Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 103: Buket Buah



BAB 103: Buket Buah

0Darren benar-benar salut dengan Calista yang bisa tidur dimana saja, kalau sudah mengantuk. Perempuan yang terbiasa hidup susah dan bekerja keras, tidak akan manja dan merengek setiap membutuhkan sesuatu.     
0

Mobil itu pun sampai di pelataran rumah sakit. Darren memilih tempat parkir di halaman depan rumah sakit, untuk memudahkannya mengeluarkan mobil kembali saat hendak pulang nanti. Kamar papi Darren ada di lantai 5 khusus ruang rawat VVIP. Calista sudah membeli buket isi buah-buahan yang dibelinya tadi siang pulang dari makan siang bersama Darren.     

Darren selalu menggandeng tangan Calista saat berjalan. Bila suami lain malu untuk menggenggam tangan istrinya saat berjalan, tapi tidak Darren yang dengan santainya menggandeng tangan Calista bila berjalan bersama. Kadang malah mendekap lengannya. Seolah khawatir, perempuan hamil ini akan hilang di tengah keramaian.     

Kamar yang dituju pun mulai terlihat sejak keluar dari lift.     

"Mami .." Darren membuka pintu dan masuk duluan sementara Calista berbisik melihat mami mertuanya sedang duduk menyuapi papi yang sudah mulai siuman.     

"Papi sudah siuman? Syukurlah." Darren meletakkan buket buah diatas meja dekat sofa dan keduanya menghampiri suami istri yang masih tampak kompak dan harmonis meskipun sudah tiga puluh tahun menikah.     

"Kalian baik-baik saja? Oya, selamat yaa, kalian akan menjadi orangtua segera. Jangan sampai anak kalian seperti ayahnya yang keras kepala dan mau menang sendiri." Ucapan James, papi Darren membuat Sara dan Calista menahan tertawa geli.     

"Pa, karena papa sudah menyindirku, sepertinya papa sudah sehat." Darren menyeringai sinis.     

"Oya, Calista, terima kasih ya sayang, berkat kamu acara di butik hari ini berjalan meriah dan lancar. Banyak kolega dan pelanggan mami kirim pesan tertulis ke mami. Mereka menyampaikan selamat dan banyak pujian karena acara hari ini luar biasa." Calista meletakkan mangkuk sup yang sudah habis ke atas nakas. Mami mencuci tangan dan mengeringkannya. Pelukan hangat diberikan Sara kepada menantu satu-satunya.     

"Kamu jangan capek-capek. Kamu sudah mulai kontrol kehamilan kan?" Sara bertanya.     

"Uhmm, belum sempat mi. Besok saya akan cari tempat kontrolnya." Jawab Calista malu-malu.     

"Di rumah sakit ini saja. Papi dan mami kenal baik dengan semua dokternya. Dan, ada khusus senam hamil juga disini untuk pasien yang kontrol disini." Jawab Sara.     

Calista melihat Darren untuk meminta persetujuan.     

"Terserah mami saja dan kalau Calista tidak keberatan." Darren mengangkat bahunya.     

"Aku mau mi. Disini juga tidak jauh dari rumah jaraknya. Aku bisa naik motor kapan-kapan." Calista tersenyum senang.     

"APA?" Spontan tiga orang dari trah Anderson itu kompak berteriak mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Calista.     

"Kenapa? Aku bisa dan biasa bawa motor. Dan, di garasi kamu Darren ada motor matic yang bisa aku pakai." Jawab Calista tanpa dia tahu apa yang dia ucapkan itu telah membuat ke tiga orang speechless alias tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

"Kamu tidak akan pernah boleh membawa motor selama hamil." Jawab Darren akhirnya.     

"Huft, sudah kuduga." Calista menghela napas dan berkata sepelan mungkin namun pada akhirnya terdengar juga oleh semua orang yang ada didalam kamar.     

"Sayang, mengendarai motor sendiri saat usia kehamilan masih muda itu sangat berbahaya. Janin belum kuat dan kamu juga tenaga perempuan hamil tidak sekuat perempuan biasa pada umumnya. Nanti kalau usia kehamilan sudah diatas tujuh bulan, kamu boleh membawa kendaraan sendiri." Jawab Sara sambil mengedip satu mata ke arah Calista. Calista senang bukan main mendengarnya.     

