Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Kehidupan yang Sepantasnya Kamu Jalani



Kehidupan yang Sepantasnya Kamu Jalani

0"Nyonya Beiming benar-benar sangat bahagia." Ji An'an tersenyum sopan lalu dengan terang-terangan mengulurkan tangan untuk meminta, "Apakah boleh aku meminta kembali cincin yang kamu pegang?"     
0

Ketika bercerai, Beiming Shaoxi memang memberikan cincin ini kepadanya. Oleh sebab itu, cincin ini adalah miliknya.     

Beiming Shaoxi juga pernah memberikan beberapa hadiah lain padanya. Sayangnya ketika meninggalkan rumah Keluarga Beiming, ia sudah terburu-buru dan tidak mungkin membawanya pergi...     

Ya, hanya cincin ini satu-satunya barang yang bisa dibawanya.     

"Nona Su, barang ini sudah kembali ke pemiliknya."     

Ji An'an terlihat mengerjapkan matanya, apakah Beiming Shaoxi bermaksud untuk memutus seluruh hubungan mereka hingga tuntas?     

"Kamu ingin memberikannya kepada istrimu?"     

Beiming Shaoxi mencibir tersenyum, "Barang kotor yang pernah dipakai oleh wanita lain, bagaimana mungkin dia mau menerimanya?"     

Setelah membuka tirai jendela, Beiming Shaoxi langsung melempar cincin permata yang memancarkan kemewahan itu keluar dari jendela.     

"Masalah kecil harus segera dibuang seperti sampah, bukankah Nona Su adalah wanita yang paling hebat?" Tatapan Beiming Shaoxi yang gelap menatap ke Ji An'an, "Sekarang aku tidak keberatan bila kamu mengambilnya. Bila kamu memang mengambilnya, maka cincin itu akan menjadi milikmu."     

Barang yang sudah dilempar Beiming Shaoxi, apakah Ji An'an masih punya hak untuk mengambilnya?     

Ji An'an mengerutkan keningnya dan menatapnya dengan heran.     

Tidak peduli tiga tahun yang lalu atau sekarang, Ji An'an tidak akan pernah bisa mengerti apa yang sedang dipikirkan pria ini. Sikap dan tindakan pria itu membuatnya benar-benar sulit untuk memahaminya.     

Di luar jendela yang gelap gulita, cahaya lampu di dalam ruangan yang hangat bisa menunjukkan butiran-butiran kristal salju yang seperti sedang menari berterbangan di sekeliling mereka. Gerakannya itu tampak terlihat jelas seolah waktu baru saja berhenti.     

Beiming Shaoxi memiliki tubuh yang sangat tinggi, dan salju yang terbang dari luar jendela mendarat ke pundaknya.      

Penampilan pria itu tidak menunjukkan perubahan apapun. Rambutnya yang agak pendek itu masih membuat tatapannya lebih dingin dan dalam. Di dahinya ada bekas luka yang samar berbentuk bulan sabit.     

Sebelum bertemu dengan Beiming Shaoxi, Ji An'an seolah memiliki banyak sekali pertanyaan yang ingin dikatakan. Namun setiap kali melihatnya, ia merasa bahwa akan lebih baik bila tidak perlu menanyakannya.     

"Apakah kamu ingin pergi mengambilnya?" Tanya Beiming Shaoxi dengan nada memaksa, tatapannya seperti elang yang tajam dan menantang Ji An'an.     

"Tidak perlu … mungkin dibuangnya benda itu juga akan menjadi sesuatu yang baik bagi kita berdua."     

Mendengar itu, Beiming Shaoxi mengerutkan keningnya.     

"Apakah kamu masih membenciku?"     

"Apakah harus?"     

Beiming Shaoxi bertanya demikian seakan tidak yakin.     

"Karena aku mengetahui diriku tidak pantas untukmu, jadi … pilihanmu sudah benar." Ji An'an menjawabnya sambil menahan rasa sakit di dalam hatinya. Kemudian ia tersenyum dan lanjut berkata, "Sekarang kamu memiliki semuanya, keluarga yang bahagia, anak yang begitu lucu, dan tidak ada yang kurang dalam hidupmu. Benar begitu, kan?"     

