Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Gu Nancheng… Nancheng…



Gu Nancheng… Nancheng…

0Ji An'an terlelap di dalam kegelapan yang sangat panjang, sama sekali tidak mendapat mimpi seperti telah tertidur lelap dan tidak bisa bangun lagi.     
0

Wanita ini seperti seorang bayi yang masih berada di dalam rahim ibunya yang gelap.     

Ibu, bunuh aku saja… aku tidak ingin hidup…     

Ji An'an dengan menderita memohon, hanya merasa sekujur tubuhnya sangat sakit.     

Lukanya perlahan-lahan sudah mulai terinfeksi dan membuatnya jatuh pingsan selama beberapa hari dan malam. Ia selalu mengigau dalam penderitaan.     

Terkadang, ia juga sering minta maaf, memohon ampun, menyesal, dan terkadang menjerit sambil memohon.     

Begitu susah hidupnya, ia lebih bersedia untuk mati.     

"Sudah bangun?" Tanya seorang pria dengan suara yang serak dan tegang.     

Ji An'an perlahan-lahan membuka mata yang tampaknya habis menangis hingga bengkak berwarna merah. Kondisi matanya ini seperti dua buah persik yang baru matang. Lagi pula selama tertidur, dirinya tidak hentinya menangis.     

Ketika membuka matanya, ia melihat wajah yang tampan dan jahat itu. Kemudian pria itu menatapnya dengan penuh kasih sambil mengerutkan keningnya.     

Air mata Ji An'an perlahan-lahan mengalir, ia pernah mengatakan… 'Gu Nancheng, ketika aku sedang sedih, tolong jangan pedulikan aku. Kalau kamu berbicara denganku, maka aku akan merasa lebih sedih.'     

Pada saat ini, ia sudah begitu sedih, sekujur tubuh dan hatinya juga ikut menderita.     

"Gu Nancheng?" Ji An'an memanggil namanya dengan serak mengira ini dalam mimpi, "Apakah benar ini adalah kamu?"     

Pria itu hanya terdiam…     

"Gu Nancheng…. Nancheng…." Ji An'an menangis sambil tersenyum, ini adalah mimpi yang paling hangat. Ia sudah lama sekali tidak pernah bermimpi tentang Gu Nancheng, Gu Nancheng yang selalu begitu dingin dengan orang lain dan hanya memperlakukan dirinya dengan lembut dan hangat. Hal itu benar-benar… sudah lama tidak melihatnya.     

Mata Gu Nancheng yang terlihat merah dan murka, lalu air matanya juga mengalir sampai ke hidung yang mancung.     

Air mata Gu Nancheng lebih deras daripadanya…..     

Dua derai air mata di wajah mereka berdua saling menatap, Gu Nancheng memegang erat tangan Ji An'an, "Kamu baru selesai melakukan operasi dan kehilangan banyak darah. Nutrisi dalam tubuhmu juga perlu ditambah, sehingga banyak-banyaklah beristirahat!.."      

"Su Qianmo, kalau kamu berani membuat dirimu seperti hari ini, maka aku tidak akan memaafkanmu!"     

Gu Nancheng menggigit bibirnya dan mengancamnya, dalam matanya memang merasa sangat sedih.     

Ji An'an pernah mengatakan, air mata Gu Nancheng lebih berharga daripada berlian, jadi jangan mudah mengalir begitu saja…     

"Kamu….telah kembali?" Tanya Ji An'an yang masih berpikir.     

Jadi dia bukan sedang bermimpi!?     

Gu Nancheng memegang jari ramping dan pucat Ji An'an, mencium punggung tangannya dan tersenyum dengan bibir merah mawar itu dengan senyuman jahat, "Aku telah kembali, Gu Nancheng milik Ji An'an sudah kembali."     

Ji An'an agak membuka mulut, air matanya masuk ke dalam mulutnya. Ia pun menangis sambil menutup mata, wajahnya sedih seperti anak kecil.     

"Aku telah bermimpi, mimpi sesuatu mengenai kita… bermimpi kamu telah melupakan aku… bermimpi… ayah dan ibuku mati…." Ji An'an betapa berharap semua itu adalah mimpi buruk.     

Gu Nancheng pun terdiam memandangnya…     

"Bermimpi hanya aku sendiri, kalian semua tidak menginginkan aku… aku tidak akan egois lagi… jangan tinggalkan aku…."     

Ji An'an menangis sampai kehabisan suara, napasnya yang lemah sampai gemetar.     

Gu Nancheng memegang kedua tangannya yang menutup wajahnya… air matanya mengalir deras membuat telapak tangan Ji An'an basah….     

"Semua itu adalah mimpi buruk dan kamu sudah melewati semuanya, Qianmo. Aku ada di sini dan tidak akan membuat kamu menderita lagi." Ucap Gu Nancheng dengan serak.     

Ji An'an menangis begitu lama, dalam benaknya yang kosong membuat suasana di dalam ruangan menjadi sedih.     

Setelah Ji An'an lelah menangis, ia pun kembali tertidur. Wajah kecilnya penuh dengan air mata dan tangannya terus memegang erat tangan Gu Nancheng. Ia sangat khawatir Gu Nancheng akan pergi meninggalkannya lagi.     

Andai demikian, Ji An'an sudah tidak memiliki siapapun yang dapat melindunginya. Apalagi, Gu Nancheng adalah satu-satu orang yang dekat dengan keluarganya. Pria itu adalah satu-satunya kekuatan yang mendorong dirinya untuk tetap hidup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.