Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 112: Tanpa Sepengetahuan Darren



BAB 112: Tanpa Sepengetahuan Darren

0"Kamu tidak perlu ikut campur urusanku. Kamu adalah sekretarisku, aku atasanmu. Paham?" Dave menyeringai sinis. Britney merasa ada yang mencurigakan dari sikap Dave. Saat ini, Dave lah yang menjadi sumber pendapatan Britney, setelah Darren menolaknya mentah-mentah.     
0

Sepertinya saat ini bukan waktu yang baik untuk berbicara dengan Dave, batin Britney.     

"Terserah kamulah." Britney keluar dari ruangan Dave dengan membawa perasaan kesal.     

Dave memikirkan satu cara agar bisa menikah dengan Dian secepat mungkin. Dia akan mendatangkan penghulu ke rumah yang ditempati Dian saat ini, secepatnya.     

-----     

Hari ini Calista tidak bekerja di butik. Jadi, waktu ini dimanfaatkan Calista sebaik-baiknya untuk menyelidiki keberadaan Dian. Petunjuk yang dia ketahu saat ini adalah, pria itu adalah atasannya Britney di kantor. Calista berkesimpulan untuk ke kantor Dave dan mengikutinya saat jam pulang. Tapi, hal ini tentu saja tidak mungkin. Jadi, dia menyewa seseorang untuk dijadikan mata-mata.     

Calista mengamati pria yang duduk dihadapannya lamat-lamat. Pria ini yang bersedia menjadi mata-mata untuk mengikuiti Dave adalah keponakan Hera. Seorang lulusan universitas tahun ini tapi belum memiliki pekerjaan tetap.     

"Kamu serius mau menerima pekerjaan ini?" Sorot mata Calista tidak berkedip mengamati pria didepannya yang mungkin seumuran dengannya. Sialnya, pria didepannya ini sudah lulus. Sementara dirinya masih menjalani masa cuti kuliah.     

"Daripada saya mengganggur, lebih baik saya mengambil pekerjaan ini. Hanya mengikuti saja kan?" Tanya Wandi, pria muda dihadapannya, mempertanyakan resiko pekerjaanya kelak apakah sebanding dengan bayarannya.     

"Ya, mengikuti saja dan menyelamatkan seseorang. Aku pastikan bayarannya sangat sesuai dengan pekerjaanny." Jawab Calista lagi.     

Dia tidak memberitahu Darren apa yang akan dilakukannya. Kalau sampai Darren tahu dia menyewa orang untuk menyelamatkan temannya, Darren pasti akan menentangnya habis-habisan.     

"Bisa mulai hari ini juga? Aku akan berikan data-data orangnya di ponsel kamu."     

"Okay, no problem. Saya berangkat sekarang?" Tanya Wandi lagi.     

"Yups, lebih cepat lebih baik. Kamu punya motor kan? Itu lebih baik dan lebih memudahkan pergerakanmu." Calista mendadak saat ini dirinya seperti seorang pemberi tugas rahasia. Sungguh adrenalin yang dirasakannya seperti ingin meloncat keluar ikut bersama melakukan aksi penyelamatan.     

"Baiklah, saya pergi dulu sekarang." Wandi membaca data-data yang masuk ke dalam pesan pribadinya. Terpampang foto pria yang akan diikutinya, nama perusahaannya, dan juga foto Dian di halaman ke tiga. Setelah memastikan diri, Wandi berangkat menggunakan motor besarnya. Tampak Hera di pintu keluar berbicara sejenak kepada keponakannya.     

"Ibu yakin keponakannya bisa menyelesaikan tugas dari saya? Jangan bilang-bilang Darren ya bu." Calista beranjak ke teras samping untuk melakukan olahraga di pagi hari. Biasanya perempuan hamil ini sebelumnya lari keliling rumah minimal sepuluh putaran ditambah sit up, push up, dan peregangan yoga. Namun, kali ini Calista memilih olahraga yoga ringan untuk ibu hamil.     

"Baik nyonya. Pergaulan Wandi sangat luas dan dia banyak temannya dimana-mana, saya yakin dia mampu. Semoga pekerjaanya tidak beresiko yang dapat membahayakan nyawanya ." Hera mempersiapkan air minuman yang biasa diminta Calista setiap selesai berolahraga.     

