Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 101: Kalau Kamu Hamil



BAB 101: Kalau Kamu Hamil

0"Berteriaklah, aku suka tantangan. Kalau kamu ingin semua melihat kita seperti ini, berteriaklah sekencang mungkin." Tangan Darren yang sudah masuk kedalam pakaian Dian, meremas buah dada yang masih terbungkus dengan bra berwarna hitam berenda. Dian menggigit bibirnya sambil menahan tangisan dan desahan.     
0

"Aku suka dadamu, besar dan bulat. Diantara semua perempuan yang pernah tidur denganku, punyamu lebih menarik." Dave meraup dengan rakusnya silih berganti kanan dan kiri. Dian menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar keluar.     

"Hentikan, ahhh …. Lepaskan aku."     

"Ahhh, kamu lezat begini, mana bisa aku lepaskan." Dave menarik dress Dian keatas sambil dia sendiri membuka zipper celana panjangnya. Dian yang merasakan sinyal berbahaya, memukul dada Dave dan mencoba mendorongnya jauh.     

Sayang sekali tenaga Dian kalah kuat. Dave melucuti segitiga penutup Dian kebawah dan satu kaki perempuan malang itu diangkat melingkari pinggangnya. Dian memekik dan langsung menggigit bibirnya lupa akan teriakannya yang mungkin akan mengundang orang-orang datang.     

Dave memasukkan kejantanannya dengan sekali hentakan.     

"Eugghhhh, sakkk …kiiitt.. ahhhh …" Dian memegang kedua lengan kekar Dave sebagai pijakan agar dirinya tidak terjatuh. Dave memaju mundurkan kejantanannnya dengan gerakan cepat menjadi lebih cepat.     

"Kenapa kamu sangat nikmat sekali, sayaaaanggg. Euhhh …. Aku tidak bisa berhenti." Dave mencium bibir Dian dengan rakusnya, sementara bagian bawah mereka bersatu menciptakan bunyia basah bercecap-cecap. Dian pasrah sudah. Tidak ada gunanya lagi melawan karena Dave sudah memasukinya. Dian mendongakkan kepalanya menahan sakit dan nikmat menjadi satu.     

Tidak puas sampai disitu, Dave membalik tubuh Dian hingga memunggunginya. Dave meminta Dian memegang dinding dibelakangnya dan membungkukkan badanya. Dave sekali lagi menghujamkan kemaluannya lewat belakang. Perempuan malang itu bagai budak seks Dave yang tidak ada puasnya digauli. Dave bergonta gant posisi menikmati segalanya saat itu juga dengan mantan sekretarisnya. Hingga akhirnya mereka pun mengerang bersama menikmati pelepasan yang membuat keduanya berkeringat dan menyebut nama masing-masing.     

"Dian …."     

"Dave …."     

Dave menjatuhkan badannya diatas Dian. Tubuh mereka yang berkeringat banyak dan pakaian keduanya yang acak-acakan pertanda keduanya telah usai menikmati percintaan pagi itu.     

Kering sudah air mata Dian. Namun, Dave justru puas bisa melihat sekretarisnya kembali.     

"Jadilah wanitaku. Kamu tidak perlu kekurangan uang dan tidak perlu bekerja. Kamu hanya tinggal dirumah menungguku dan melayaniku." Dave berbisik ditelinga Dian yang masih berada dibawah tubuhnya.     

"Pergilah dari hadapanku sejauh-jauhnya. Aku benci dirimu! Aku benci dirimu! Hiks… hiksss…" Dian menangis tersedu-sedu dibawah badan Dave yang masih menatapnya dari atas.     

"Kamu adalah perempuan satu-satunya yang pertama menolakku. Tapi aku suka. Semakin kamu menolakku, semakin aku penasaran padamu dan ingin bercinta denganmu." Jawab Dave sambil mengecup hidung perempuan yang dia setubuhi pagi-pagi.     

"Lepaskan aku! Pergilah!" Dian mendorong sekuatnya tubuh Dave diatasnya. Pria itu pun mengijinkan Dian melepaskan diri darinya. Dian segera merapihkan pakaiannya dan penampilannya. Wajahnya dan pakainnya benar-benar berantakan. Make up yang dia pakai terhapus oleh air mata. Namun, wajah cantiknya tetap muncul meskipun tanpa make up. Dave yang duduk diatas lantai dengan menekuk satu kakinya, masih membiarkan celananya tidak tertutup dengan santai.     

Dian yang jengah melihatnya, membentaknya.     

