Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 109: Kurang Olahraga



BAB 109: Kurang Olahraga

0"Cih, maaf yaa, aku tidak mudah tersulut emosi kalau hanya menghadapi perempuan seperti kamu." Gumam Calista sambil menatap Britney yang pergi dengan berjalan cepat penuh emosi.     
0

"Eh aku belum dapet informasi pria yang datang bersama dia. Ah, aku telpon Darren saja biar lebih cepat. Tapi, katanya suruh nunggu dua jam. Hmm, mudah-mudahan Dian tidak apa-apa. Kamu dimana sih Dian?" Calista menatap nanar foto di ponselnya yang terdapat foto Dian dan dirinya saat makan siang kemarin, mereka sempat mengabadikannya.     

"Kurang ajar! Sial!" Britney memukul lingkaran kemudi yang ada dihadapannya. "Bukan perempuan lemah ternyata. Kupikir mudah ditindas dan cengeng. Huh, awas ya! Aku akan mencari segala cara untuk memisahkan kamu dengan Darren ku." Britney meninggalkan area parkir butik dengan gerakan roda mobil mencicit bersuara nyaring dan terlihat jelas pengemudinya sedang kesal.     

"Ini lagi cowok satu. Dimana sih dia kalau dibutuhkan? Alasannya tugas dinas luar tapi kemana coba?" Britney mencoba menghubungi nomer Dave namun selalu jawaban 'nomer yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan. Silahkan ulangi beberapa saat lagi'.     

"Darren, sudah dua jam lebih. Ada kabar? Aku tidak bisa lebih lama menunggu lagi." Perempuan hamil yang seharian ini tidak fokus dengan pekerjaanya, berjalan mondar-mandir menunggu info lebih lanjut dari suaminya.     

"Hum, dia adalah teman Britney, dan juga bosnya. Menurut orang-orangku, sejak Britney menikah, dia sering mengunjungi apartemen pria tersebut." Darren yang baru saja menyelesaikan rapat terbatas dengan Andrew, menerima laporan dari anak buahnya yang menyelidiki Britney.     

"Wow, istri yang sangat setia. Lalu, kamu tahu siapa namanya dan tempat tinggalnya?" Calista memburu dengan pertanyaan berikutnya.     

"Istri setia, hmm?"     

"Cih, hanya becanda. Ayolah beritahu aku dimana alamatnya." Calista berharap Darren bisa sedikit lebih melonggarkan penjagaan terhadap dirinya.     

"Lalu kamu akan pergi kesana seorang diri? Jangan coba-coba untuk melawanku, Calista Ardiningrum!" Andrew tahu betul kalau bosnya sudah menyebut nama lengkap seseorang berarti orang tersebut harus berhati-hati karena tingkat emosi bosnya sudah mencapai ubun-ubun.     

"Kamu sungguh menakutkan kalau sudah memanggilku dengan nama lengkap." Calista menghela napas dan diam beberapa detik.     

"Aku hanya ingin tahu alamatnya, bukan berarti aku ingin menemuinya. Darren, temanku dalam bahaya. Dia tidak masuk hari ini. Aku takut pria itu sedang menahan dan menganiayanya." Entah bagaimana nasib Dian saat ini, yang Calista tahu, Dian pasti sangat menderita.     

-----     

"Baiklah, aku akan datang besok sekitar jam 10 pagi. Alamat lengkap sudah aku terima. Terima kasih atas kepercayaan anda, nyonya Anderson."     

"Panggil aku Sara, sepertinya aku lebih tua daripada anda. Hahaha …"     

"Baiklah … Sara. Kalau begitu, panggil aku juga dengan nama saja. Agnes."     

"Senang berkenalan dengan kamu Agnes. Sampai jumpa besok ya."     

"Senang berkenalan dengan Sara juga. Baik, sampai jumpa besok."     

KLIK!     

"Siapa?" Donni yang baru keluar dari kamar mandi, dengan rambut yang masih setengah basah, dan handuk yang hanya membelit separuh tubuh bagian bawahnya, berjalan menuju lemari pakaian.     

"Klien baruku. Dia ingin aku merenovasi ulang interior butiknya. Oya, kenapa lemariku jadi penuh dengan pakaianmu? Apa kamu berniat ingin pindah kesini?" Agnes berjalan ke arah Donni. Dengan piyama daster batiknya, Agnes selalu tampak cantik meskipun tanpa make up.     

