Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Ji An’an Menangis Seperti Anak Kecil



Ji An’an Menangis Seperti Anak Kecil

0Walaupun balapan mobil biasa, sejujurnya Beiming Yechen juga sangat susah untuk menang. Apalagi sekarang, dia sedang balapan di medan jalan yang jauh lebih susah seperti ini.     
0

Tidak hanya akan kalah, bahkan nyawanya juga akan hilang.     

Saat Ji An'an memeriksa peta jalur balapan ini pun, ia langsung tahu bahwa banyak tikungan kecil dan jalan mendaki yang amat curam di gunung ini.      

Kemudian, ia melihat lagi medan balap yang berkelok-kelok di bawah. Satu-persatu lingkaran yang sangat rumit dapat dilihat dengan jelas, membuat situasi balapan itu akan semakin rumit.     

Kalau Ji An'an melompat dari atas untuk turun ke bawah, ia bisa lebih cepat sampai ke bagian itu.     

Ji An'an memutuskan untuk berlari dan menghilang di gelapnya malam...     

Sana yang tampak bingung pun juga ikut mengejarnya.     

Ji An'an menggigit giginya dan tidak memperdulikan apapun lagi. Ia berlari ke atas gunung, semakin lama semakin curam dan ternyata sampai di tengah jalan yang sudah tidak bisa dinaiki lagi. Ia pun melemparkan motor listrik itu dan lanjut berjalan.     

Ia merasakan ketakutan dan firasat buruk bahwa Beiming Yechen sempat mendapat masalah. Ia tidak mungkin membiarkannya begitu saja dan hanya melihat Beiming Yechen mati di depan matanya!     

Kerikil kecil mulai berjatuhan ke bawah. Saat fokus berlari, ia tidak menyadari luka mulai berdenyut perih dan membuatnya meluncur jatuh ke bawah sepanjang puluhan meter.     

Lututnya sudah mendapat luka yang belum sembuh dan kali ini tergores lagi oleh bebatuan di sini. Rasa sakit pada lukanya itu menjadi lebih parah daripada digores oleh pisau dan terasa sangat menyakitkan.     

Tangan Ji An'an memegang sebuah batu yang besar untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh lebih ke bawah lagi.     

Jarinya yang sudah kotor karena tanah pun tidak sengaja membuat kukunya mulai berdarah.     

Meski kondisinya amat menyakitkan, namun Ji An'an tidak berani berhenti dan terus mendaki naik.     

Di dalam kegelapan ini, ia seolah diselimuti dengan napas kematian.     

"Gadis kampung, cinta itu seperti dua orang yang menarik karet gelang. Orang yang terluka selalu orang yang tidak mau melepaskan tarikan karet itu…"     

Gigi Ji An'an bergemeletuk dan berjalan ketakutan di antara bebatuan.     

"Aku tidak percaya dengan kejahatan, juga tidak percaya dengan kebenarannya. Walau demikian, aku percaya denganmu. Gadis kampung, kamu adalah kepercayaanku, semua perkataanmu itu adalah kebenaran…"      

Beiming Yechen yang setengah bercanda dan setengah serius itu hanya tersenyum. Kemudian, ia melihat senyuman hangat dari pria itu seolah waktu berlalu sudah sangat lama.     

Ji An'an terengah-engah saat berlari.     

Lalu, "Peng…."     

Ada sebuah batu yang meluncur dari atas ke bawah dan terdengar suara tabrakan yang sangat nyaring…. Gema yang mengheningkan itu membuat orang sangat terkejut.     

Mobil balap yang berwarna biru dan hitam itu seperti kelawar, dengan lampu yang memancarkan dengan panjang.     

Di belokan panjang, tiba-tiba ia melihat sesosok orang yang sedang berguling sampai bercampur tanah. "Ah… Beiming Yechen…." Teriak Ji An'an      

Chiiiit! Boom!     

Suara rem yang sangat nyaring terdengar di aliran gunung membuat gemaan yang sangat menakutkan.     

Punggung Beiming Yechen yang berkeringat dingin, seketika berhasil menginjak rem tepat waktu dan tidak menabrak orang yang datang itu.     

Ji An'an tampak terluka parah, sekujur tubuhnya yang kotor dengan tanah pegunungan juga memperlihatkan luka yang semakin parah di lututnya.     

Ji An'an sangat khawatir, ia hampir saja terlambat dan langsung terjatuh ke bawah. Syukurlah tanah ini sangat tebal… jadi ia tidak terluka terlalu parah.     

Beiming Yechen sejujurnya terkejut, ia pun langsung bangun dan berlari sampai mengeluarkan keringat dingin.     

Ji An'an mengulurkan tangan dan memeluk Beiming Yechen ke dalam pelukannya dengan air mata yang mengalir deras, "Syukurlah kamu tidak ada masalah, kamu masih hidup…."     

Dengan tertegun, Beiming Shaoxi tidak bisa berkata apa-apa...     

"Mengapa kamu mau balapan dengan orang lain? Apakah kamu sudah tidak sayang nyawa lagi?"     

Tubuh Beiming Yechen yang tinggi dan besar menjadi kaku, pundaknya basah karena air mata Ji An'an.     

"Baikan dengan Beiming Shaoxi boleh? Pulang ke rumah boleh? Aku tidak berharap kamu begitu berusaha…."     

"..."     

"Aku selalu menanggap kamu sebagai adiku, aku berharap kamu bahagia. Kamu tidak boleh lagi membuat dirimu menjadi seperti ini!" Ji An'an menangis seperti anak kecil.     

Ini pertama kalinya Beiming Yechen melihat Ji An'an menangis hanya demi dirinya.     

Mata merah Beiming Yechen langsung seperti darah, "Kenapa kamu bisa ada di sini? Orang yang tidak sayang nyawa justru adalah kamu sendiri!"     

Kalau bukan karena Beiming Yechen yang menginjak rem dengan cepat…. Maka ia sudah akan ditabrak dan mati sampai jatuh ke jurang.     

"Kakek pikun, Beiming Shaoxi berubah menjadi dingin dan tidak berperasaan… bahkan Yechen juga sudah berubah." Ji an'an mengangkat kepalanya, "Aku yang membuat Keluarga Beiming seperti ini… Walaupun aku benar-benar mati karena kehilangan nyawa ini pun juga tidak bisa membayarnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.