Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 76: Dikhianati dan Ditinggalkan



BAB 76: Dikhianati dan Ditinggalkan

0Darren mengangkat tubuh Calista yang lemas dan membungkusnya dengan handuk kering, kedalam kamar tidur. Dia pula yang memakaikan pakaian dalam dan piyama untuk Calista yang masih tertidur karena kelelahan.     
0

"Entah apa yang terjadi padaku. Setiap berada didekatmu, aku selalu ingin memelukmu erat. Harum aroma tubuhmu membuatku tidak pernah bisa lepas darimu. Apakah kamu menebarkan bibit kokain ditubuhmu?" Darren mengusap rambut basah Calista dengan handuk kecil. Calista masih tetap pulas dengan mengeluarkan dengkuran kecil. Darren menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Bahkan aku jatuh cinta pada perempuan yang tidur mendengkur. Huft!" Darren merapihkan selimut sampai keatas dada Calista dan mengatur suhu kamar menjadi sejuk dingin. Pria ini melanjutkan kembali mandinya dengan berendam didalam bath tub menggunakan air yang tadi dipakai mandi berdua. Darren yang perfeksionis dan cinta bersih-bersih, kini lebih melonggarkan batas kebersihannya sejak mengenal Calista.     

-----     

"Tuan, saya sudah mendapatkan alamat dimana nyonya menitipkan nona kecil dua puluh tiga tahun yang lalu." Jay melaporkan hasil penemuannya setelah sehari sebelumnya diberikan tugas oleh Donni.     

"Dimana?" Donni yang sedang menyesap wine didalam kamar hotel yang dipesannya untuk lima hari kedepan, berdiri menatap langit kota Jogja dengan kesibukan para penduduknya dan dengan delman kendaraan sehari-hari yang digunakan sebagai media transportasi umum.     

"Kepada sepasang keluarga sederhana. Sang kepala rumah tangga hanya seorang tukang becak, sedangkan sang istri berjualan jamu gendong." Jawab Jay dengan mantap.     

"APA? Dia menitipkan anak emasku pada keluarga seperti itu?" Donni mengeraskan rahangnya. Gelas wine yang ada ditangannya hancur lebur karena digenggam terlalu kuat.     

"Tapi sekarang nona muda tidak ada disana. Saya sudah mengawasi rumah itu berhari-hari dan tidak tampak perempuan berusia 20an keluar masuk." Jawab Jay lagi.     

"Mungkin dia sudah keluar rumah. Selidiki terus dan laporkan padaku lagi!" Donni mematikan panggilan telponnya dan melihat tangannya yang berdarah terkenal pecahan gelas.     

"Agnes, sebegitu dendam kah kamu padaku? Kamu harus mendapatkan hukumanmu malam ini!" Donni menuju kamar mandi dan membersihkan tangannya lalu bersiap berganti baju menuju rumah istri yang telah ditemukan kembali setelah sekian lama.     

Mobil sport hitam melaju kencang di jalanan sepi yang kanan kirinya pohon-pohon besar. Cuaca yang masih terik karena jam masih menunjukkan pukul 1 siang, memaksa seorang pebisnis kelas kakap dibidang pertambangan itu mengarahkan mobilnya ke sebuah mall terbesar di kota Jogja.     

"Pilihkan aku beberapa pasang pakaian tidur untuk wanita usia empat puluh tahun." Donni memerintahkan seorang manager bagian pakaian khusus wanita yang merupakan kenalan tetapnya.     

"Siap tuan Donni." Tanpa perlu bertanya, manajer wanita itu segera menginstruksikan beberapa anak buahnya untuk memilihkan pakaian yang sesuai dengan kelas wanita yang menemani Donni.     

Hanya butuh 10 menit dan Donni meninggalkan mall tersebut dengan membawa 5 paper bag berisi masing-masing pakaian tidur berbagai macam model.     

Tok tok tok …     

"Siapa?"     

Tidak ada jawaban dari luar. Agnes penasaran dan langsung membuka pintu yang terbuat dari kayu jati tersebut.     

"Kamu?" Mata Agnes melotot lebar melihat Donni didepan pintunya setelah dua hari pergi setelah kejadian makan malam waktu itu.     

"Mau apa datang lagi?" Agnes membuka pintu hanya sedikit celah namun Donni mendorongnya perlahan. Agnes menghalanginya masuk dengan mendorong dari dalam. Namun kekuatan Donni masih diatas Agnes. Pintu pun terbuka dan Donni menutupnya kembali dari dalam dan menguncinya.     

