Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 96: Rapat Kilat



BAB 96: Rapat Kilat

0"Calistaaaaaa …" Dian mencekik leher Calista dan Calista tertawa terkekeh. Makan siang mereka lebih banyak dihabiskan dengan bercerita dan bercanda satu sama lain. Pada akhirnya, makanan pun hanya variasi saja untuk menemani dua perempuan yang sedang curhat kisahnya masing-masing.     
0

"Aku pulang sekarang. Besok aku akan datang kembali dengan membawa surat lamaran beserta persayaratannya lengkap. Terima kasih ya say, kamu mau menjadi teman curhatku, terutama memberi pekerjaan padaku. Gaji pertama ku pasti aku traktir makan." Dian tersenyum gembira. Sangat kontras sekali dengan wajahnya saat pertama datang ke butik.     

"Iya iya, ya sudah hati-hati di jalan yaa. Aku tunggu besok jam 7 yaa sudah sampai disini. Dua hari lagi acara launchingnya. Sekalian kamu bisa lihat-lihat koleksi dari rumah mode Da House." Calista mendekap lengan sang sahabat dan mengantarkannya hingga ke pintu depan.     

"Pasti. Ya sudah aku pulang dulu. Kamu pasti sibuk sekali, aku jadi ganggu. Maaf yaa. Sampai ketemu besok."     

"Bye, hati-hati dijalan."     

Calista memandang sekilas Dian yang keluar dari butik, lalu perempuan hamil itu pun langsung masuk kembali ke dalam butik.     

"Nyonya, terima kasih ya makan siangnya. Jarang-jarang kami makan siang yang mahal seperti itu." Salah seorang karyawan butik menghampiri Calista, disusul dengan beberapa karyawan lainnya.     

"Iya sama-sama, kalian sudah bekerja sangat keras untuk butik mami. Semoga kalian betah dan lebih semangat lagi." Calista tersenyum senang melihat kegembiraan para karyawan Sara, hanya sebuah makan siang traktiran tapi mereka sudah demikian senangnya.     

Calista berjalan kembali menuju ruangannya. Dia melupakan sesuatu yang akan berakibat fatal, yaitu panggilan telpon dari Darren. Bibirnya meringis melihat banyaknya telpon masuk tidak terjawab dari suami posesifnya. Calista tidak membawa ponsel saat makan siang tadi. Semoga Darren tidak berbuat yang aneh-aneh, pikir Calista.     

"Halo …" Dengan ragu dan sedikit cemas, Calista menelpon Darren terlebih dahulu.     

"Bagaimana makan siangnya? Dihabiskan?" Suara Darren masih seperti biasa. Berat, seperti berbisik, dan terdengar seksi. Sejak diketahu hamil, entah mengapa, suara Darren selalu dirindukannya. Suaranya yang berat dan dalam selalu memberinya rasa nyaman dan aman, meskipun yang keluar dari bibirnya selalu ajakan untuk bercinta atau menanyakan tentang makannya.     

"Habis dong. Kamu bagaimana? Sudah makan siang juga kan?" Jawab Calista masih dengan nada cemas.     

"Belum." Jawab Darren singkat.     

"Oh, kenapa? Kamu lagi sibuk ya? Ya sudah nanti aku telpon lagi." Calista menampakkan deretan gigi putihnya yang menunjukkan harap-harap cemas karena Darren adalah tipe pria yang tidak menerima alasan.     

"Aku jemput sekarang. Kamu jangan kemana-mana."     

Klik!     

"Tapi …" Calista menghela napas. Telponnya dimatikan sepihak oleh Darren. Dan, sudah bisa dipastikan kalau pria bermata hijau akan sangat cerewet nanti kalau bertemu.     

"Bu Hera, tolong panggil semua tim sekarang untuk kumpul di ruang rapat. Sisakan 2-3 orang untuk melayani pembeli diluar. Sebelum Darren datang, aku mau mengadakan rapat kilat."     

"Siap nyonya."     

Dalam 5 menit, akhirnya semua orang berkumpul di ruang rapat yang berada di lantai 1. Calista membuka rapat dengan perkenalan dan pemberitahuan perihal penggantian sementara posisi mami mertuanya yang sedang menemani papi mertua di rawat.     

"Kehadiran saya disini bukan untuk menggantikan seterusnya peran bu Sara. Saya hanya menggantikan sementara sampai papi mertua saya sembuh dan mami bisa kembali beraktivitas. Mohon doanya dari teman-teman semua."     

