Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Penghormatan Terakhir Untukmu



Penghormatan Terakhir Untukmu

0Ji An'an mengerutkan keningnya, matanya sedikit terkulai lalu melihat kancing tembaga yang terukir pedang kematian pada mansetnya.     
0

Matanya fokus dengan serius lalu berteriak, "Ternyata kamu!"     

Pria bertopeng perak itu tampak agak membeku dan segera mengangkat bibirnya tersenyum. Ia pun lanjut berkata, "Kita memang pernah bertemu."     

Ya, kejadian saat tragedi pada tiga tahun yang lalu... darah itu mengikis ingatan Ji An'an.     

Ji An'an tersenyum dengan pahit, "Mengapa tidak langsung membunuhku saja? Aku sama sekali tidak ada gunanya untukmu!"     

"... sebaliknya, kamu sekarang justru sangat berguna untukku."     

"Aku tidak akan menurutimu. Walaupun harus mati, aku juga tidak akan bekerja untuk seorang iblis." Ji An'an sengaja membuatnya marah.     

Pria bertopeng perak itu mencubit kulit di rahangnya yang seputih salju. Fitur wajah wanita ini memang masih bagus. Meski rambutnya panjang dan basah berantakan itu terus meneteskan air, namun tetap begitu indah. Sungguh kelebihan yang membuat orang-orang dapat terpesona dengannya.      

"Kamu sangat cantik, pantas saja ada pria kaya raya dari Keluarga Beiming bisa tergila-gila denganmu."     

Mendengarkan kata Beiming Shaoxi membuat hati Ji An'an menjadi sakit.     

Apakah pria ini ingin menggunakannya untuk melawan Beiming Shaoxi?     

"Aku telah meremehkanmu, Su Qianmo."     

Ji An'an menatapnya terburu-buru. Dari sudut matanya, ia bisa melihat sekujur tubuhnya yang terdapat tembaga kirin dan duri. Ia berbalik dan ingin membalikkan badan untuk bisa memukulnya dengan benda tajam itu.     

Sayangnya, sebuah tangan yang besar dapat dengan mudah menekan dahinya. Pria bertopeng perak itu juga seolah bisa melihat keinginannya, "Bukankah sangat sayang bila membiarkan barang yang spesial sepertimu malah dibiarkan mati begitu saja?"     

Ji An'an tersenyum dingini, 'Siapa juga yang tidak bisa menahan niatnya untuk segera mati!'     

Lagi pula, Ji An'an sudah tidak bisa hidup terlalu lama, tidak ada yang bisa mengendalikan takdir tentang kematiannya.     

"Nona Su, aku memiliki banyak sekali cara untuk membuatmu patuh. Percaya atau tidak, Anda akan berlutut dan memohon untuk menjadi pelayan dan melayaniku?"     

".... Tidak percaya." Ji An'an menggigit bibirnya dan terlihat keras kepala.     

Wanita ini sudah tidak takut mati. Tidak peduli seberapa tidak manusiawinya siksaan yang akan diterimanya nanti, ia pasti akan melewatinya.       

"Sekarang kamu pun sudah mengenalku, maka aku akan membawamu pergi ke suatu tempat."     

Bibir pria bertopeng perak itu tersenyum lebar hingga memperlihatkan bibirnya yang merah menawan. Kemudian, pria itu melambaikan tangan dan menyuruh pengawalnya untuk membuka borgolnya.     

******     

Setelah terlepas dari tempat tidur tunggal tadi, Ji An'an digendong oleh dua pengawal. Mereka membawanya dari tempat tidur dan menuju ruang bawah tanah.     

Dalam otaknya mengingat darah amis yang pernah dirasakannya pada tiga tahun yang lalu.     

Saat itu Ji An'an berlindung di loteng bersama seorang pelayan. Ia juga menyaksikan sekelompok orang menerobos masuk ke rumah Keluarga Su.     

Di seberang celah di antara tangga, Ji An'an melihat orang-orang yang berkulit gelap mengelilingi ranjang pasien.     

Sebuah sarung tangan hitam terangkat dan memegang pistol di tangannya.     

"Tuan Su, aku merasa sangat menyesal. Sebagai penghormatan terakhir untuk Anda, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri."     

Ji An'an melihat borgol yang ada tangan serta ukiran pedang kematian pada saat kejadian itu.     

Ji An'an tidak akan pernah melupakan gambaran itu.     

Pada saat itu, ayah Su sedang memeluk ibu Su dengan pucat dan melindunginya dalam pelukannya….     

Tidak lama setelah itu terdengar sebuah tembakan yang keras.     

Darah memercik ke tubuh ibu Su, ia pun langsung memeluk erat Ayah Su. Wajah yang penuh dengan air mata itu terlihat sangat menyedihkan, tetapi ia masih tetap sangat tenang dan perlahan-lahan menutup matanya. Ia menunggu pemandangan kematian itu segera berakhir.     

"Nona Su, sekarang giliranmu…."     

Seketika pria yang bertopeng perak itu tersenyum dengan dingin dan kejam. Ia mengelap sudut mulutnya dengan sapu tangan dan menyeka darahnya sambil berjalan selangkah demi selangkah ke depan.     

Saat itu Ji An'an gemetar dan tidak bisa menahan tangisannya. Mulutnya ditutupi oleh seorang pelayan hingga basah.     

Tentu Ji An'an ingin turun dan melawan. Hanya saja, tiba-tiba ia merasakan pukulan dari belakang kepalanya. Pukulan itu berasal dari pelayan yang menjaganya….     

Pada saat tahun itu, Ji An'an masih sangat sering memimpikan hal buruk tentang kejadian itu. Ia juga selalu ketakutan dan menjerit sampai menangis.     

******     

Tidak lama kemudian sampailah mereka di depan sebuah pintu yang terbuat dari besi. Pintu itu tampak berat dan tebal. Walau demikian, terlihat dapat terbuka secara perlahan-lahan.     

Ji An'an diseret ke sebuah ruangan dengan empat dinding berwarna lautan. Warna-warnanya terlihat demikian karena ruangan ini menggunakan warna kaya yang transparan….     

Wanita ini pun mengangkat kepala dan melihat gambar di depannya. Kemudian, ada perasaan takut yang langsung bersinar di matanya.     

Tidak begitu lama, air mata penderitaan langsung mengalir dari matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.