Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Dia Sambil Berjalan Sambil Menangis



Dia Sambil Berjalan Sambil Menangis

0Ji An'an sudah sampai ke daerah pelabuhan. Ia berencana ingin menyewa sebuah kapal sendiri.     
0

Tetapi dirinya juga tidak familiar dengan jalanan di tempat ini dan berjalan ke sana-kemari. Ya, ia seolah tersesat ke dalam jalanan kecil yang rumit…     

Langit pun semakin lama semakin gelap, masih hujan gerimis, dan Ji An'an tidak membawa payung. Wajah kecilnya itu sudah kedinginan sampai merah merona.     

Tiba-tiba ada dua perampok yang ada di ujung jalanan, tangan mereka membawa pisau, "Keluarkan semua barang berharga milikmu."     

Ji An'an tidak memiliki apapun yang menjadi keinginan para penjahat itu. Ia hanya bisa memberikan dompet di tangannya dan pergi.     

Lagi pula, andai dirinya tidak bisa menyewa kapal, maka ia bisa berenang ke dalam lautan. Tidak tahu seberapa jauh dirinya bisa berenang, namun kematian semacam itu tidak akan merepotkan orang lain.     

Perampok itu melihat barang di dompet lalu berteriak, "Masih ada? Barang yang kamu pakai itu, kalung di lehermu, gelang atau apapun, keluarkan semuanya!"     

Ji An'an kemudian segera melepaskan barang yang diinginkannya dan menyerahkan kepadanya, "Aku tidak menyembunyikan gelang, semua barang ada di situ."     

Kemudian perampok melihat dompet itu, dan melempar ke temannya yang jauh. Melihat di sekeliling tidak ada orang, mereka pun bersiap untuk pergi…     

Akan tetapi, salah seorang perampok tampak tergoda dengan cincin batu permata di jari tangan Ji An'an, "Cincin di tanganmu, berikan kepadaku!"     

Ji An'an teretegun, ia lalu mengepalkan tangannya, "Ini… tidak penting, hanya barang pemberian… ini sangat bermakna untukku, apakah boleh kalau menyisakan ini untukku?"     

"Omong kosong, aku menyuruhmu memberikannya kepadaku! Cepat serahkan kepadaku!" Perampok itu menggoyangkan pisau dan berteriak dengan galak.     

Ji An'an mengepalkan tangannya, sekarang tujuannya adalah mencari cara mati yang tidak merepotkan orang lain. Jadi, apa lagi yang bisa membuatnya takut? Ia pun membalikkan badan dan kabur.     

Perampok itu mengejarnya dan satu tusukan pisau menusuk ke punggungnya…     

Ji An'an hanya merasa bahwa tubuhnya yang kaku itu merasakan rasa sakit. Akan tetapi, ia masih memegang cincin di jarinya dengan erat.     

Genggaman tangan yang erat, juga tidak tahu asal kekuatannya, namun kekuatannya ini membuatnya begitu keras kepala?     

Ya, Ji An'an tidak ingin memberikannya. Walaupun di kehidupan berikutnya juga tidak bertemu dengan Beiming Shaoxi, ia juga tidak ingin kehilangan kehangatan dari percintaan satu-satunya dalam kehidupan ini.     

"Lepaskan! Atau aku akan membuatmu mati!" Perampok itu panik karena Ji An'an bersikap tidak punya rasa takut.     

Dari jauh, temannya pun sudah mulai menyuruhnya cepat-cepat…     

"Kembalikan kepadaku…" Ji An'an yang masih memaksa untuk mengambilnya, bagian perutnya merasakan rasa sakit lagi. Ya, pisau itu ditusuk ke tubuhnya tepat pada bagian perutnya.     

Ketika pisau itu dicabut, darah yang banyak juga ikut keluar.     

Tubuh Ji An'an pun terlunta-lunta, ia langsung tergeletak ke tanah.     

Darah merah yang banyak telah menodai baju sweater putihnya, dari atas langit mulai turun setetes dua tetes air.     

Cincin yang ternodai dengan daerah telah diambil dari jarinya.     

Ji An'an terjatuh ke lantai, melihat punggung perampok itu berlari pergi, penglihatannya mulai memburam.     

Langit sudah gelap gulita, dua sisi jalanan juga sepi, lampu jalanan pun hanya bersinar dengan redup. Namun tidak lama kemudian, ada yang datang mendekatinya dari kejauhan.     

Ji An'an tidak merasa sakit, namun kekuatannya untuk hidup sudah pergi meninggalkannya secara perlahan.     

"Ji An'an, air mata putri duyung dan ciuman iblis adalah sepasang perhiasan yang sejati!"     

Ji An'an yang mencoba berdiri dengan terlunta-lunta, sepasang tangannya memegang bagian perutnya, dan darah segar yang banyak mulai mengalir keluar.     

"Ji An'an, aku mencintaimu, menikahlah denganku…."     

Kakinya yang berusaha untuk berjalan pun ternoda oleh darah yang terus mengalir ke bagian kakinya.     

"Kalau tidak ada perintah dariku, aku tidak akan melepaskanmu. Walaupun ragamu sudah mati, kamu juga tidak boleh jauh dariku, paham? Apakah kamu mengerti?"     

Suara nafas Ji An'an yang terengah-engah, hujan yang deras membasahi wajahnya, matanya yang masih berkedip pun bisa terlihat jelas ada air mata yang mengalir di sana.     

Menahan perasaan sakit di dalam hatinya, penderitaan dan juga rasa putus asa pun menyelimuti dirinya. Kemudian, ia merasakan ada arus air yang datang..     

Sambil berjalan menangis, Ji An'an sudah seperti anak yang tidak memiliki tempat untuk pulang. Dunia yang begitu luas ini, tidak ada satu bayangan manusia pun yang ada di dekatnya, hanya tersisa dirinya seorang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.