Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Dia Mengeluarkan Terlalu Banyak Darah



Dia Mengeluarkan Terlalu Banyak Darah

0Seorang pria menendang Beiming Yechen. Dengan tatapan yang menjijikan dan keji, ia lanjut berjalan sambil menatap ke arah Ji An'an.     
0

Tatapan Beiming Yechen yang panik, sekujur tubuhnya yang penuh dengan darah masih berjuang untuk memeluk kaki pria itu.     

"Dasar, bunuh saja dia."     

Pria muda itu sudah kelihatan sekarat, kenapa masih bisa begitu kuat memeluk kakinya?      

Ji An'an dengan cepat bereaksi untuk menghadang tusukan pisau.     

"Anak kecil, kalau kamu masih mau mencampuri masalah kami, maka jangan salahkan kami kalau membunuhmu."     

"Beiming Yechen, aku tidak mau kamu memperdulikan aku!" Ji An'an juga tidak tahu asal keberanian dan tenaganya ini. Namun, ia langsung mendorong pria itu dan kedua tangannya langsung melindungi Beiming Yechen.     

Di tengah-tengah salju ini, wajah Beiming Yechen sudah terlihat pucat seputih salju. Bibirnya yang terlihat merah karena darah itu juga tidak seperti manusia di dunia ini….     

Beberapa pria itu langsung tertegun, dengan tidak berani percaya menatap ke arah pria itu. 'Hah, dia bermarga Beiming? Apakah dia adalah tuan dari Keluarga Beiming?'     

Ji An'an menjongkokkan badannya, menahan luka Beiming Yechen yang masih mengalirkan darah tanpa henti, "Beiming Yechen, kamu masih baik-baik saja. Kamu jangan membuatku ketakutan!"     

Mendengar nama yang disebutkan wanita ini, beberapa pria itu langsung sadar bahwa telah membuat sebuah kesalahan yang besar. Setelah mengetahuinya, mereka segera meninggalkan tempat itu dengan sangat cepat.     

Ji An'an sudah pasrah dengan apa yang akan para pria itu lakukan padanya. Mereka boleh melakukan apapun asal Beiming Yechen tidak diperlakukan secara semena-mena….     

Namun ia malah melihat para penjahat itu tiba-tiba pergi begitu saja. Tangan Ji An'an pun meraba-raba badan Beiming Yechen dengan perasaan khawatir, "Di mana ponselmu? Ponselku sudah kehabisan baterai, jadi tidak bisa menelepon ke nomor darurat."     

"Pergi…." Beiming Yechen melepaskan tangannya, mengeluarkan napas dengan uap, dan berusaha dengan sangat keras untuk duduk.     

Karena usaha untuk bangun tidak sedikit, alhasil lukanya itu langsung mengeluarkan darah segar yang lebih banyak.     

Dalam benak Ji An'an yang kosong, ia melihat Beiming Yechen mengalirkan terlalu banyak darah. Mungkin semua luka itu bukan di titik paling mematikan, tetapi dia bisa saja mati karena kehilangan terlalu banyak darah.     

Kalau menunggu orang datang menolongnya, sudah tidak sempat….     

Satu-satunya cara adalah menghubungi pihak yang bisa memberikan pertolongan dulu!     

Ji An'an langsung menenangkan diri, lalu mengambil obat yang terjatuh di dalam tasnya. Untungnya, ia memiliki beberapa obat yang berguna untuk menutup dan mengobati lukanya.     

Luka-luka yang kecil seharusnya bisa berhenti, tetapi dua tusukan itu terlalu dalam… sama sekali tidak bisa dihentikan menggunakan obat biasa yang dimilikinya.     

Ji An'an mengambil sarung tangan untuk mengikat lengannya yang mengalirkan darah. Ia langsung melepaskan leggingnya dan menggunakan gunting untuk menggunting stokingnya.      

Ia segera merobek bajunya yang memiliki bercak darah dan menggunakan stoking untuk mengikat luka di pinggangnya dengan erat. Satu bagian sisa dari stokingnya pun digunakan untuk menutup luka di dada Beiming Yechen.     

Takut tidak cukup kuat untuk menahan lukanya, ia juga melepaskan syal dan mengikatkan ke tubuhnya.     

Beiming Yechen menyipitkan matanya, menatap ke wajah Ji An'an dengan dalam … mereka sangat dekat.     

Bulu mata Ji An'an yang panjang dan lentik terlihat sangat tegang.     

"Beiming Yechen, mana ponselmu…."     

Kalau bisa menelepon ke rumah Keluarga Beiming, sudah pasti akan ada satu pesawat yang akan datang dengan para dokter profesional. Kondisinya pasti akan langsung terselamatkan.     

Namun hal yang dilakukan Beiming Yechen justru tidak ramah. Ia menyingkirkan tangan kecil Ji An'an dan berkata dengan galak sambil memegang saku celananya, "Pergi kamu!"     

Ji An'an didorong sampai jatuh ke hamparan salju, Beiming Yechen lalu berusaha untuk berdiri dan satu tangannya memegang bagian perutnya. Ia perlahan-lahan berjalan pergi dari tumpukan salju.     

"Beiming Yechen, kamu jangan bergerak dulu! Kamu bisa saja mati kalau begini terus!"     

Ji An'an barusan menghadang di depannya, tetapi Beiming Yechen langsung mengulurkan tangan untuk mendorongnya ke samping. Ia sekali lagi mendorongnya sampai terjatuh ke dalam tumpukan salju.     

Beiming Yechen tidak mau melihatnya. Raut wajahnya sungguh pucat seperti orang mati, tidak ada warna lain. Walau demikian, ia tetap berusaha untuk melangkah menjauh dari tempat ini.     

Ji An'an mengambil tas dan berlari mengejarnya, "Aku mohon kepadamu, Beiming Yechen!"     

Air mata dengan deras mengalir dari sudut matanya…. Ia seolah bisa melihat pria yang dulu selalu tersenyum ke arahnya seperti matahari itu, sekarang malah membuatnya sedih.      

Seketika Ji An'an teringat dengan ucapan Beiming Yechen saat itu, "An'an, di dunia ini siapapun yang menyiksamu maka aku akan berdiri di belakangmu dan melawannya…."     

Beiming Yechen membungkukkan badan, langkah kakinya semakin lama semakin berat, dan meninggalkan jejak kaki yang terpincang-pincang di atas salju. Tidak sedikit darah berwarna merah itu menetes di hamparan salju ini.     

Ji An'an mengalirkan air mata memohon kepadanya dan berusaha menghentikannya terus-menerus… Sayangnya, pria itu seolah tidak mendengarnya dan hanya mau berjalan ke depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.