"Wahh, ide yang bagus. Aku akan bilang ke Jay untuk memindahkan semua barang-barangku kesini." Mata Donni melebar dan senyumnya pun sumringah, secara tank sengaja menemukan ide cemerlang dari Agnes sendiri.     

"Eh, jangan-jangan. Aku lebih suka sendiri." Agnes mengibaskan kedua tangannya menolak Donni mentah-mentah untuk tinggal serumah lagi dengannya.     

Namun, keinginan Donni tidak pernah bisa dibantah.     

"Jay, mulai besok, bawa semua pakaianku kemari, rumah Agnes …"     

"Tidak, jangan pindah kemari …" Teriakan Agnes terdengar sangat jelas di telinga Jay. Ajudan setia itu tersenyum mendengar penolakan dari istri tuan besarnya yang baru bertemu kembali setelah puluhan tahun berpisah.     

"Kamu dengar kataku? Besok bawa semua pakaian dan alat kerjaku kemari. Langsung masukkan kedalam kamar di lantai dua. Minta pelayan untuk merapihkannya."     

"Baik tuan …"     

"Tidak! Aku tidak mau sekamar denganmu!" Lagi-lagi teriakan Agnes membuat Jay tersenyum geli. Tidak pernah ada yang berani menolak majikannya, baru nyonya Agnes lah yang berani.     

"Sudah itu aja dulu. Besok ada yang ingin aku bicarakan padamu. Aku tunggu di rumah ini."     

"KLIK!"     

"Donnniii, kenapa sih kamu selalu memutuskan semuanya sendiri? Aku butuh privasi. Dengan kehadiran dirimu dirumah ini, aku tidak akan bisa produktif." Agnes cemberut dan marah menjadi satu.     

"Aku tidak akan memgganggumu. Lagipula, lusa aku akan ke Kalimantan selama satu minggu. Kamu akan bebas melakukan apapun, asalkan tidak membawa pria kerumah ini atau bertemu pria asing di luar. Okay?" Donni mengedipkan sebelah matanya dengan nakal dan melepaskan handuk ke bawah untuk memakai celana santainya.     

"KAMUU!" Agnes berteriak kaget dan langsung menutup wajahnya melihat Donni telanjang didepannya tiba-tiba.     

"Hahaha, bagian mana dari diriku yang belum pernah kamu lihat?" Donni berjalan keluar kamar sambil melemparkan handuknya ke atas kasur.     

"Handukmu! Ihhhh…." Agnes gemas bukan kepalang dengan sifat Donni sejak dulu yang tidak berubah yaitu menaruh handuk basah di atas kasur.     

Agnes meletakkan handuk basah kembali didalam kamar mandi. Wanita yang masih tetap cantik di usia empat puluh tahun itu, melanjutkan membuka laptopnya. Ada desain khusus yang diinginkan Sara dan Agnes harus memperbaharuinya sekali lagi, agar besok bisa tampil sempurna saat mempresentasikan idenya.     

"Jay, besok cari orang yang bisa membuat satu ruangan khusus untuk istriku bekerja. Ruangan itu harus sesuai dengan profesinya sebagai desainer interior." Donni menelpon Jay diam-diam. Dia ingin memberikan kejutan kepada istrinya, agar semakin betah dan produktif dirumah.     

"Baik tuan." Ternyata tidak hanya beralasan untuk memindahkan barang-barang tuannya, tapi juga untuk membuat satu ruangan lagi khusus untuk nyonya majikannya.     

Sore hari yang sangat menentramkan di lingkungan ini. Cluster mewah yang masih mempertahankan keasrian dan penghijauan, disisi kanan kiri jalan disediakan lahan setapak khusus untuk berlari. Donni tiba-tiba punya ide. Dia berlari ke lantai dua menuju kamarnya.     

"Ayo ganti pakaianmu!" Donni memberikan sepasang pakaian olahraga berupa celana pendek selutut dan kaos berbahan jersey.     

"Kamu mau apa?" Agnes tidak mengerti apa yang merasuki Donni tiba-tiba.     

"Kamu terlalu banyak didalam kamar. Kamu kurang olahraga makanya mudah lelah meski baru beberapa jam kita bercinta." Jawab Donni asal. Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Donni, membuat mulut Agnes menganga lebar.     

"Beberapa jam? Siapa juga yang kuat semalaman? Aku tidak mau!" Agnes menghempaskan kembali pakaian itu di atas kasur.     

"Oh, jadi kamu ingin aku yang memakaikannya? Aku tidak keberatan sama sekali!" Pria bertubuh atletis dengan rahang tegas itu memberikan tatapan mengintimidasi lawan bicaranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.