Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 98: Sembilan Puluh Persen



BAB 98: Sembilan Puluh Persen

0Bukan tanpa alasan Agnes memilih menggigit dibandingkan mencekik leher Donni atau memukulnya. Karena seluruh tubuh Donni sekeras besi yang justru akan membuat tangannya sakit. Namun, bila menggigit, dia pasti tidak akan tahan. Intinya, Agnes ingin melarikan diri dari cengkeraman Donni saat ini juga.     
0

"Dengan senang hati. Kamu boleh melakukan apa saja padaku." Donni menghentikan kalimatnya. "Tapi itu didalam kamar kita." Tiba-tiba Donni membopong tubuh Agnes diatas bahu kananya. Agnes sontak berteriak kaget.     

"Lepaskan aku, dasar mesum! Lepaskan aku!" Agnes memukul punggung Donni berkali-kali. Donni memukul bokong Agnes dengan sekali tepukan membuat Agnes menghentikan aksinya dan menutup wajahnya menahan malu dihadapan beberapa pelayan yang berdiri di sekitar mereka.     

"Diamlah!" Donni menaiki anak tangga menuju lantai dua, dimana kamar utama berada.     

Donni membuka pintu yang terbuat dari kayu jati kualitas terbaik di dunia itu dengan tangan kirinya. Setelah berada didalam kamar, Donni segera menguncinya dan meletakkan kunci tersebut di dalam kantong celananya. Tubuh Agnes dihempaskan ditengah-tengah kasur ukuran besar yang empuk dan beralaskan sprei motif bunga mawar warna merah gelap.     

Tubuh Agnes dikurung dibawahnya dengan kedua kaki Donni. Donni segera membuka dasi dan melucuti butiran kancing di kemejanya satu persatu sambil matanya terus menatap Agnes dibawahnya yang sedang menatapnya dengan panik. Panik karena sebentar lagi dia akan menjadi santapan pria buas yang tidak akan berhenti sebelum melakukan berjam-jam.     

"Lepaskan aku! Ahh …" Agnes yang mencoba segala cara untuk melarikan diri, tampaknya sia-sia. Wanita yang masih cantik dan seksi diusia kepala empat itu, bahkan orang-orang masih menyangka dia berusia tiga puluhan berkat bentuk tubuhnya yang terjaga itu, mendapatkan kedua tangannya sudah digenggam erat pria diatasnya lekat-lekat.     

"Bekerjasamalah denganku." Dua kata dibisikkan tepat ditelinga Agnes, dengan suara lembut dan memabukkan. Membuat pertahanan tubuh Agnes melemah.     

Donni mengecup lembut bibir Agnes, menjilat, dan menyesapnya perlahan-lahan seolah tidak ingin kenikmatan ini lekas berakhir. Agnes memejamkan matanya menikmati kecupan lembut dari Donni. Meskipun hatinya masih enggan mengakui dan menyambutnya dengan reaksi yang sama. Namun, Donni sudah cukup puas dengan sikap Agnes yang diam dan patuh, layaknya bunga matahari. Perlahan     

Merasakan Agnes melunak, Donni melepaskan genggaman tangannya di tangan Agnes dan menyusupkan tangannya kedalam rok yang dikenakan Agnes. Terdengar desahan keluar dari bibir Agnes yang merasakan kulit tubuhnya meremang.     

"I want you, babe. Aku sangat mencintaimu, Agnes." Donni terus menstimulasi alam bawah sadar Agnes untuk tetap tenang dan menikmati semua perlakuan yang diberikan dirinya.     

"Ahhh …" Agnes tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya bergetar hebat ketika tangan Donni meremas lembut kedua gunung kembarnya, menjilat, dan menghisap kuncupnya dalam-dalam. Donni terus melihat wajah Agnes yang memerah karena sudah terangsang. Bibirnya mengurai senyuman kepuasan karena Agnes pasrah dan menikmatinya.     

"Rasakan dan nikmatilah. Mulutmu bisa berkata tidak tapi tubuhmu menginginkannya." Donni merubah posisi dengan menegakkan tubuhnya diatas tubuh Agnes. Dia menggunakan dasinya untuk mengikat kedua pergelangan tangan Agnes dikepala ranjang.     

"Apa yang kamu lakukan?" Agnes yang tidak mengerti hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Donni.     

"Aku tidak ingin tubuhku penuh luka cakaran dari makhluk penghisap darah yang cantik ini." Donni melepas semua pakaian yang melekat ditubuhnya dan tubuh Agnes. Kini mereka berdua sudah dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun.     