"Kangen padaku? Menungguku? Hmm?" Donni mengurung tubuh Agnes dengan kedua tangannya menempel di pintu.     

"Siapa yang kangen padamu? Lepaskan tanganmu!" Agnes mendorong tubuh Donni menjauh dari wajahnya dan itu membuat tubuh Agnes melengkung kebelakang, sehingga menampakkan dua gundukan buah dada dibalik kaos santainya yang longgar, yang membuat tenggorokan Donni bergerak.     

Donni yang tidak kuat menahan nafsunya lagi setelah dua hari pergi meninggalkan Agnes, langsung memegang tengkuk leher Agnes dan menciumnya dengan dalam dan ciuman French kiss pun diberikan Donni. Agnes terengah-engah melayani ciuman sang mantan suami yang sudah lama menghilang dan kini kembali lagi.     

"Jangan pernah memancingku." Donni mencium hidung, mata, dan leher Agnes dengan ganas. Tubuh Agnes diangkatnya diatas perutnya dan pria yang memiliki rambut hitam tebal dengan bulu-bulu halus lumayan lebat di sepanjang rahangnya itu membawa Agnes kedalam kamar sang perempuan.     

"Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku! Donni, lepaskan aku!" Agnes berteriak memukul dada sang pria yang masih intens menyesap leher dan dadanya sambil membawanya kedalam kamar.     

"Puaskan aku sekarang, istriku!"     

"Istri? Aku bukan istrimu lagi!" Agnes berusaha melepaskan bibir Donni dari sesapan di dadanya yang cukup sakit karena dipaksa.     

Kaos yang dipakai Agnes dirobeknya dan dibuang ke sembarang arah hingga menampakkan bra hitam berenda menutupi buah dadanya yang masih tampak bulat ranum. Agnes memberontak ingin melepaskan diri namun tenaga Donni yang lebih kuat tak sebanding dengan dirinya.     

"Aahhhhhh …." Donni menghujam keras kewanitaan Agnes. Agnes mengerang menahan sakit dan nikmat yang menjadi satu. Pria iblis ini datang-datang langsung memaksanya bercinta.     

"Sebut namaku, Agnes!" Donni menghujam Agnes lebih keras dan liar diatas kasur beralaskan sprei putih bersih dengan motif bunga melati diseluruh permukaannya. Sprei yang tak berbentuk lagi itu, menjadi saksi kebuasan seorang lelaki terhadap istrinya sendiri, istri yang belum diceraikan sejak dua puluh tiga tahun yang lalu.     

"Donni …" Ucap Agnes dengan napas tersengal-sengal.     

"Good girl! Now, I wanna f**k you till you can't wake up!" Agnes hanya bisa pasrah, dirinya dijadikan makanan siang oleh serigala buas tanpa ampun.     

"Aahhhh …" Donni benar-benar menghukum Agnes tanpa menunggu malam hari karena ulahnya menitipkan anak satu-satu mereka ke keluarga kurang mampu. Entah bagaimana nasib anak perempuan mereka satu-satunya saat ini. Apakah hidup layak atau justru menderita.     

-----     

"Nyonya Calista baik-baik saja tuan. Ini adalah salep gatalnya. Oleskan bila gatal saja. Kalau sudah tidak gatal lagi, tidak perlu dioleskan. Tidak ada obat minum karena kondisi nyonya sedang hamil jadi saya sarankan hindari konsumsi obat-obatan diminum sebisa mungkin." Dokter wanita yang datang ke kamar hotel tempat Darren dan Calista menginap, memeriksa ruam di sekujur tubuh Calista dan memastikan semuanya baik dan aman terkendali.     

Darren bisa bernapas lega. Calista yang masih belum bangun dari tidurnya, tidak menyadari ada dokter yang memeriksa tubuhnya saat dia sedang tertidur. Darren mengantarkan dokter tersebut sampai pintu kamar dan mengucapkan terima kasih sebelumnya.     

"Bahkan istrinya masih terdapat ruam alergi pun, dia masih menggaulinya. Sungguh suami yang ganas." Dokter wanita itu bergumam dilorong kamar hotel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, setelah menemukan beberapa tanda merah di dada, leher, dan beberapa bagian tubuhnya.     

Darren mengambil laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaan kantor, sambil menunggu Calista bangun tidur. Pria bermata hijau itu membuka halaman portal online bisnis. Dahinya mengerut manakala membaca berita perceraian seorang pengusaha pertambangan dengan perempuan yang pernah menempati hatinya selama beberapa tahun itu, sebelum akhirnya dia dikhianati dan ditinggalkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.