Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 105: Menikahlah Denganku



BAB 105: Menikahlah Denganku

0Perasaan Dian semakin tidak karuan. Apa yang akan terjadi padaku? Apakah aku akan mati malam ini? Tuhan, tolong ampuni dosa-dosaku dan berikan aku kesempatan untuk hidup. Aku tidak mau mati malam ini. Dian menangis tersedu-sedu dibalik lakban yang menutupi mulutnya.     
0

Dian didudukkan diatas kursi berlengan. Kedua tangannya dilepas berganti dengan ikatan tangan kursi. Kedua kakinya juga diikat di kaki kursi. Dian benar-benar tidak tahu dimana dan apa yang ada di sekelilingnya. Tidak ada suara sama sekali atau bunyi-bunyian. Setelah ikatan di kaki dan tangannya selesai di lakukan, penutup mata Dian dibuka. Dian memicingkan mata berusaha menegaskan penglihatannya yang tampak kabur.     

Setelah beberapa menit, matanya bisa melihat dengan jelas … seorang pria disana dengen setelan jas serba hitam, duduk dengan mengangkat satu kaki diatas kaki lainnya. Jemari tangan kanannya mengusap bibir dan dagunya.     

Mata Dian terbelalak lebar mengetahui pria yang ada dihadapannya adalah orang yang memperkosanya. Dian berteriak-teriak panik dalam keadaan mulut terbekap.     

"Selamat datang di kediamanku, sayang." Dave menatap Dian seperti elang lapar menyorot tajam anak ayam yang siap di santap.     

Dian hanya bisa menatap tajam pria dihadapannya dengan tatapan penuh kebencian. Merasakan perempuan terikat ingin mengatakan sesuatu, Dave berdiri dan menghampiri Dian. Tubuhnya berdiri tegap didepan Dian dan membuka penutup mulutnya perlahan-lahan.     

"LEPASKAN AKU!!!" Dian meronta berteriak begitu lakban yang menutup mulutnya sudah terlepas.     

"TOLOOOONG!!!" Dian mencoba peruntungannya dengan berteriak sekencang mungkin. Berharap ada orang yang lewat yang mendengarnya dan melepaskan dirinya. Tubuhnya meronta-ronta ingin melepaskan diri dari tali yang sialan kencang mengikat tubuhnya.     

"Percuma kamu teriak sampai tenggorokanmu kering. Disini jauh dari rumah penduduk. Hanya ada rumah ini diantara bukit-bukit lainnya.     

"Bukit? Apa maksudmu? Kamu menculikku dan membawaku ke pedesaan?" Dian geram bukan kepalang. Ingin rasanya di mencekik leher pria didepannya.     

"Ya, kira-kira seperti itu. Well …" Dave menarik kursi yang ada didalam ruangan dan duduk dengan merentangkan kakinya dan posisi sandaran kursi berada didepannya.     

"Aku ingin bicara baik-baik padamu tapi kamu susah untuk diajak bicara. Jadi, terpaksa aku melakukan ini. Menikahlah denganku, okay?" Bagaikan disambar petir, sekujur tubuh Dian membeku mendengarkan lamaran yang diluar harapannya. Tidak seindah seperti yang ditontonnya di drama Korea dan pria yang melamarnya pun bukan pria baik-baik.     

"Kamu gila! Aku tidak akan pernah mau menikah denganmu!" Dian memalingkan wajahnya ke samping dengan kebencian yang sudah menggunung.     

"Kamu jangan ge-er dulu. Status menikah itu hanya antara kita berdua yang tahu. Tidak ada siapapun yang mengetahuinya. Aku hanya ingin mengikatmu agar tidak bisa berhubungan dengan pria manapun. Dan, aku akan pastikan, rahimmu hanya akan menerima benih dariku." Senyuman iblsi di bibir Dave membuat Dian ingin muntah dan menampar mulut pria yang dengan kurang ajarnya berkata yang tidak-tidak.     

Dian memejamkan matanya menahan emosi di dada.     

"Dengar! Aku tidak akan pernah mau menikah dengan pria yang setiap hari bercinta dengan wanita berbeda, aku tidak akan menikah denganya pria yang telah merampas keperawananku, dan aku tidak akan sudi punya suami sepertimu! Sekarang lepaskan aku BAJINGAN!" Perempuan malang itu benar-benar frustasi dan tidak peduli jika nyawanya harus berakhir saat ini juga. Hidupnya sudah penuh dengan penderitaan sejak kecil. Tidak ada kebahagiaan seperti anak-anak lain pada umumnya. Kalaupun dia mati, tidak akan ada yang menangisi dirinya.     

