Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 78: Saved By The Food!



BAB 78: Saved By The Food!

0Darren, Calista. Ternyata selain hubungan kerja antara bos dan karyawannya, ternyata kalian adalah sepasang suami istri." Jawab Lewis sambil tersenyum dan menempati kursi kosong yang ada disebelahnya.     
0

Calista terkejut melihat kedatangan Lewis. Darren tersenyum tipis melihat Lewis yang bergabung tiba-tiba. Sedangkan Grace mengamati Calista lekat-lekat mencoba mencerna apa yang disukai dari Calista selain wajah cantik dan tubuh langsingnya. Karena setahu Grace, semua wanita yang ada di sekitar Darren punya banyak kelebihan diatas Calista, termasuk dirinya.     

"Kebetulan kamu disini jadi aku tidak perlu membuat pengumuman. Aku sudah menikah dua bulan yang lalu dengan Calista. Dan, sekarang dia sedang hamil enam minggu." Darren mendekatkan kursinya pada Calista dan mendekap lengannya. Calista tersenyum tipis dan canggung dengan dua pasang mata menatap tajam ke arahnya.     

"Kenapa tidak ada resepsi pernikahan mewah untuk sekelas presdir Darren? Apa ada yang dirahasiakan?" Dengan gerakan pelan yang elegan namun pasti, Lewis menuang langsung air di dalam botol mineral ke dalam mulutnya.     

"Kalian akan mendapatkan undangannya segera. Kalian sendiri, kapan kalian akan meresmikan hubungan pertemanan tapi mesra kalian? Jangan kira aku tidak tahu hubungan kalian berdua, hehe ..." Darren terkekeh melemparkan serangan balik pada dua orang yang ada dihadapannya melebarkan mata dan diam membisu.     

"Aku - aku dan Lewis hanya teman. Seperti kita sering berkumpul dengan Jack. Kita ber empat biasa kumpul-kumpul." Jawab Agnes terbata-bata.     

"Hahaha. Sayang, kamu jangan terpengaruh dengan wajah polos Lewis. Wanitanya dimana-mana dan teman tidurnya tidak terhingga banyaknya." Darren berbisik di telinga Calista yang memilih diam.     

"Kamu ...."     

"Maaf, saya hidangkan makanannya sekarang." Dua orang pramusaji menyajikan makanan pesanan empat orang yang dijadikan dalam satu meja.     

"Saved by the food!" Ucap Lewis datar.     

-----     

"Agnes, kita harus bicara baik-baik! Sudah cukup dua puluh tiga tahun buat kita sama-sama introspeksi diri. Yang bisa aku katakan, bukan aku yang memprovokasi atau membuat orangtuamu meninggal." Donni duduk di sofa yang ada didalam ruang tamu, bersisian dengan Agnes yang duduk di sebelahnya namun berjarak cukup jauh.     

Setelah siang mereka yang panas, dan setelah mendinginkan hasrat dan kepala mereka dengan mandi, Agnes bersedia duduk dan berbicara dengan Donni.     

Agnes diam tidak tahu harus bicara apa. Baginya, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dengan Donni. Wanita cantik itu sudah mencoba berdamai dengan masa lalu dan mengubur dalam-dalam, sampai beberapa hari yang lalu Donni muncul dan mengorek luka lama.     

Perihal anaknya, Agnes paham betul kondisi orangtua asuh anaknya. Dia juga yang memberikan uang bulanan kepada keluarga tersebut diam-diam sejak anaknya masih bayi sampai bulan kemarin.     

Jadi, menurutnya, peran Donni sudah tidak dibutuhkan lagi disini. Sehingga, Agnes tidak tahu apa yang harus dibicarakan dengan pria semena-mena itu.     

"Bicaralah! Aku sedang berusaha menekan emosiku jadi jangan uji batas ke sabaranku terus?" Donni berbicara dengan pelan namun penuh penekanan.     

"Aku tidak tahu harus berbicara apa. Bagiku, kamu adalah masa lalu yang sudah aku kubur dalam-dalam. Sedangkan anakku, aku yakin dia bak-baik saja dan berada pada orang yang tepat." Ujarnya sambil berdiri dan melipat kedua tangannya.     

"Jadi tuan, tolong tinggalkan rumah saya dan jangan pernah kembali lagi. Hidupku sudah sangat bahagia tanpa ada orang sepertimu yang mengusik diriku." Jawab Agnes sambil hendak berjalan menuju kamarnya di lantai dua.     

