Dia Hanya Mengingatku

Antar Jemput Penuh Waktu



Antar Jemput Penuh Waktu

0Wen Chi mengacak rambut Wen Mo, "Akhirnya kamu mau bersuara juga. Tenang saja, makin hari bicaramu pasti semakin hari semakin lancar."     
0

Fu Nanli berdiri di samping mereka, dia bisa merasakan kegembiraan dan kehangatan keluarga yang biasa tetapi menyentuh.     

Su Yun menyeka air matanya dengan punggung tangannya, lalu dia menyentuh wajah Wen Mo, dan berbalik untuk melihat Wen Qiao dan berkata, "Kamu tidak boleh melakukan hal bodoh ini lagi di kemudian hari, apa kamu mengerti? Xiao Mo juga akan merasa bersalah jika itu terjadi lagi "     

Sudahlah, biarkan mereka berpikir seperti apapun itu, percuma juga jika menjelaskan kebenarannya, pikir Wen Qiao.     

Wen Qiao menjawab, "Aku mengerti."      

Fu Nanli muram dan cemberut, dia menatap gadis itu dengan ekspresi yang seakan sedang mengatakan Akhirnya kamu mengakuinya?     

Hidup itu tidak mudah. Wen Qiao menghela nafas sambil berkata dalam hati.     

Su Yun memandang tangan Wen Qiao sambil berkata, "Dì sekolah, kamu memakai ranjang bertingkat, dan kamu harus menaiki tangga untuk menuju ke kasurmu. Tinggalah di rumah untuk sementara waktu."     

Fu Nanli berkata, "Jika aku sedang tidak ada penerbangan ke luar negeri, aku bisa mengantar dan menjemputmu ketika sekolah. Jadi, selama aku tidak ada, biarkan sopir yang akan antar jemput."     

Wen Qiao dengan cepat berkata, "Itu terlalu merepotkan, aku bisa naik taksi."     

Fu Nanli memiliki kesibukan di perusahaannya sendiri di luar pekerjaannya sebagai kapten. Bisa dikatakan jika dia sibuk dengan banyak hal. Bagaimana mungkin Wen Qiao menambahkan beban kepada Fu Nanli untuk mengantar jemput dirinya ke sekolah?     

Membuang-buang tenaga!     

Fu Nanli dengan tegas berkata, "Hal ini tidak boleh ditawar."     

Wen Qiao pasrah dan berbisik, "Kamu akan kelelahan jika melakukannya."     

Fu Nanli dengan lembut membelai rambutnya, "Tidak melelahkan."     

Wen Chi memeluk Wen Mo, "Mari kita menyingkir dari mereka."     

Anggota keluarganya sangat pengertian, mereka pergi meninggalkan kamar Wen Qiao.     

Dari sebuah ruangan kecil ini terlihat sebuah pohon persik di luar jendela kamar, dan cahaya bulan yang membayangi kelopak bunga. Wen Qiao ingat bahwa dia dulu menggambarkan pohon itu sebagai karakter iblis dalam sebuah novel horor.     

Fu Nanli menatap Wen Qiao di tengah bayangan pohon bunga persik di punggungnya, hati Wen Qiao terenyuh dan dia berkata, "Terima kasih."     

Fu Nanli mencium bagian atas rambutnya, hatinya tersentuh seketika.     

Fu Nanli mengingat gadis ini telah berkorban banyak hal untuk keluarganya, padahal usianya baru 20 tahun. Di matanya, gadis ini masih seorang anak kecil, tetapi dia telah memikul beban yang tidak seharusnya dia terima.     

Kemudian Lu Youyou berkata, "Tuan Muda Fu telah merebut posisiku menggantikan sosok ayahmu. Tuan Muda Fu telah memberikanmu kasih sayang yang sama seperti seorang ayah kepada seorang anak."     

Malam itu, Fu Nanli banyak bertanya, dan Wen Qiao menjawabnya satu per satu. Fu Nanli meremas wajahnya, dan berkata untuk terakhir kalinya, "Kamu tidak diizinkan melakukan hal-hal bodoh seperti ini lagi di kemudian hari."     

"Iya, aku mengerti." Wen Qiao menjawab dengan pasrah.     

Setelah Fu Nanli pergi, keluarganya bergantian melayani Wen Qiao. Wen Mo meremas handuk panas untuk menyeka wajah kakak perempuannya itu. Wen Qiao tersenyum dan menatapnya, "Xiao Mo, ini kabar gembira, jangan cemberut seperti itu."     

Wen Mo tetap diam, dia hanya menyeka kakaknya dengan lembut. Setelah menyeka, ibunya mengoleskan lotion perawatan kulit padanya, dan Wen Chi ada di sampingnya untuk menyelimutinya.     

Kabar tentang Wen Qiao yang menjadi penyelamat keluarganya, dan melakukan segala upaya hingga melukai dirinya sendiri demi adiknya bisa kembali berbicara tersebar luas hingga ke telinga para tetangga.     

Keesokan harinya, Lu Youyou, semua tetangga dan anggota klub musik tradisional datang untuk menjenguk Wen Qiao. Mereka semua memuji keberaniannya dan menasehatinya agar kejadian ini jangan sampai terulang kembali di kemudian hari.     

Wen Qiao meraih Wen Mo ketika para tamu ada di luar kamar, "Kakak jatuh karena tidak sengaja. Kamu tidak perlu merasa bersalah. Apakah kamu mengerti?"     

Wen Mo menjawab perlahan, "Kakak terluka karena aku, dan aku masih mengkhawatirkan kejadian ini yang membuatku merasa bersalah."     

Nah, sekarang adiknya semakin merasa bersalah.     

Wen Qiao menyerah untuk menenangkan Xiao Mo.     

Dengan cara ini, dia seolah sedang benar-benar didorong ke altar keadilan yang tinggi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.