Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 68: Difitnah



BAB 68: Difitnah

0Ketika baru membuka pintu, Darren melihat sosok yang dicarinya sudah ada dihadapannya berdiri sambil menangis di depan pintu."     
0

"Kenapa kamu menangis? Dan darimana saja kamu?" Darren menarik tangan Calista masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya. Calista duduk di tepi kasur dan masih menangis sesenggukan. Darren belum pernah melihat Calista menangis seperti ini. Dahinya mengernyit ingin bertanya tapi menunggu Calista berhenti menangis.     

"Sudah menangisnya? Sekarang katakan ada apa! Kamu membuatku khawatir. Telpon dan tasmu tidak dibawa." Darren menginterogasi Calista layaknya tersangka kasus berat.     

"Tadi aku lagi tiduran, terus ada yang ketuk-ketuk. Aku buka tapi tidak ada orangnya. Hanya ada selembar kertas yang berisi tulisan 'aku tunggu kamu dibawah'. Kupikir itu dari kamu. Aku tidak ingat untuk bawa ponsel dan dompet. Jadi aku langsung turun ke bawah." Calista menghentikan ceritanya sejenak untuk mengambil napas. Darren mengambil satu kursi dan duduk dihadapan Calista.     

"Lalu?"     

"Aku cari-cari kamu kemana-mana tidak ada. Lalu ada perempuan muda dan cantik datang menghampiriku dan menamparku kencang sekali dihadapan banyak orang. Dia …huhuhu … dia bilang aku perebut suaminya. Aku tidak tahu siapa dia dan siapa suaminya. Melihatnya pun baru. Semua orang menatapku penuh kebencian. Aku tidak bisa membalas karena mereka bertiga dan aku digiring ke sebuah kamar kosong. Mereka menamparku dan menyiksaku. Mereka hampir menendang perutku tapi aku tutup dengan lutut dan tanganku. Darren, aku takut." Tubuh Calista bergetar hebat dan menangis histeris.     

Darren mendekap istri yang entah sejak kapan mulai disayangnya. Tangannya terkepal dan amarah mulai membuncah di dadanya. Calista menangis sesenggukan di dada pria yang seketika memberinya kehangatan dan kenyamanan.     

"A-aku bisa keluar dari sana setelah ada seorang petugas kamar hotel datang dan aku melarikan diri. Aku bersembunyi di lantai cleaning service. Aku tidak bisa kembali ke hotel karena tidak memegang kuncinya. Mungkin ada 3-4 jam sudah aku menunggu disana. Darren, aku lapar." Darren membawa Calista ke dalam kamar mandi dan membersihkan beberapa luka di bibir dan telapak tangannya.     

Calista diam patuh menerima apa yang dilakukan Darren. Darren membersihkannya dengan penuh kelembutan dan hati-hati. Darren pula yang mengganti pakaian Calista dan menggantinya dengan piyama baru. Setelah Calista selesai dibersihkan, tampak segala macam makanan berjejer rapih diatas meja dekat kasur. Calista menatap Darren dan tersenyum senang.     

"Terima kasih." Calista segera berjalan menghampiri makanannya. Darren mengeraskan rahangnya. Dia berjalan ke arah balkon menelpon seseorang.     

"Bagaimanana? Sudah ketemu?" Darren sesekali melirik Calista yang sedang menikmati makan malamnya di tepi kasur. Steak sapi, salad sayur, dan aneka buah tersaji lengkap diatas meja.     

"Okay, bawa mereka ke lobi dan tunggu aku." Darren menutup panggilan telpon dan beranjak masuk mendekati sang istri yang kelaparan.     

"Sudah kenyang?" Darren melihat beberapa piring sudah bersih tak bersisa. Hanya tinggal beberapa potongan buah yang masih belum sempat masuk kedalam mulut Calista dan bersemayam di dalam perutnya.     

"Uh huh, ada apa?" Calista mengelap bibirnya dengan tissue. Darren menggenggam tangannya dan membawanya menuju lemari pakaian dan mengambil satu sweater berbahan wool dan memakaikannya ke tubuh Calista.     

"Kita mau kemana?" Calista mengerutkan dahinya melihat sikap Darren yang sedikit aneh.     

"Ikuti aku saja." Darren menggandeng Calista keluar dari kamar dan menuju lift untuk turun ke lobi.     

Suasana malam hari di lobi sedikit mencekam. Tiga orang perempuan bertekuk lutut di tengah-tengah lobi disaksikan banyak tamu dan karyawan yang lalu lalang. Ke tiga perempuan itu menundukkan kepalanya malu. Mereka masih mengenakan pakaian pantai karena saat mereka diciduk, mereka sedang berjemur menikmati matahari terbenam.     