"TUNGGU!" Donni berteriak.     

Agnes menghentikan langkahnya saat sudah menapaki 3 anak tangga menuju lantai atas.     

"Tidak ada satupun yang bisa mengusir diriku! Aku akan kembali kemari kapanpun aku mau. Dan, jangan coba-coba untuk pergi dariku lagi. Orang-orangku akan mengawasimu dua puluh empat jam penuh." Donni menarik tangan Agnes dan memeluk pinggangnya erat. Dagu wanita usia empat puluh tahun itu diangkatnya ke atas dan kedua mata hitam pekat mereka bertemu seolah-olah membisikkan kata-kata yang hanya mereka berdua pahami.     

"Kemana aku pergi, itu urusanku! Kalau aku mau kabur, aku sudah pergi keluar negeri. Sayangnya, darah dagingku ada disini dan butuh finansial dariku untuk kehidupannya." Agnes memalingkan wajahnya ke samping.     

"Kamu tahu, aku begitu memujamu dahulu makanya aku tidak bisa membiarkan dirimu ditatap oleh mata-mata liar di luar sana. Dan sekarang, aku bukan hanya memujamu, tapi juga terobsesi padamu." Donni mencium bibir Agnes dengan kuat dan dalam penuh hasrat. Agnes memukul-mukul dada Donni karena tidak bisa bernapas.     

"Aku pulang dulu. Sampai ketemu lagi secepatnya." Donni memegang kedua pipi Agnes, mengecup ubun-ubunnya, dan menghirup aroma rambutnya sampai memejamkan mata. Setelah itu pria posesif itu pergi meninggalkan rumah sang istri dengan langkah panjang. Tinggallah Agnes yang dilanda kebingungan, berdiri mematung namun ada rasa kosong di hatinya sepeninggal si pria impulsif.     

-----     

"Jadi, kapan kalian akan mengumumkan berita pernikahan ini? Aku tidak sabar untuk menjadi paman dari keponakanku." Lewis menyeringai jahil. Grace yang tidak berkata apa-apa sejak tadi hanya diam membisu. Darren tampak telaten dan serius memperhatikan porsi makan Calista yang dirasa sangat sedikit.     

"Makan yang banyak, Calista. Tidak apa menjadi gemuk. Aku tidak keberatan memeluk tubuh penuh lemak daripada harus memelukmu diatas ranjang rumah sakit." Darren mengabaikan pertanyaan Lewis dan malah cerewet mengambil beberapa lauk untuk sang istri.     

Calista spontan menendang kaki Darren dibawah meja saat pria tidak tahu malu itu dengan santainya mengatakan tentang pelukan diatas ranjang.     

"Awwww, apa yang kamu lakukan?" Darren menatap Calista tajam dan Calista tidak kalah galaknya dengan melebarkan matanya seolah akan keluar dari cangkangnya.     

"Bisakah kamu tidak membahas tentang ranjang disini?" Calista berbisik sambil menggertakkan giginya. "Aku masih punya rasa malu, tidak seperti dirimu." Jawab Calista lagi.     

"Kamu tenang saja. Mereka sudah biasa memalukan jadi kita juga tidak perlu malu-malu lagi didepan mereka." Jawab Darren sambil memasukkan potongan kecil ayam betutu.     

"Darren!"     

"Darren!"     

"Darren!"     

Darren kaget mendengar namanya disebut secara bersamaan oleh tiga orang disekitarnya.     

Lewis menggeleng-gelengkan kepala melihat kekonyolan Darren.     

"Aku sudah kenyang. Aku pergi dulu. Semua makanannya akan aku bayar. Senang berjumpa denganmu, Darren, dan nyonya Darren Anderson." Grace memundurkan kursinya dan pergi meninggalkan tiga orang di meja makan.     

"Aku juga. Terima kasih atas jamuannya. Lain waktu kita berjumpa lagi, Calista, Darren." Lewis menyusul Grace dengan langkah panjang dan pastinya.     

"Thanks guys, have a nice day!" Darren berkata setengah berteriak kepada dua orang temannya yang meninggalkan dirinya dan Calista berdua di meja makan.     

"Fyuhhh, akhirnya." Desah napas Darren keluar.     

"Akhirnya?" Calista sungguh tidak mengerti maksud Darren. Bukankah mereka bertiga adalah teman akrab sejak kecil?     

"Mereka hanya ingin mengganggu saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.