"Semoga temanku lekas ditemukan dan dalam keadaan baik-baik saja. Kasihan Dian hidupnya tidak pernah bahagia. Dia adalah anak yatim piatu. Keluar dari panti asuhan saat usianya sudah cukup untuk mencari pekerjaan." Calista mengingat kembali kisah hidup yang pernah Dian ceritakan padanya ketika mereka sedang jam istirahat bekerja dulu ketika masih menjadi office girl.     

"Aamin. Semoga saja ya nyonya, dan tuan Darren tidak mengetahuinya." Jawab Hera singkat.     

-----     

"Anda memilih tempat yang tepat untuk membicarakan bisnis. Saya suka tempat ini. Sangat tenang dan lebih privasi." Pria paruh baya yang masih tampak gagah menawan di usianya yang hampir kepala 5, mengadakan pertemuan kedua membahas tentang perluasan bisnis mereka di Kalimantan.     

"Ya saya juga. Istri saya menyukai tempat ini. Karena makanan dan suasananya." Pria bermanik mata hijau itu menyeruput the tawar hangat yang tersaji diatas meja yang terbuat dari kayu kualitas terbaik itu.     

Dua pengusaha beda generasi tesebut berada di sebuah rumah makan khusus kaum elit dengan nuansa serba Jepang. Mulai dari makanan, penyajiannya, juga tempatnya yang lesehan dan bersekat antar satu ruangan dengan ruangan lainnya.     

"Oh, anda sudah punya istri ternyata." Donni, pria paruh baya itu sedikit kaget mendengar pengakuan Darren, rekan bisnisnya yang sedang duduk dengan melipat kedua kakinya diatas bantal duduk.     

"Ya, dan sebentar lagi kami akan memiliki anak." Jawab Darren sumringah.     

"Wow, amazing. Oya, ada sesuatu hal yang ingin saya tanyakan. Apakah anda kenal dengan butik DA HOUSE?" Donni bertanya sambil menuangkan teko berisi teh tawar ke gelas kecilnya.     

"Butik Da House? Itu butik mami saya. Anda bisa tahu, apakah ada hubungan bisnis dengan mami saya?" Darren mengerutkan dahinya terbawa aura penasaran tiba-tiba. Mereka belum membahas tentang kerjasama mereka tapi sudah masuk ke topic hangat yang tidak terasa setengah jam susah berlalu.     

"Ahhhh, sudah kuduga." Jawab Donni singkat.     

"Kenapa? Anda kenal dengan mami saya?" Darren berkata sekali lagi.     

"No, bukan saya. Tapi istri saya. Dia seorang desainer interior yang diminta untuk mengerjakan butik mami anda. Saya mengantarkannya ke butik tadi pagi." Jawab singkat Darren.     

"Istri? Maksud anda Britney? Dari berita yang beredar, saya dengar anda memiliki perempuan dimana-mana. Dan, istri terakhir anda sudah diceraikan. Jadi yang sekarang ini adalah istri ke empat?" Darren tahu betul pria dihadapannya ini adalah pengusaha kelas atas yang memiliki perempuan dimana-mana dan punya istri tiga orang namun semuanya berakhir dengan perceraian. Istri ketiganya adalah Britney. yang pernah menjadi kekasih hatinya saat Darren masih kuliah.     

"Huh, anda terlalu banyak waktu luang sehingga mendengarkan gossip yang tidak-tidak. Britney mantan pacar anda bukan? Istri yang aku maksud adalah istri yang kunikahi secara resmi dan belum pernah aku ceraikan. Dia adalah istri pertamaku. Huh! kenapa aku harus menceritakan kisah hidupku ya? Hahaha …" Donni tidak mengerti dia bisa semudah itu bercerita dihadapan Darren.     

"Britney dan aku hanyalah masa lalu. Kami sudah tidak ada hubungan lagi sejak dia menikah. Dan, aku juga sudah punya istri dan calon anak. Aku tidak mungkin mengharapkan perempuan lain." Jawab Darren tegas.     

"Ya, itulah yang harus anda lakukan. Jangan pernah menyia-nyiakan istri yang sudah menemani kita dan tahu buruknya kita tapi masih mau menerima kita. Kelak kalau dia pergi, kita para suami akan menyesali dan penyesalan itu tidak akan ada artinya lagi." Donni berkata dengan suara pelan namun penuh arti.     

Darren merasakan pria yang ada dihadapannya saat ini, tidaklah sebengis yang orang-orang katakan. Mungkin benar kata Donni, kalau dirinya termakan isu yang tidak sedap diluaran mengenai sepak terjang Donni dengan para wanita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.