Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Kakek Bisa Berbicara?



Kakek Bisa Berbicara?

0Raut wajah Beiming Shaoxi yang suram, tentu terjadi bukan karena luka yang diderita Xin Keqi. Melainkan, karena adiknya ini tidak menanggapi ucapannya di depan banyak orang ini!     
0

"Siapapun yang berani menyiksa An'an, maka orang itu adalah musuhku. Bagus kalau kamu tidak sampai bertemu denganku lagi, ya! Kalau tidak… maka aku akan menemuimu sekali lagi dan memukulmu." Beiming Yechen mengancam dengan dingin.     

"Apakah kamu ingin memberontak?" Teriak Beiming Shaoxi dengan tangan yang dipukulkan ke meja dengan kuat.     

"Shaoxi, sudahlah… aku tidak masalah dengan ini. Yechen tidak mengerti, tetapi aku bisa mengerti. Dia mungkin hanya sedang salah paham saja denganku." Ucap Xin Keqi sambil memegang kain dan menekan ke dadanya.     

Beiming Shaoxi menatap ke arah Xin Keqi, kenapa wanita ini begitu banyak bicara?     

"Aku akan pergi mencari dokter untuk meminta obat dulu…." Xin Keqi sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya.     

Luka bakar yang tidak segera dikasih obat akan meninggalkan bekas pada kulitnya. Dua pelayan langsung membantu memegangnya dengan cepat dan meninggalkan ruangan.     

Beiming Yechen dengan tatapan yang malas menatap ke Beiming Shaoxi, "Kakak, dalam tiga tahun ini, aku tidak belajar apa pun, hanya belajar memukul orang."     

Semua orang yang ada di ruangan pun hanya terdiam…     

"An'an adalah kakak ipar satu-satunya yang aku akui, aku hanya akan melindunginya."     

Beiming Shaoxi dengan dingin berkata, "Kamu memukul anjing juga harus melihat pemiliknya, apa kamu masih berani bersikap sembrono di depanku?"     

"Kalau begitu, pegang dengan baik anjingmu itu. Jangan membuat dia lepas dan menggigit orang."     

Suasana ruangan ini pun langsung membara, seolah ada api yang menyala.     

Beiming Shaoxi dengan cepat berdiri dan pergi, suara gesakan dari kursi dan tanah pun terdengar begitu nyaring.     

Beiming Yechen duduk kembali, "Kakak, apakah kamu mau pergi? Kalau begitu hati-hati… An'an, ayo kita makan."     

Ji An'an melihat mata Beiming Yechen yang hitam, tidak tahu mengapa… rasanya sangat senang.     

Sarapan yang sangat banyak, kabarnya setiap hidangan itu dimasak oleh Xin Keqi.     

"Apakah kamu mau makan? Apakah mau aku masak yang lain?" Tanya Ji An'an dengan tenang.     

"Aku tidak terlalu senang melihat kamu lelah, hal seperti memasak ini biasanya dikerjakan oleh pelayan saja…." Ucap Beiming Yechen sembari melirik ke arah Xin Keqi pergi seolah menganggapnya sebagai seorang pelayan.      

"Memakan masakan dari seorang pelayan, apakah rasanya bisa begitu enak? Ya, bukan sekedar makanannya bisa dimakan saja, sih."     

Ji An'an tersenyum ringan, mulut Yechen juga sudah mulai jutek.     

Beiming Shaoxi pun tidak berkomentar. Mereka dengan tenang menikmati sarapannya.     

Seperti waktu sarapan sebelumnya, Beiming Yechen mengatakan lelucon untuk membuat Ji An'an tertawa. Dalam tiga tahun ini, jelas-jelas Beiming Yechen sangat menderita, tetapi dari mulutnya selalu mengatakan lelucon yang menarik.     

Ji An'an mendengarnya dengan tenang tetapi hatinya merasa sedih.     

******     

Cahaya matahari yang bersinar terik di belakang taman bunga, kakek Beiming memegang tangan Beiming Yechen erat lalu menangis tanpa henti.     

Ji An'an memegang handuk untuk kakek, ia lalu menangis lagi.     

"Beiming Yechen, apakah kamu sudah melihatnya? Kakek… dia sangat sedih…."     

Tatapan Beiming Yechen pun semakin lama semakin merah.     

"Ye... Ye…." Ucap Kakek yang mengatakan satu kata dengan tidak jelas.     

Ji An'an tertegun, apakah kakek sudah bisa berbicara?     

"An… An… An…." Ucap Kakek yang setiap katanya diucapkan dengan susah payah.     

Tidak tahu penyebabnya, Ji An'an yang baru menjaga kakek selama satu bulan saja, orang tua ini seakan bisa mengetahui kalau dirinya adalah Ji An'an.      

Suatu ketika, kakek tiba-tiba memegang tangannya dan menangis, air matanya mengalir tidak berhenti. Kemudian, ia menatap Ji An'an dengan tatapan penuh kasih sayang, sangat menyayanginya seperti menatap Ji An'an waktu itu.     

Tatapan kakek ke Ji An'an tidak sama dengan tatapan kakek menatap ke arah Xin Keqi.     

Tenggorokan kakek yang sedang naik-turun, seolah ada banyak sekali hal yang ingin dikatakan tetapi suaranya tidak bisa mengatakannya. Tangannya juga tidak bisa bergerak dan tidak bisa memegang pena.     

Ji An'an dengan cepat menghilangkan air matanya, "Kakek…."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.