Darren berjalan dengan langkah santai sambil mendekap bahu wanitanya.     

"Kita mau kemana, Darren?" Calista merasa ada sesuatu yang disembunyikan Darren namun Darren diam tidak menjawab apa yang ditanyakan Calista.     

Sesampainya di lobi, Calista merasakan semua orang menatap dirinya. Mungkin karena perkataan tiga orang wanita tadi sore yang mempermalukan dirinya dihadapan orang banyak. Darren melihat Calista yang tertunduk malu.     

"Tegakkan kepalamu. Kamu tidak pantas untuk tunduk dihadapan siapapun. Kamu hanya harus tunduk dihadapanku, hanya padaku! Paham?" Darren mengangkat dagu Calista dan berkata tepat diatas wajahnya.     

"Paham." Calista tersenyum tipis. Tidak ada yang bisa menolak ucapan seorang Darren Anderson. Dia memang bukan selebriti atau artis terkenal. Namun, kekayaan dan kekuasaannya melebihi seorang artis, bahkan pejabat sekalipun. Hanya karena pernikahannya dengan Darren belum diumumkan, sehingga semua orang bebas melakukan apa saja pada Calista.     

Sepasang suami istri yang sedang dikarunia berita kehamilan sang istri, berjalan lurus ke depan hingga sampailah mereka di lobi, dimana ke tiga orang perempuan itu berlutut sudah menunggu sejak tadi. Di kanan kiri mereka tampak 3 orang pria berseragam jas serba hitam berdiri menjaga ke tiga perempuan yang sedang berlutut.     

"Kamu lihatlah baik-baik mereka. Apakah mereka yang menamparmu dan menyiksamu?" Darren meminta tiga pengawalnya untuk menarik ke tiga perempuan itu berdiri, agar terlihat jelas wajahnya. Ketiga perempuan itu berdiri ketakutan dan saling memandang satu sama lainnya.     

Calista menatap satu-satu. Wajah yang tidak akan terlupakan karena telah hampir mencelakai anak yang dikandungnya.     

"Iya benar." Jawab Calista memalingkan wajahnya ke arah Darren.     

Darren menggertakkan lehernya ke kanan dan ke kiri lalu berkata.     

"Lakukan seperti apa yang mereka lakukan padamu. Tanpa berkurang sedikitpun!" Titah Darren.     

"Apa?" Calista tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.     

"Mereka telah memfitnahmu dengan mengatakan kalau kamu adalah perebut suami orang. Mereka tanpa bertanya terlebih dahulu, langsung menamparmu dan menyiksamu. Jadi, untuk apa berbelas kasih kepada orang yang telah menyakitimu? Hmm?" Darren menatap mata hitam pekat Calista yang hampir menangis. Darren tidak mengerti apa yang ditangisi Calista.     

"Sudahlah Darren, aku tidak bisa berbuat seperti mereka. Aku bukan mereka." Calista berbalik ingin segera kembali ke kamar., namun tangan Darren menahannya.     

"Foto mereka bertiga dan pajang wajah mereka di seluruh wilayah Seminyak, kalau bisa semua kawasan Bali. Tulis dengan huruf besar-besar , "TUKANG FITNAH, TUKANG BULLY, DAN TUKANG MENYIKSA PEREMPUAN!" Biar masyarakat yang menghukum mereka. Darren menggandeng tangan Calista untuk segera kembali ke kamar. Ketiga perempuan itu berteriak meminta ampun dan maaf untuk apa yang mereka lakukan. Hotel yang merupakan salah satu anak perusahaan dibawah Anderson Group, para karyawan tidak bisa berbuat banyak.     

Mereka tidak ingin dipecat oleh pemilik hotel tersebut.     

-----     

Beberapa jam sebelumnya di kota Jogja     

"Lepaskan tangan kotormu! Aku tidak sudi kamu sentuh." Agnes meronta berusaha melepaskan diri dari pria yang sudah dihindarinya selama dua puluh tiga tahun itu. Sungguh sial sekali setelah sekian lama, dia berhasil diketemukan oleh pria yan terkenal sadis dan suka main perempuan.     

"Kamu mau pergi kemana lagi hah? Mulai detik ini, kamu kembali menjadi nyonya Donni Rickman!" Donni memegang dagu Agnes dan mencengkeram kuat ke dua pipi yang tidak berkurang kecantikannya, bahkan lebih memikat di usia empat puluh tahun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.