar sang suami sinis.     

Darah Britney mendidih seketika. Ucapan sang suami padanya memang kasar, sekasar perlakuannya. Makanya Britney tidak peduli kalau suaminya itu main perempuan diluaran. Hitung-hitung membantunya beristirahat dari kebutuhan batinnya yang setiap hari minta dilayani.     

"Baiklah." Britney meremas ponselnya dengan kesal luar biasa. Keinginannya untuk berduaan dengan Darren di Bali harus pupus. Panggilan itu pun dimatikan sepihak.     

Britney bangkit dan membayar upah ibu pemijat lalu beranjak pergi bersiap-siap menuju kamarnya. Dia harus bertolak sekarang juga kembali ke Jakarta karena suaminya akan sangat sadis jika keinginannya tidak segera dipenuhi.     

Britney menikahi Donni, seorang miliarder pengusaha pertambangan, secara resmi. Donni pengusaha berusia sebaya dengah papanya Britney itu adalah seorang duda rekan bisnis keluarga Britney. Donni mengincar Britney sejak lama. Dia akan memberikan proyek mega trilyun kepada papanya Britney, Ricky, jika dinikahkan dengan anaknya.     

Ricky sebenarnya ingin menolak mentah-mentah. Donni terkenal kasar dan main perempuan. Sifat kasarnya lah yang membuat istrinya menggugat cerai, meski tanpa membawa uang sepeserpun.     

Namun, uang trilyunan menggelapkan pikirannya. Dia pun bersedia menjual anak perempuannya demi keuntungan bisnis semata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.