"Donni, pelan-pelan. Aku tidak ingin kamu memperlakukanku dengan kasar." Agnes membuat permohonan kepada pria diatasnya yang hasrat seperti sudah dipuncaknya.     

"Apa aku pernah memperlakukanmu dengan kasar? Seingatku tidak." Darren mengusap perut rata wanitanya dan mengecupnya dengan lembut.     

Seingat Agnes pun tidak. Entah kenapa dulu dia sangat membenci Donni, padahal dulu pria ini selalu memanjakan dan mengistimewakan dirinya. Mungkin karena Donni telah merebut masa mudanya yang penuh dengan cita-cita indah jadi hancur berantakan. Keinginanya menjadi wanita karir yang mandiri dan mapan harus dikubur dalam-dalam dengan hadirnya sebuah pernikahan paksa.     

"Ahhh …." Agnes menggigit bibirnya manakala Donni merenggangkan kedua kakinya dan meraba paha bagian dalamnya.     

"Kamu masih terlihat menggemaskan dan seksi sekaligus. Mana bisa aku tahan untuk tidak bercinta denganmu." Donni menjilat klitoris Agnes dan sontak punggun Agnes terangkat ke atas.     

"Hentikan, ahhh …" Dengan rakusnya, Donni melumat kewanitaan Agnes sambil kedua tangannya meremas-remas gunung kembar yang pas digenggam dengan tangannya yang besar. Agnes sudah tidak tahan lagi menggigit bibirnya hingga akhirnya desahan dan lenguhan keluar dari bibirnya.     

"Aku … mau … keluaaar … aahhhhhh …" Tubuh Agnes bergetar hebat saat dia melakukan pelepasan pertamanya. Cairan putih yang kental mengalir membasahi bibir Donni dan pria itu menjilatnya seperti layaknya menghisap madu.     

"Sekarang giliranku …" Donni memasukkan kejantanannya ke liang kewanitaan Agnes yang sudah basah. Agnes masih memekik saat junior Donni yang panjang dan besar melesak masuk sepenuhnya kedalam lubangnya, meskipun bagian bawahnya sudah basah.     

Donni menggerakkan maju mundur perlahan pelan namun lama kelamaan semakin kencang dan bertenaga. Donni mengganti posisi Agnes dengan memunggunginya. Tubuh Agnes dibalik dan kejantanannnya dimasukkan dari arah belakang.     

Agnes memekik tertahan karena tubuh bagian bawahnya dipegang Donni dan punggung putih mulusnya diraba. Donni benar-benar menjadi buas saat di atas ranjang. Setelah 3 jam lamanya dan ikatan tangan Agnes pun sudah terlepas dari kepala ranjang, Donni mennindih tubuh Agnes di atas karpet tebal dan empuk. Tempat mereka bercinta yang tidak luput dari terkaman Donni.     

Donni mengangkat tubuh Agnes menuju kamar mandi dan meletakkannya dengan lembut didalam bath tub. Donni mengisinya dengan air hangat dan memberinya aromatheraphy wangi lavender yang menenangkan. Agnes yang masih kelelahan, tidak berdaya dan bersandar di dinding bath tub.     

Donni pun masuk kedalam bak mandi dan membantu Agnes menggosok punggungnya.     

"Tubuhmu masih padat dan seksi bahkan lebih seksi dari saat pertama menikah." Donni mencium tengkuk leher Agnes yang sudah lelah dan meremas payudaranya dari belakang.     

"Donni, please. Aku sudah lelah." Agnes mendongakkan kepalanya ke atas, bersandar pada bahu luas Donni.     

"Hehehe, baiklah. Setelah ini kita makan malam. Aku akan memasak untukmu." Donni berbisik di telinga Agnes dan menggigit cuping telinganya dengan lembut.     

"Memasak? Apa aku tidak salah dengar?"     

"No, kamu benar. Aku sudah belajar memasak sejak aku ditinggal pergi istriku."     

"Cih! Seperti menderita saja ditinggal. Bukannya kamu senang bisa menikmati banyak tubuh wanita bergantian setiap malamnya?" Agnes menjawab dengan lemah.     

"Aku masih pria normal yang butuh penyaluran seks. Masih bagus aku tidak menyukai sesama jenis, seperti kebanyakan pria lainnya yang patah hati." Sanggah Donni mencari pembenaran.     

"Itulah bedanya pria dan wanita. Pria tidak tahan kalau sehari saja tidak bercinta. Tapi, wanita bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya. Karena isi kepala pria sembilan puluh persen seks sementara wanita sembilan puluh persen jalan-jalan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.