"Pakai pakaianmu dan cepat keluar dari tempat ini sekarang juga! Dasar pria brengsek!" Dian yang sudah lumayan rapih, mengalihkan pandangannya ke sisi lain saat melihat Dave berdiri dan merapihkan celana beserta pakaiannya.     

"Aku akan keluar sekarang. Tapi, aku akan kembali lagi kesini. Dan, kamu jangan coba-coba untuk pergi lagi dariku. Atau, aku akan mengurungmu di rumahku." Senyum memikat iblis didepannya, membuat Dian ingin membunuhnya saat ini juga.     

"Oya, aku tidak pakai kondom dan aku yakin kamu juga tidak minum obat pencegah kehamilan. Kalau kamu hamil, aku akan bertanggung jawab." Dave berkata sebelum keluar menutup pintu dan meninggalkan Dian yang melongo sendirian.     

"Dasar pria iblis, brengsek, bajingan, sialan!" Dian memekik menahan teriakan dengan kekesalan yang seperti sudah mencapai ubun-ubun.     

"Dimana Dian? Kamu lihat Dian?" Calista mencari teman baiknya kemana-mana, semua orang ditanya tapi tidak ada satupun yang mengetahui keberadaanya. Baru saja Calista ingin menuju lantai dua untuk melihat dari atas, Dian muncul di ujung tikungan.     

"Kamu kemana saja? Aku mencarimu kemana-mana." Calista tampak sangat khawatir, terutama ketika melihat wajah Dian yang murung dan melamun.     

"Calista .. hiks hiks …" Dian tidak tahan menanggung sendiri dan akhirnya memeluk Calista yang sangat cantik hari ini.     

"Kamu kenapa? Ceritakan padaku, ada apa?" Calista menjauhkan wajah Dian dari dadanya. Perempuan hamil itu benar-benar bingung karena Dian tiba-tiba menangis.     

"Ayo kita keruanganku." Calista membawa Dian menuju ke dalam ruangannya agar bisa bercerita dengan leluasa.     

"Cal, pria itu tadi datang. Pria yang memperkosaku." Dian memeluk dada Calista dan menangis tersedu-sedu.     

"Apa? Yang mana orangnya? Kenapa kamu tidak memberitahu aku?" Calista mencengkeram gemas lengan Dian.     

"Aku …aku … dipaksa melayani nafsunya lagi. Hiks hiks hiks …" Dian menangis meraung-raung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Astagaaa, kurang ajar sekali dia. Yang mana sih orangnya? Eh tunggu dulu, darimana dia tahu kamu ada disini?" Calista membalikkan badannya menghadap Dian masih duduk menangis.     

"Dia datang bersama perempuan lain. Aku rasa dia tamu undangan. Dia kaget begitu melihatku berdiri di depan di meja tamu." Jawab Dian terbata-bata.     

"Tamu undangan? Berarti dia kenal dengan mami Sara. Berarti dia kenalan. Ah aku tidak mengerti. Coba nanti aku selidiki. Terus sekarang bagaimana? Kamu mau pergi lagi dari dia? Kamu mau menghindarinya lagi?" Calista kembali duduk disebelah Dian yang banjir air mata lagi.     

"Aku tidak tahu. Kalau aku tidak pergi, nanti dia datang terus mencariku. Kalau aku pergi, aku tidak tahu harus bekerja dimana. Mencari kerja itu susah kalau tidak ada kenalan. Huhuhu …"     

"Hmm, untuk sementara kamu disini saja. Dia tidak akan macam-macam selama kamu ada didalam butik ini. Kalau nanti kamu pulang kerja, kamu hati-hati jangan sampai diikuti." Calista tiba-tiba ikut merasakan gemetar. Seolah aura Dian menular pada dirinya.     

"Kenapa aku harus bertemu dia? Kenapa harus ada orang seperti itu didunia ini? Aku perempuan baik-baik tidak pernah macam-macam. Kenapa harus bertemunya pria seperti itu?" Perempuan malang itu seolah-olah menyalahkan takdir yang menimpanya. Calista terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Teman baiknya yang dulu sangat ceria kini tampak penuh tekanan dan penderitaan.     

"Kamu mau aku temani ke kantor polisi?" Calista memeluk sahabatnya yang sedang berduka.     

"Aku tidak punya bukti apa-apa. Yang ada, nanti aku malah jadi tersangka karena pencemaran nama baik." Dian menghela napas kasar. Dia cukup tahu diri untuk berhadapan dengan kaum elit. Dian hanya ingin hidup damai dan tenang tanpa gangguan dari pria iblis itu lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.