Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 54: Paper Bag Merah Muda Dan Hitam



BAB 54: Paper Bag Merah Muda Dan Hitam

0"Aku mau mandi tapi tidak ada baju untuk ganti salin." Darren keluar kamar dengan bertelanjang dada. Tampak otot tubuhnya yang kekar dengan dada sedikit berbulu, membuat suster yang sedang mengganti botol infuse Calista terpesona melihatnya, seperti akan mengeluarkan air liur yang sangat deras.     
0

"Astaga Darren, ini bukan kamar kamu!" Sara berteriak lantang.     

Darren yang tidak peduli, langsung mengambil ponselnya dan seketika pria jangkung itu tampak sibuk berbicara dengan seseorang diujung telpon didalam kamar mandi.     

"Kapan saya bisa pulang kira-kira, dok?" Dokter yang datang memeriksa, menanyakan apa yang dirasakan dan keluhan apa yang dirasa oleh Calista.     

"Dari pemeriksaan saat ini, tekanan darah, detak jantung, dan semuanya tampak normal. Anda bisa pulang besok kalau kondisi anda benar-benar bagus seperti saat ini." Jawab dokter wanita tersebut sambil tersenyum tulus.     

"Terima kasih dok. Kalau boleh tahu, apa ada pantangan untuk ibu hamil?" Tanya Calista lagi.     

"Tidak ada, nyonya. Jaga karbohidrat saja. Dan hindari stress yang berlebihan. Untuk selebihnya, semua baik-baik saja." Jawab dokter tersebut dengan ramahnya.     

"Terima kasih dok." Calista dan Sara kompak mengucapkan secara bersamaan meski tidak dikomando terlebih dahulu.     

Dokter dan perawat itu pun keluar ruangan. Sementara Darren masih didalam kamar mandi belum keluar dari tadi.     

"Darren, kamu sedang apa?" Sara mengetuk pintu kamar mandi. "Mami mau kembali ke hotel sekarang. Ada urusan penting. Nanti mami kembali lagi. Darren?" Sara mengetuk pintu berulang-ulang.     

"Iya mi, aku lagi mandi." Jawab Darren seperti sedang berada di guyuran air shower.     

"Tunggu Darren keluar kamar mandi, mami baru keluar." Sara menghampiri Calista dan duduk disampingnya.     

"Tidak apa mi. Aku tidak akan kemana-mana kok." Jawab Calista mencoba menenangkan ibu mertuanya.     

"No No. Oya sayang, mami mau cerita soal Britney. Kamu pasti pernah bertemu dia kan?" Mami menggenggam tangan Calista perlahan.     

"Kamu jangan khawatir tentang dia. Papi dan mami tidak menyukai dia sama sekali. Dia adalah cinta pertama Darren dulu sejak sekolah sampai kuliah. Tapi, entah bagaimana, dia malah meninggalkan Darren dan menikah dengan pria yang seumuran James, papinya Darren." Ujar Sara sambil menghela napasnya.     

"Darren anak yang baik dan setia. Dia tidak pernah pacaran dengan perempuan manapun, selain Britney. Tapi sekarang, kamu adalah istrinya. Kamu lebih berhak atas Darren dibanding wanita manapun. Jadi, kamu jangan sungkan lagi ya." Sara tersenyum dan memeluk tubuh Calista penuh kasih sayang.     

"Iya mi. Tapi, status pernikahan kami tidak ada yang tahu kecuali keluarga. Wanita manapun termasuk Britney pasti berpendapat kalau Darren masih single." Jawab Calista pelan, sambil setengah berbisik di telinga sang mertua yang kepalanya masih bersandar di bahunya.     

"Mami dan papi akan menggelar acara pesta untuk memperkenalkan kalian berdua sebagai sepasang suami istri yang sah, saat kamu kembali ke Jakarta nanti. Jadi, kamu harus cepat sehat ya." Sara mengecup pipi kiri dan kanan anak menantu kesayangannya.     

"Kalian sedang apa? Mesra sekali." Darren yang keluar dari kamar mandi hanya mengenakan jubah mandi, menyaksikan momen mengharukan mami dan istrinya yang saling berpelukan.     

