Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Apakah Kamu Masih Membenciku?



Apakah Kamu Masih Membenciku?

0'Beiming Yechen….'     
0

Jantung Ji An'an yang berdebar seakan terasa mau melompat keluar. Ia tidak berani meyakini kedatangan pria itu!     

Tatapan pria muda itu terlihat begitu dalam. Pandangannya juga sangat tajam seakan menembus diantara rintik hujan ini. Akan tetapi, kabut tebal yang keluar hari ini membuat segalanya terlihat begitu tidak nyata.     

Ada dua kali sambaran guntur yang menerangi langit untuk sejenak. Ya, cuaca di bulan dua ini memang sangat dingin. Hanya berdiri di teras sebentar saja, ia dapat merasakan hembusan angin yang dinginnya mampu menusuk sampai ke tulangnya. Hawa dingin ini sungguh membuatnya merasa tidak nyaman, bahkan sampai hatinya.      

Ji An'an tidak peduli dengan apapun, ia pun langsung pergi ke dalam dan mengambil payung untuk segera turun ke bawah.     

Ketika di rumah Keluarga Beiming, Beiming Yechen melewatinya dengan perasaan dingin. Bukankah saat itu Beiming Yechen tidak menyadari keberadaannya?     

Namun dengan penampilan seperti tadi, apakah Beiming Yechen bisa mengetahuinya hanya dengan sekilas saja?     

Beiming Yechen, mengapa pria itu tidak langsung menegurnya saja? Mengapa dia mau keluar mencarinya saat cuaca sedang hujan lebat seperti ini?     

Apakah karena Ji An'an menggunakan masker, jadi Beiming Yechen tidak ingin menyapanya demi kebaikannya?     

Saat ini, hujan turun semakin deras, Ji An'an menggunakan payung dan menerobos hujan yang lebat ini. Uap yang tebal dan buram keluar dari mulutnya karena dingin.     

Anehnya saat sampai di tempat Beiming Yechen berdiri, ia tidak menemukan jejak seorang pun di sana.     

Ji An'an mencari sekeliling. Dalam keadaan hujan lebat seperti ini, suasana yang sangat dingin dan sepi ini seakan menunjukkan bahwa tidak pernah ada orang datang ke sini.      

"Beiming Yechen… aku sudah melihatmu, cepat keluar…."     

"Kamu tidak perlu bersembunyi, apakah kamu ini bodoh? Sekarang hujan begitu deras, mengapa tidak menggunakan payung?"     

"Beiming Yechen… kamu tidak ingin bertemu denganku, apakah kamu masih membenciku….?"     

Benci….     

Benci karena telah pergi selama tiga tahun dan tidak memberikan kabar sedikitpun padanya...     

Benci karena telah kembali dan tidak menyapanya sama sekali...     

Benci karena sudah pulang ke rumah Keluarga Beiming, tetapi masih tidak mencarinya dan saling menatap tidak peduli kepada masing-masing.     

Memikirkan ini, mata Ji An'an sudah mengalirkan air mata. Tangisan ini keluar bukan karena Ji An'an tidak bisa menahan air matanya. Tepatnya, ia merasa tidak cukup dan tidak berhak untuk mencampuri kehidupan keluarga itu lagi.     

Dalam hujan yang deras, Ji An'an berkeliling di daerah rumahnya selama setengah jam, menggunakan cahaya dari ponsel untuk mencari setiap sudut kegelapan.     

Ya, ia ingin memastikan Beiming Yechen benar-benar telah pergi...     

Andai pria itu belum pergi. Namun jika Beiming Yechen tidak ingin bertemu dengannya, bagaimana juga Ji An'an bisa menemukannya?     

Payung kecil Ji An'an tidak bisa menahan derasnya hujan hari ini. Padahal hujan lebat ini sudah membuat tubuhnya merasa kedinginan seakan mau membeku. Namun dengan kencangnya angin, hampir setengah tubuhnya juga ikut basah kuyup.      

Setelah pulang, Ji An'an berendam di dalam air panas selama sepuluh menit. Tubuhnya yang kedinginan pun perlahan-lahan bisa kembali hangat.     

Kira-kira, sudah berapa lama Beiming Yechen berdiri di tengah badai itu? Apakah dia juga merasakan kedinginan….     

Ji An'an sejujurnya sudah agak demam. Namun setelah kehujanan dan merasakan dinginnya angin malam, kepalanya pun terasa pusing.     

Wanita ini juga belum makan malam. Dengan perut yang masih kosong, ia memilih langsung minum obat dan menjatuhkan diri di atas ranjang.      

Tanpa disadarinya, ponselnya terlihat menunjukkan puluhan panggilan yang tidak terjawab. Ia juga tidak tahu maksud dari panggilan tersebut. Walau demikian, tubuhnya sudah enggan menanggapi semua itu.      

Sekarang, sepasang mata Ji An'an sudah bengkak karena menangis. Selain itu, sekujur tubuhnya juga tidak memiliki tenaga. Ia pun hanya bisa tidur sambil menangis karena suasana hati yang tidak mengenakan ini.      

Setelah setengah jam kemudian, mobil Bentley yang mewah terlihat menembus hujan lebat ini.     

Pria tampan yang seperti raja itu seketika keluar sambil menggendong seorang anak kecil di tangannya. Ia mengajaknya masuk ke dalam apartemen ini.     

Wei'er mengambil kopernya dan ikut masuk ke dalam apartemen ini.     

Begitu masuk ke dalam flat milik Ji An'an, Beiming Shaoxi melihat sepatu ganti Ji An'an di lorong pintu masuk. Di sebelahnya, terdapat payung yang masih banyak menunjukkan tetes-tetes air hujan. Sofa dalam flat ini pun tampak tergantung handuk yang lembab. Setelah memastikan Ji An'an ada di rumah, rasa cemasnya pun langsung hilang setengahnya.     

Dengan perlahan-lahan membuka pintu kamar, ia melihat bayangan badan kecil itu sedang meringkuk. Wanita itu tidur dengan posisi miring di samping selimut. Hal ini sungguh membuatnya merasa tenang.     

Beiming Shaoxi perlahan-lahan menutup pintu.     

Kalau malam ini wanita ini terbangun, maka Beiming Shaoxi juga tidak mungkin bisa tinggal disini….     

Di sisi lain, Wei'er membersihkan kamar tamu. Setelah itu, ia memasukkan pakaian tuan besar dan kecil ke dalam lemari pakaian.     

"Ayah, kalau kita berdua pindah ke sini, apakah Mo'mo akan setuju?" Leo bertanya dengan polos.     

Beiming Shaoxi melepaskan bajunya dengan tatapan yang dingin. Ya, pertanyaan yang bodoh. Jika ia tidak pindah ke sini, apakah dirinya bisa memaksa Ji An'an pindah ke sana?     

Sialan, jelas-jelas mengetahui bahwa tidak boleh terlalu memaksanya. Kalau sampai wanita ini tahu, nanti dia akan ketakutan dan pria ini tidak dapat mengontrol situasi ini!     

"Leo ingin tidur bersama dengan Mo'mo….." Leo dengan telanjang kaki memutar balik dan menunjukkan ekspresi kasihan.     

"Kalau kamu masih cerewet, maka aku akan membawamu pulang."     

Leo pun hanya terdiam memandangnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.