"Sara!"     

"Mami!"     

"What?! Kenapa kalian berteriak padaku? Memang benar kok, wanita hamil tua sudah aman boleh bawa kendaraan sendiri. Waktu mami hamil kamu 7 bulan, mami itu bawa mobil sendiri kemana-mana. Sampai usia sembilan bulan pun, mami masih terbang ke Bandung." Jawab Sara tidak mau kalah.     

"Dan, kamu langsung melahirkan di bandara setelah pesawat lepas landas." James menimpali ucapan Sara, istrinya.     

"Ya, tapi kan baik-baik saja dan bisa melahirkan secara normal pula." Jawab Sara tidak mau kalah.     

"Oh, jadi aku dilahirkan di bandara saat mami pulang dari Bandung?" Darren mulai mengetahui cerita ini setelah dua puluh tujuh tahun dia dilahirkan.     

Sara dan James terdiam, malas untuk membahasnya lagi. Calista tersenyum-senyum kearah Darren. Namun, Darren malah menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia tidak setuju kalau Calista mengendarai motor meskipun hamil tua kelak.     

"Oya Calista, mami mau bicara berdua sama kamu. Darren, kamu temani papi sebentar ya." Sara menghampiri menantu cantiknya dan mendekap lengannya dengan lembut.     

"Mami, jangan ajari Calista aneh-aneh. Pemikiran dia sudah aneh, jangan dibuat lebih aneh lagi. Darren berkata setengah berteriak.     

Baik Calista maupun Sara memutar wajahnya dan menyeringai sinis ke arah Darren.     

"Calista, mami mau minta tolong, kamu urus dulu butik selama beberapa hari lagi. Mami minta tolong sekali yaa dan maaf jadi merepotkan kamu." Sara tersenyum ramah dan lembut.     

"Calista senang kok mi. daripada dirumah seharian bête, mending bekerja jadi lupa waktu dan anggap saja olahraga sekalian menambah wawasan tentang butik." Jawab Calista.     

"Baguslah kalau pemikiranmu demikian, mami jadi tidak merasa bersalah meniitpkan butik padamu. begini, mau merubah interior butik menjadi lebih teduh dan bersahabat. Selama ini kan butik mami terlihat megah dan wow. Jadi tidak semua orang berani masuk. Mami ingin siapapun bisa belanja dan menghabiskan uang mami di butik. Hehehe …" Sara berkata sambil tertawa terkekeh. Calista tertular ketawa mami mertuanya.     

"Apa mami sudah menghubungi desainer interiornya?" Calista bertanya kembali.     

"Mami punya teman yang tokonya pernah dipercantik oleh seorang desainer yang sangat terkenal karyanya namun tidak pernah mau diliput media. Mami mau coba sewa dia. Nanti mami hubungi dia dan kalau sudah deal, tolong bantu mami untuk mengawasi pengerjaannya di butik yaa." Sara berkata.     

"Siap mami, Calista selalu siap membantu mami. Beruntung kehamilan ini tidak manja jadi Calista masih bisa beraktivitas sehari-hari." Jawab Calista dengan senyum manisnya.     

"Ohhh, mami senang sekali punya menantu seperti kamu. Betapa beruntungnya Darren. Anggap mami ibu kamu juga yaa. Karena kamu juga sudah mami anggap sebagai anak perempuan mami sendiri." Jawab Sara.     

Mertua dan menantu itu pun saling berangkulan dan tersenyum senang satu sama lain.     

-----     

"Kamu …. akan menginap disini?" Agnes bertanya ragu-ragu. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam tapi tidak ada tanda-tanda Donni akan meninggalkan rumah yang dia berikan untuk Agnes.     

"Kamu mau aku menginap disini? Hmm?" Donni malah bertanya balik.     

"Tidak! Aku hanya bertanya karena sekarang sudah malam dan kamu belum siap-siap untuk pulang." Jawab Agnes tegas.     

Mereka berdua sedang menghabiskan waktu dengan masing-masing laptop diatas pangkuan. Donni dengan proyek barunya sedangkan Agnes dengan rancangan untuk desain orderan terbarunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.