Beiming Shaoxi hanya menatapnya sambil terdiam.      

"Beiming Shaoxi, kehidupan seperti inilah yang seharusnya kamu jalani. Apakah kakek baik-baik saja? Kalau boleh, tolong sampaikan salamku kepadanya ya …."     

Ji An'an perlahan-lahan memalingkan wajahnya, "Ah, maaf, sekarang sudah larut malam. Lagi pula, aku juga tidak punya waktu untuk berbicara denganmu. Jadi, selamat tinggal."     

Sampai jumpa Beiming Shaoxi ….     

Dalam hati Ji An'an jadi merasa menyesal. Ia pun berjalan sambil merenung seakan mempertanyakan alasannya untuk kembali ke rumah itu. Padahal tiga tahun lalu, dirinya sendirilah yang meninggalkan Beiming Sahoxi.     

Sekarang, Beiming Shaoxi pun menemukan kehidupannya yang baru. Ji An'an sendiri juga masih tidak bisa hidup lebih lama lagi. Ia pun tidak mungkin bisa memberikan masa depan yang baik kepada pria itu.     

Beiming Shaoxi juga telah melupakannya, mungkin hal ini menjadi yang terbaik baginya.baginya adalah hal yang terbaik.     

Anehnya, perjalanan Ji An'an untuk keluar dari sini jadi terasa agak berat. Bukan karena ada beberapa pelayan yang sedang menahannya untuk pergi atau pintu yang dihadapinya itu terbuat dari bongkahan besi yang berat.      

Tanpa perlu ada pelayan yang menghentikannya, langkah Ji An'an sudah terasa ini sesungguhnya melangkah dengan sangat berat. Saat berjalan keluar dengan mendorong pintu keluar ini, pintu itu seolah juga ikut menjadi berat seolah terbuat dari besi yang padat. Walau hatinya merasakan demikian, wanita ini tetap menunjukkan senyum manis dipada wajahnya.      

Setelah keluar dari rumah ini, ia langsung berjalan menuju ke samping mobil polisi. Di sana, ia mencari sepeda listrik kecilnya.      

Angin malam ini bertiup sangat dingin, salju pun berterbangan ke arahnya.     

Ji An'an pun menggigit bibirnya dan air matanya mengalir di dalam gelapnya jalanan. ini….     

******     

Sana mencium aroma masakan yang kental, "Wangi sekali, apakah hari ini ada acara festival? Kenapa bisa masak begitu banyak makanan…."     

Di sisi lain, Ji An'an tampak berdiri di depan panci. Anehnya, ia terlihat melamun sambil menatap sup ayam hitam yang sedang direbus itu. Bila diperhatikan, sup ayam itu kelihatannya sudah matang.     

Namun ketika menyadari keberadaan temannya itu, Ji An'an langsung melanjutkan pekerjaannya. Ia pun mengambil cabaicabe yang akan diiris dan mempersiapkan beberapa bahan makanan lainnya. Barulah ia bertanya, "Baru pulang, ya?"     

Lalu wanita ini menoleh ke arah Sana dan tersenyum. Kemudian, lanjut mengiris cabaicabe itu dan mencicipi beberapa masakan yang sudah hampir siap. Lalu iaKemudian lanjut mengatakan, "Kamu sudahtelah membantuku begitu banyak membantuku, namun aku belum benar-benar berterima kasih kepadamu."     

"Kalau berani mengatakan terima kasih, aku akan mengusirmu!" Jawab Sana dengan ketus.     

"Aku memang mau pergi," Ji An'an menundukkan wajahnya dengan serius dan kembali berkata, "Kali ini, aku tidak akan pulang ke sini lagi."     

Ji An'an tentu tidak takut mati. Hanya saja, ia merasa enggan memikirkan orang-orang yang akan melihatnya mati tidak lama lagi …....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.