Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 72: Pura Ulundanu



BAB 72: Pura Ulundanu

0"Agnes, selama dua puluh tiga tahun ini apa yang kamu lakukan? Bekerja, kuliah, atau apa?" Donni dan Agnes menyantap beef steak buatan Donni. Steak yang dimasak setengah matang disiram saus lada hitam dengan pelengkap jagung manis pipilan dan kentang goreng yang berbentuk seukuran jari kelingking.     
0

"Huft, aku tidak bekerja sampai melahirkan beberapa minggu lamanya. Aku kembali bekerja sambil kuliah saat aku sudah benar-benar pulih setelah melahirkan." Agnes diam mengenang anak yang dilahirkan.     

"Dimana anak kita berada?" Donni menatap tajam wajah ayu Agnes yang tertunduk lesu dengan rambut digerai karena masih setengah basah.     

"Aku menitipkan pada sebuah keluarga sederhana. Kondisi keuanganku tidak memungkinkan aku untuk merawatnya seorang diri." Jawab Agnes pelan.     

"APA? Kamu membuangnya? Kenapa kamu harus kabur dariku kalau tidak bisa merawatnya? Dimana akalmu membuang anak sendiri? HAH?" Donni meletup-letup emosi mendapatkan kenyataan kalau anak perempuan yang digendongnya saat baru dilahirkan untuk pertama dan terakhir kali, ternyata malah dibuang Agnes.     

"Aku tidak membuangnya! Aku sudah bilang aku menitipkannya!" Agnes ikut terbawa emosi mendengar Donni menyalahkannya.     

"Kalau kamu tidak membunuh kedua orangtuaku, aku tidak akan berusaha membunuhmu dan kabur darimu." Jawab Agnes sambil berdiri menjauh dari Donni.     

Makan malam berupa steak dengan jus tomat dan jus jeruk sebagai pelepas dahaga, mulai terabaikan.     

Donni mendekati Agnes dan mencengkeram kedua lengannya.     

"Aku sudah bilang, bukan aku yang membunuh kedua orangtuamu." Donni mengeraskan rahang mencoba menahan emosi yang mulai timbul.     

"Itu katamu sekarang. Tapi yang aku tahu waktu itu tidak begitu. Sudahlah, aku lelah. Kamu pulanglah." Agnes menepis tangan Donni dan menjauh dari Donni untuk duduk diatas sofa.     

Donni keluar rumah Agnes dengan membanting pintu kencang-kencang. Agnes sangat terkejut mendengarnya. Wanita berusia empat puluh tahun itu langsung berdiri dan mengunci pintu rapat-rapat. Agnes menatap miris dua piring steak yang masih belum selesai disantap. Namun, dia mengabaikan dan berjalan menuju kamarnya.     

"Sial! Aku belum bertanya padanya dimana dia menitipkan anakku." Donni memukul kap mobil dengan murka. Untuk kembali ke dalam, pria paruh baya itu gengsi. Akhirnya dia mengemudikan mobilnya menuju suatu tempat untuk menghilangkan stress.     

-----     

Sinar matahari pagi terbit sangat indah di langit Seminyak. Darren dan Calista berencana untuk menikmati hari ke empat mereka di Bali dengan bepergian seharian ke Bedugul dan Kuta jika memungkinkan.     

Perjalanan yang cukup panjang karena harus ditempuh dalam waktu hampir dua jam, tidak terasa bagi Darren dan Calista karena sambil menikmati pemandangan alam di sisi kanan dan kiri jalan.     

Darren menyewa mobil yang disetirnya sendiri. Pria bermata hijau itu ingin menikmati liburan berdua saja dengan istrinya tanpa harus ada orang ketiga.     

Mobil yang mereka kendarai pun sampai di sebuah pelataran parkir luas sebelum masuk ke dalam komplek objek wisata Bedugul.     

Sebuah objek wisata paling populer dan favorit di Bali, sehingga menjadi tujuan tour utama dan wajib bagi wisatawan. Objek wisata ini memang begitu mengagumkan, keindahan alam danau Beratan yang terletak di dataran tinggi menawarkan pemandangan keindahan danau, pura dan bukit hijau yang membentengi tempat ini.     

Pura Ulundanu yang terletak di pinggir danau, berpadu serasi dan terlihat cantik seolah terapung di tengah danau. Calista dan Darren pun menikmati speed boat yang mengelilingi danau, yang dikendarai oleh seorang pemandu wisata tempat tersebut.     