"Karena kamu sudah disini, mami kembali ke hotel dulu sekarang. Jaga istrimu baik-baik. Jangan ditinggal sendirian. Mami bawa makanan buat kamu juga biar tidak kelaparan." Sara mengambil tasnya dan sekali lagi mencium pipi kiri dan kanan, sebelum memeluk Darren juga dan meninggalkan kamar Calista.     

"Mami bilang apa?" Darren mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Beruntung, didalam kamar mandi disediakan jubah mandi yang masih baru tentu saja dan wangi. Benar-benar seperti fasilitas tamu hotel bintang lima.     

Tok tok tok ...     

"Permisi ..." Suara sahutan dari luar, mengurungkan niat Calista untuk menjawab pertanyaan Darren.     

"Akhirnya." Darren mendekati pintu dan membukanya sebatas satu orang bisa lewat. Calista bingung siapa yang ditunggu Darren. Namun, tidak ada yang masuk maupun keluar. Justru Darren menutup pintu dan menenteng banyak tas yang terbuat dari kertas khusus, diluarnya tertulis nama sebuah toko terkenal.     

Darren mengangkatnya ke udara sebatas dadanya. Lima tas di tangan kanan berwarna merah muda dan lima tas lainnya berwarna hitam di tangan kiri.     

"Apa itu?" Tanya Calista penasaran.     

"Pakaian ganti kita. Aku tidak mungkin menyuruh seseorang untuk mengambilnya dari kamar hotel. Jadi, lebih baik aku membeli baru saja." Jawab Darren sambil meletakkannya di atas meja depan sofa.     

Calista menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh, kemampuan uang itu tanpa batas.     

"Kamu mau membersihkan badan?" Tanya Darren.     

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Jawab Calista.     

"Uh huh." Darren mengambil satu paper bag warna hitam dibagian luarnya dan membawanya ke dalam kamar mandi. Hanya dalam beberapa menit, pria maskulin itu sudah keluar dengan mengenakan kaos berkerah warna biru laut dengan dua kancing juga celana panjang bahan warna hitam.     

Calista tersenyum senang melihatnya. Entah sejak kapan, dia suka menatap Darren lama-lama tanpa berkedip sambil tersenyum. Darren yang merasakan ditatap oleh Calista, meliriknya dari ekor matanya sesekali. "Kenapa Calista jadi aneh begini? Huh, apakah bawaan bayi?" Pikir Darren. Darren memiringkan dagunya dan tetap tidak mengerti.     

"Paper bag warna merah muda ini pakaianmu. Yang warna hitam punyaku. Aku akan meminta seorang perawat untuk mengganti pakaianmu. Karena aku tidak berani melewati pakaian ke dalam tanganmu yang ada infusnya." Jawab Darren lugas.     

Darren memencet tombol merah sebagai tanda memanggil. Tidak berapa lama, seorang perawat mengenakan jilbab masuk dan bertanya dengan sopan kepentingan memencet tombol darurat.     

Setelah dijelaskan oleh Darren, perawat itu pun dengan sigap segera membantu Calista dengan mengambil air hangat terlebih dahulu di kamar mandi menggunakan baskom yang terbuat dari stainless steel.     

Darren tidak mengijinkan Calista turun dari tempat tidur. Jadi, Calista dibersihkan badannya dengan cara di lap diatas kasurnya.     

Darren mengambil satu paper bag dan menyerahkannya pada perawat itu. Sebuah dress selutut yang sangat elegan dan cantik bermotif lukisan kota Paris warna putih kehijauan tampak sangat lembut dan nyaman disentuh. Harga yang masih tertera di hangtag karena belum sempat di copot itu, membuat perawat tersebut dan Calista menelan saliva susah payah. Seharga ponsel terbaru keluaran tahun ini.     

"Kamu bisa keluar dulu kan?" Ujar Calista pada Darren yang konsisten berdiri disebelah kanan Calista sambil berkacak pinggang.     

"Kenapa? Kamu malu? Huh, bagian mana dari tubuhmu yang belum pernah aku lihat dan pegang?" Jawab Darren santai seperti tanpa dosa.     

Kalau kamu tidak keluar, aku tidak akan ganti baju!" Jawab Calista dengan nada ancaman dan mata melotot tajam. Betapa malunya Calista mendengar kalimat yang keluar dari bibir Darren dan terdengar ke orang luar.     

"Huh, aku akan diluar 5 menit saja." Darren meninggalkan dua perempuan beda profesi dan beda nasib itu didalam kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.