Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Hadiah Perpisahan



Hadiah Perpisahan

0Ji An'an ingin pergi ke mall dan ingin sekali membelikan Leo barang-barang keinginannya dari barang terkecil sampai yang terbesar. Pokoknya, ia ingin memenuhi semuanya tanpa kekurangan satupun. Kemudian ia ingat bahwa ibunya, Xin Keqi, juga memberikan kasih sayang seperti yang tidak kalah besar.     
0

Namun sebelum ke sana, Ji An'an perlu mengunjungi sebuah kuil dan meminta jimat keselamatan. Ia akan mengingatkan Leo agar membawanya selalu dari dirinya kecil hingga dewasa nanti.     

Selain itu, ia juga membeli dua buah batu giok. Sejujurnya, ia ingin membeli aksesoris yang lebih mahal. Namun karena kondisi keuangannya terbatas, ia tidak perlu barang yang mahal untuk mengungkapkan perasaannya.      

Lagi pula, desain batu berbentuk domba ini mirip dengan Leo yang yang penurut dan lucu itu...     

Naga arogan Cang Jin juga sangat menggambarkan Beiming Shaoxi sebagai lelaki yang paling berkarisma.     

Namun ada salah seorang yang mengatakan bahwa seseorang yang ingin jimatnya dapat berfungsi dengan baik, maka orang itu harus berlutut selama mendaki gunung menuju ke kuil. Mendengar hal itu, Ji An'an pun bersedia melakukannya begitu saja.      

Lagi pula, Ji An'an juga tidak ada pekerjaan lain. Setelah makan siang, ia segera pergi berlutut, ia berjalan sambil berlutut untuk mendaki gunung itu sepanjang hari. Pada saat sore hari, ia baru tiba di kuil yang ada di atas gunung     

Selama perjalanan, Ji An'an ternyata juga menemukan beberapa orang yang melakukan hal sama seperti dirinya. Tampaknya, orang-orang ini memiliki kepercayaan yang sama dengannya…. Ya, harapan mereka mungkin berbeda-beda, namun tetap memiliki kepercayaan yang sama.     

Sebelumnya Ji An'an melihat pemandangan ini, ia sempat berpikir bahwa hal ini pasti akan membuatnya terlihat bodoh. Ia sempat tidak percaya diri untuk melakukannya. Lagi pula, apakah Tuhan akan mengabulkan permintaannya?     

Tuhan begitu sibuk, bagaimana mungkin Dia bisa melihat semua penderitaan orang-orang ciptaan-Nya….     

*******     

Setelah melakukan perjalanan tersebut sampai sore hari. Saat ini Ji An'an baru saja sampai rumah saat hari sudah menjadi gelap. Kedua kakinya sungguh terasa lemas. Walaupun mengenakan celana yang sangat tebal, namun lututnya tetap mendapat luka gores saat berjalan sambil berlutut menuju ke atas gunung.     

Setelah Sana mengetahuinya, ia langsung memarahinya dengan sangat tidak senang.     

"Bukankah sebelumnya kamu tidak percaya dengan hal-hal seperti ini? Kamu saja tidak mau kusuruh untuk berdoa di gereja."     

"Mungkin setelah dewasa, seseorang jadi mengalami perubahan batin." Ji An'an tersenyum. Lagi pula, bukankah temannya ini juga telah berubah banyak?     

"Apakah kamu ini sudah bodoh, orang lain pergi bersembahyang ke kuil juga sudah pasti akan membeli pelindung lutut. Mana ada yang seperti kamu dengan cara begitu saja dan tanpa persiapan sama sekali, langsung berjalan dengan cara berlutut menuju kuil." Sana masih marah.      

Sana pun juga menambahkan, "Apakah pria itu bisa menghargainya saat kamu melakukan semua ini? Mengapa kamu mau membeli jimat itu untuk dia?"     

"Aku mau memberikannya kepada Leo…."     

"Siapa itu Leo? Apakah anaknya?" Tanya Sana mendengar Ji An'an mengungkit nama itu dua kali, tetapi masih belum pernah bertemu dengannya. Bola matanya juga sudah mau keluar karena ingin mengetahui hal ini.      

"Hei, anak itu adalah anak hasil hubungannya dengan wanita lain. Mengapa kamu masih begitu menyayanginya? Hah… aku benar-benar kagum denganmu, apa kamu adalah reinkarnasi dari bunda Maria ya? Berlutut untuk meminta jimat pelindung untuk putra orang lain?" Kekesalan Sana masih tidak menurun.     

"Leo sangat lucu. Kalau kamu bertemu dengannya, pasti akan menyukainya." Kedua kaki Ji An'an berendam di air panas, suaranya yang lembut terdengar seakan tidak peduli dengan kemarahan Sana.     

Ia mengetahui Sana sangat menyayanginya, merasa dirinya sangat kasihan.     

"Aku benar-benar merasa penyakit jantungku sudah kambuh lagi… demi dia, kamu sekarang telah berubah seperti ini? Apakah pantas?"     

"Ini adalah hadiah perpisahanku untuknya."     

"Aku mau melihat saat mereka akan berpisah denganmu nanti…." Sana lalu menerima sebuah panggilan yang sepertinya sangat penting, wajahnya berubah dan langsung dengan cepat berpamitan kepada Ji An'an.      

"Aku pergi dulu. Kalau ada yang kamu butuhkan malam ini, langsung hubungi bibi pengasuh saja. Bibi pengasuh itu tinggal di sebelah kita, atau kalau kamu sungkan, bisa segera menghubungiku. Kamu harus makan makanan yang bernutrisi. Selain itu, sup yang dimasakkan tadi harus diminum enam kali sehari…"     

******     

Tengah malam, lampu tidak ada yang menyala di flat ini.      

Hanya cahaya bulan dan beberapa bintang yang masuk dari luar jendela. Saat ini, Ji An'an hanya duduk di atas sofa dan dunianya terasa sunyi serta senyap. Suara detik jam dinding yang bergerak pun terdengar begitu jelas.     

Seolah waktu berlalu sangat lama dan sudah hampir menghabiskan seluruh hidupnya.     

Perjalan waktunya pun terasa semakin pendek sangat pendek, dalam waktu sekejap mata lilinnya sudah mau habis….     

Mendengar suara pintu dibuka, jantungnya berdebar dengan sangat cepat dan aneh.     

Sangat aneh. Padahal jelas-jelas hari ini dirinya juga sangat lelah. Walau demikian, Ji An'an sangat bersemangat. Ia bahkan tidak bisa tidur sama sekali dan duduk di sini seakan menunggu Beiming Shaoxi. Ya, mengingat semua ingatan masa lalunya.     

Suara langkah kaki berjalan masuk ke arahnya, aura maskulin yang kental sampai bisa dicium itu melangkah tepat ke arahnya.     

Ji An'an membuka mata yang bersinar dalam kegelapan, "Beiming Shaoxi, kamu sudah datang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.