Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Halusinasi Sebelum Dia Mati



Halusinasi Sebelum Dia Mati

0Darah segar menetes ke bawah, kehangatan dari tubuhnya sudah mulai menghilang.     
0

Ji An'an menangis dengan suara serak. Namun setelah berjalan ke satu jalanan kecil, ia melihat ada kapal kecil yang lampunya masih menyala….     

Bau amis dari laut yang menusuk hidungnya, tubuhnya yang sudah lemah dan sakit tidak bisa bertahan lagi. Pada akhirnya, ia sudah menyerah dan menutup mata hingga jatuh pingsan.     

Ji An'an takut dirinya akan mengotori jalanan ini, takut bahwa besok dirinya akan menjadi topik pembicaraan di koran. Ia takut mereka akan mengetahui identitasnya dan menghubungi ayah Ji dan Sana.     

Sebelum benar-benar mati, ia masih harus bertahan untuk menutupi kematiannya.     

Saat berdiri di tepi laut, ia melihat batu berwarna hitam yang selalu dihantam ombak laut di bawah kakinya. Ji An'an berhenti dan dengan tenang menutup matanya. Ia bersiap untuk menjatuhkan diri ke dalam laut…     

Tiba-tiba ada satu tangan besar yang kuat dan hangat menahan lengannya.     

Tubuhnya secara tiba-tiba ditarik masuk ke dalam pelukannya yang hangat itu.     

Air mata Ji An'an yang hilang mencium aroma maskulin pria itu… dia berusaha untuk tersenyum, apakah ini adalah halusinasi sebelum dirinya mati?     

"Beiming Shaoxi, cincin… maaf, aku telah menghilangkan…" Ucap Ji An'an dengan pikiran yang sudah tidak sadar sambil menangis serak.     

Sebelum mati, ia masih kehilangan barang berharga dari pria itu.     

Dalam hati, ia hanya ingin meminta maaf, dirinya benar-benar tidak berguna, sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Bahkan hadiah yang diberikan Beiming Shaoxi juga tidak bisa dijaganya dengan baik. Ia hanya bisa meminta maaf…     

Mata pria itu memerah dan murka melihat sekujur tubuhnya yang sudah berdarah, "Ini aku Qianmo!"     

Sepasang tangan yang memegang baju lengannya, tiba-tiba sudah tidak punya tenaga dan terkulai lemas. Matanya pun tertutup tanpa daya.     

Pria itu memeluk Ji An'an dengan perasaan yang tidak terduga...     

*****     

Sebuah helikopter terbang di udara. Beiming Shaoxi yang ada di dalam pun melihat pemandangan kota asing di bawah sana.     

Berdasarkan gps yang dipasang di pita rambut Ji An'an, posisi wanita ini seharusnya sudah sampai di pelabuhan. Pria ini memang sengaja tidak menyuruh orang lain untuk mengikutinya karena khawatir Gu Nancheng akan menyadarinya.     

Ketika mendengarkan ada suara perampok, Beiming Shaoxi langsung menyuruh bawahannya untuk datang.     

Boom boom, dua suara pistol.     

Perampok tadi telah ditangkap oleh banyak pengawal yang berbaju hitam, satu perampok ditembak ke bagian kaki dan tersungkur ke tanah.     

Panggilan laporan pun langsung terdengar dari earphone di telinganya, "Tuan, kami telah menangkap perampok itu, tetapi tidak menemukan Nona Ji…."     

Hujan yang semakin deras, helipoter yang terbang di tengah hujan pun mendarat ke samping pelabuhan.     

Jejak darah sebelumnya masih terlihat di air hujan….     

******     

Di tempat yang lain, Ji An'an merasa seperti melihat ada 10 matahari menyinari tepat di atas wajahnya. Ya, sinar dari beberapa lampu itu sampai membuat matanya tidak bisa terbuka. lalu mendengar suara "tit tit", siapa yang sedang telepon dan tidak menutupnya? Eh, sakit sekali, tubuhnya tidak bisa bangun.     

"Hentikan pendarahannya… ambil pisau operasi." Ucap seseorang dengan dingin di samping telinganya.     

Ji An'an seolah kembali ke ranjang operasi, tempat ketika seseorang sedang mengambil rahimnya.     

"Tidak mau, lepaskan aku…."     

"Dia sudah terbangun dari biusnya, tambah bius dan jahitannya!"     

Ji An'an yang panik dan ketakutan menggelengkan kepala, berusaha keras untuk melepaskan diri dari mereka.     

Apa lagi yang akan dilakukan orang-orang ini terhadap tubuhnya? Kenapa mau melukainya lagi?!     

Sampai, tangan kecilnya dipegang oleh telapak tangan yang besar dan hangat, "Qianmo, jangan takut."     

Air mata Ji An'an mengalir ke bawah dari sudut matanya, sudah lama… tidak ada orang yang memanggilnya dengan sebutan itu… seolah panggilan dari surga.     

"Aku akan menemanimu, aku tidak akan meninggalkanmu lagi." Punggung tangannya diletakkan ke bibir yang dingin membuat Ji An'an lebih tenang.     

"Gu Nancheng…. Apakah kamu?" Panggil Ji An'an dengan bibir terbuka sedikit.     

Sayangnya, lengan tangannya perlahan-lahan telah disuntik cairan obat yang membius dirinya.     

"Aku sangat sakit…" Ji An'an menjerit, "Tolong aku… Nancheng…"     

Salah satu jari langsung menghapus air mata dari sudut matanya, obat bius sudah bereaksi dan dirinya kembali tidak sadarkan lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.