Calista dan Darren banyak mengabadikan foto-foto di depan pura dan sepanjang jalan menuju pura Ulundanu. Wanita hamil ini tampak sangat menikmati suasana Bedugul dengan angin sepoi-sepoinya. Banyak wisatawan yang datang saat ini. Darren tidak melepas pegangan dan dekapannya meski sedetikpun terhadap istri yang sudah terpatri di benaknya sebagai perempuan yang ceroboh dan tidak mawas diri.     

Calista mengerutkan bibirnya sebal karena tidak bisa bergerak leluasa untuk kesana kemari sendirian. Dirinya dianggap anak kecil yang tidak tahu jalan dan bisa diculik kapanpun oleh orang jahat. Darren bukannya tidak mengetahui aksi sebal Calista. Namun, dia tidak peduli. Dalam pikirannya lebih baik di cemberutin daripada kepikiran yang tidak-tidak.     

Dering telpon masuk di ponsel Darren membuatnya melepaskan pegangan tangan sejenak ke Calista.     

"Telpon dari Jack. Kamu tunggu disini, jangan kemana-kemana." Ujar Darren sambil mencubit hidung Calista gemas karena istrinya tampak sangat cantik hari ini. Dengan blus warna merah muda, berpadu dengan celana panjang bahan sebetis warna putih, membuatnya tampak seperti mahasiswi yang belum menikah. Ditambah lagi rambut panjangnya dijepit di tengah-tengah rambut.     

"Iya iya." Jawab Calista sambil tersenyum tipis. Darren menjadi sangat romantis sejak mereka ada di Bali. Bahkan semenjak dirinya hamil, Darren meningkatkan status penjagaannya menjadi posesif impulsif.     

"Jack, ada apa?" Darren berkata dengan matanya tidak lepas dari memandang Calista yang sedang berdiri memandang danau sambil menjalin kedua tangannya dibalik tubuhnya.     

"Yooo anak mami, liburan tidak bilang-bilang. Ke Bali pula. Dengan Lewis pula." Jack terkekeh dan tampak sinis menyindir.     

"Aku bertemu Lewis disini tanpa janji juga. Dia ada urusan pekerjaan. Sementara aku, menyusul mami karena ada urusan pribadi juga." Jawab Darren sambil menyandarkan tubuhnya pada salah satu dinding pembatas antara pura dan jalanan setapak.     

"Ya tapi tetap saja kalian tidak bilang padaku kalau mau ke Bali. Bagaimana? Masih lama? Apakah aku harus menyusul kalian hari ini?" Jack bertanya sambil menggigit tusuk gigi yang ada di hadapannya karena baru saja dia menikmati makan pagi yang kesiangan.     

"Tidak perlu, aku pulang segera. Tapi tidak tahu kalau Lewis. Ada apa telpon aku? Bukan karena bilang iri kan karena aku dan Lewis disini? Cepatlah!" Darren mulai tidak sabaran karena ada seorang pria bule muda mendekati Calista yang sedang sendirian. Calista menanggapinya sambil tersenyum dan menunjuk ke salah satu arah.     

"Britney sudah menjanda. Aku melihat dia semalam dengan seorang pria mabuk-mabukkan di sebuah diskotik milik temanku. Dalam mabuknya dia berbicara kalau dia sudah resmi menjadi mantan istri Donni Rickman. Bagaimana? Kabar bagus bukan?" Sahut Jack panjang lebar. Berharap kabar yang dia sampaikan sangat penting dan bermanfaat untuk Darren yang begitu memuja cinta pertamanya, Britney.     

"Huh, aku tidak peduli. Aku sudah melupakannya sejak lama. Aku ingin hidup tanpa bayang-bayang dirinya lagi. Kalau tidak ada yang penting lagi, aku tutup sekarang." Jawab Darren tidak sabaran.     

"Wait, ada berita lagi yang lebih menarik." Sela Jack.     

"Apalagi?" Sahut Darren tidak sabaran. Pria bule tersebut tampaknya menikmati obrolan lama-lama dengan Calista. Dan, pria itu sepertinya hendak meminta nomer telpon Calista karena dia mengeluarkan ponselnya dan akan memencet beberapa nomer.     

"Jadi begini ...."     

"Klik."     

"Darren ... Darren ... "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.