Dave menatap tajam Dian lamat-lamat. Pria itu berdiri dan maju menghampiri Dian dan melepaskan semua tali yang mengikat tangan dan kakinya. Dian tersentak kaget namun dia tidak menyia-nyiakan hal tersebut. Dia memberontak dan memukul Dave dengan membabi buta.     

Dave mencengkeram kedua tangannya dan memepetnya ke pintu.     

"Lupakan tawaranku untuk menjadi istriku! Mulai sekarang, kamu adalah wanitaku! Dan, wanitaku harus melayani semua kebutuhanku. Termasuk kebutuhan seksku!" Dave menggendong Dian yang berteriak kencang meminta tolong. Tubuhnya dihempaskan di tengah ranjang dan dijepit dengan kedua kaki Dave sehingga tidak bisa bergerak.     

"Aahhhhhhh … teriakan memilukan seorang perempuan terdengar dari dalam kamar. Dave menjadikan Dian budak seksnya dan memaksanya untuk memuaskan hasrat birahinya sampai pagi menjelang.     

-----     

"Nanti jam 10, aku dijadwalkan mommy ke dokter kandungan untuk kontrol pertama. Aku akan pergi kesana dengan bu Hera." Calista berbicara dengan hati-hati pada Darren. Ada kode sebenarnya tersirat dari kalimat yang diucapkan Calista. Namun, dia tidak berani mengganggu jadwal Darren yang sepertinya sedang sibuk dengan proyek barunya.     

"Hmm, hati-hati dijalan." Singkat, padat, dan jelas. Darren menjawabnya tanpa basa-basi.     

Calista mengerutkan bibirnya dan menyerinyai sinis. Darren bisa melihat itu dari ekor matanya dan dia pun tersenyum pura-pura tidak mengetahuinya. Calista bangkit berdiri hendak mengambil sesuatu.     

"Kamu mau kemana?"     

"Ambil tas di kamar."     

"Duduk. Aku belum selesai makan." Darren berkata sambil mengeraskan rahang. Calista tidak ingin banyak berdebat dan dia pun kembali duduk setelah menghela napasnya.     

Darren melanjutkan makannya tanpa bersuara, begitu juga Calista. Wajahnya suram dan lebih banyak diam.     

Darren mengelap bibirnya dengan serbet yang telah disediakan, setelah selesai makan.     

"Aku ada rapat penting dengan klien kemarin. Aku usahakan jam 10 selesai jadi bisa menjemputmu ke dokter kandungan." Jawab Darren sambil hendak menenggak minumanya di gelas.     

"BENARKAH? Ahhhhh, terima kasih." Calista menubruk Darren yang hampir tersedak minuman yang masih berada di tenggorokan.     

"Hari ini kamu tampan sekali. Sangaaat tampan. Mmuahh muuahhh muahhh …" Calista mencium pipi kanan, pipi kiri, dan kening Darren. Pria yang mendapat ciuman tiba-tiba itu diam membatu terbengong dengan ulah perempuan hamil di pagi hari.     

"Aku ambilkan tasmu di kamar." Calista berjalan cepat menaiki anak lantai menuju kamar mereka di lantai dua, dengan wajah sumringah dan penuh keceriaan. Beberapa pelayan yang melihatnya cekikikan menahan tertawa geli melihat kelakuan nyonya majikan mereka yang seperti anak kecil.     

"Ehem … kalian lihat apa?" Suara Darren yang pelan namun berat, membuat beberapa pelayan tadi terdiam dan bergegas merapihkan meja seusai majikan mereka sarapan.     

"Ini tas kamu. Hati-hati di jalan yaa. Cepat selesai rapatnya. Nanti aku bilang ke dokternya antrian mundur aja menunggu kamu datang." Calista tersenyum lebar kea rah sang suami. Mood booster buat Darren setiap pagi hari adalah melihat kecantikan dan senyum Calista yang selalu membuat dirinya terbayang-bayang ketika sedang bekerja.     

"Aku usahakan cepat! Jangan telat makan dan jaga kesehatanmu, jangan terlalu sibuk." Darren memegang kepala Calista dan mencium ubun-ubunnya.     

"Siap! Bye … take care …" Calista dan Darren berpisah di pintu depan. Calista kembali masuk kedalam kamar dan mengambil ponselnya yang tergeletak di meja rias.     

"Kamu kemana saja sih Dian? Dari semalam tidak bisa dihubungi?" Calista merasakan kecemasan tidak bisa mengetahui kabar sahabatnya yang sekarang entah dimana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.