Setelah beberapa menit perkenalan, Calista mengingatkan kembali event yang akan dilaksanakan lusa dan mengecek semua persiapan dari berbagai macam bagian. Setelah setengah jam, akhirnya rapat mendadak dan kilat itu selesai.     

Calista senang sekali bisa menyibukkan diri. Dia merasa hidupnya lebih berarti dan berwarna. Daripada sekedar duduk dan tiduran, Calista dari dulu suka mengerjakan apa saja. Calista membuka pintu ruangan kerja sementaranya dan langsung duduk di kursi sambil membuka laptop. Dia tidak menyadari kehadiran Darren dibalik pintu yang berdiri menyeringai menatap istrinya yang seperti tidak ada lelahnya.     

"Bagaimana? Sudah selesai?"     

Suara Darren yang tiba-tiba mengagetkan Calista yang sedang melamun.     

"Kamu sudah datang? Sejak kapan?" Calista hendak berdiri menyambut sang suami, namun Darren memberi kode wanitanya untuk tidak berdiri. Perempuan cantik itu pun duduk kembali.     

"Bagaimana rapatnya? Sepertinya istriku sangat menikmati pekerjaannya." Darren mendekati Calista dan setengah membungkuk menyamakan tinggi dengan Calista duduk. Pria itu menyibak lembut helaian rambut sang perempuan yang jatuh di pipinya ke arah belakang telinga.     

"Aku sangat suka bekerja dari dulu. Kamu belum makan siang kan? Ayo aku temani. Mau makan dimana?" Calista menatap mata hijau yang teduh, tidak tampak berkilatan ingin melaser hatinya seperti biasa.     

"Aku sudah meminta Hera memesan makanan. Sebentar lagi datang. Kedatangan temanmu pasti membuatmu tidak menghabiskan jatah makan siangmu, kan?" Tanya Darren, sambil meraih pergelangan tangan calon ibu dari anak-anaknya, untuk duduk di atas sofa yang disediakan didalam ruangan.     

"Kenapa kamu tidak makan siang? Sesibuk-sibuknya kamu, jangan sampai telat makan siang." Calista menyandarkan punggungnya di sandaran sofa empuk berwarna krem tersebut.     

"Tadi aku bertemu klien besar untuk ekspansi ke Kalimantan, dan baru selesai sebelum kemari." Darren mengusap-usap rambut tebal dan panjang Calista yang tergerai indah. Kebiasaan baru Darren beberapa hari ini adalah selalu membelai rambut dan mengusap pipi Calista. Seperti ada noda yang harus dibersihkan buru-buru agar tidak mencemari penampilannya.     

Tok tok tok …     

"Maaf tuan dan dan nyonya, makanannya sudah siap." Hera yang datang ingin mengantarkan makanan, mengetuk pintu terlebih dahulu demi memastikan kedua majikannya tidak sedang menunjukkan kemesraan mereka seperti yang sudah-sudah.     

"Bawa masuk saja." Darren berkata sambil menegakkan duduknya dan merapihkan jas.     

Hera datang dengan meja dorong makanan. Diatasnya banyak jenis makanan beserta dua gelas jus tomat dan jus jeruk. Hera meletakkan berbagai jenis makanan, buah, dan minuman ke atas meja datar yang ada dihadapan Calista dan Darren. Perempuan hamil menata aneka piring berisi lauk satu persatu.     

Darren sebenarnya tidak terbiasa makan nasi. Namun, sejak menikah, dia mulai membiasakan ada menu nasi di salah satu waktu makanannya. Kalau tidak sarapan, ya di makan siang, atau di makan malam. Selebihnya, Darren lebih suka mengkonsumsi roti dan keju atau olesan selai kacang dan coklat di tengah-tengah.     

"Ayo makan yang banyak karena tubuhmu sekarang makan tidak hanya untuk satu orang, tapi juga dua orang. Atau tiga, empat, entahlah. Kita belum bisa mengetahuinya sekarang."     

"Terima kasih bu Hera." Hera berjalan mundur dan pamit meninggalkan kedua majikannya sambil mendorong kereta makanan.     

"Itu adalah asumsi yang salah kaprah. Makanan ibu hamil ya tetep untuk ibu hamil. Janin kan makan dari makanan yang dikonsumsi sang ibu." Calista mulai bersiap untuk menyuapkan sendok pertama ke mulutnya.     

"Tapi, aku tidak mau kamu diet-diet segala. Kalau memang baby minta makan, makan saja. Kalau mau makan apa saja, tinggal bilang ke Hera. Dia siap sedia menemani kamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.