Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Biarkan Aku Mati Saja



Biarkan Aku Mati Saja

0Awan tebal bergulung seperti kelopak bunga mawar, sangat mirip dengan bunga kain yang diberikan oleh Beiming Shaoxi kepadanya saat perpisahan itu….     
0

Berhenti pada mimpi itu, Ji An'an langsung bangun.     

Ada sesosok orang yang sedang berdiri di jendela. Sekujur tubuhnya tampak basah kuyup dan meneteskan air hujan. Tidak hanya itu, rambut pendek yang berantakan itu juga meneteskan butiran air.     

Ya, itu adalah Gu Nancheng. Ia berdiri di samping jendela dalam keadaan seperti itu seakan menunjukkan dirinya baru saja telah kehujanan di luar. Ia pun menatap Ji An'an dengan tajam.     

"Apakah aku telah membangunkanmu?" Gu Nancheng bertanya dengan pelan melalui bibir merahnya yang terbuka itu.     

Astaga bukan dia….     

Mata Ji An'an yang kecewa pun mengerutkan kening, "Gu Nancheng, mengapa kamu bisa ada di sini?"     

Satu kaki Gu Nancheng dinaikkan ke atas ranjang, tatapan yang aneh menatap Ji An'an dan satu tangannya mengambil sesuatu dengan berhati-hati dari kantong celananya...     

Ya, sebuah benda yang diikat dengan pita plastik hingga menjadi seperti bungkus permen.     

Ji An'an langsung bisa mengetahui barang itu. Beberapa tahun yang lalu, benda itu adalah kantong harapan yang didoakan oleh dirinya bersama Gu Nancheng ketika berada di terowongan cinta.     

Jalan terowongan cinta yang dipenuhi dengan pohon dan dihiasi dengan lampu yang berwarna-warni, jalan itu memiliki dua deretan pohon maple yang lebat dan menjulang tinggi seperti dua baris kekasih yang sedang memegang tangan. Di tubuh pohon itu digantungkan sebuah kantong harapan yang tidak bisa terhitung jumlahnya.      

Ya, tempat itu adalah tempat yang sangat terkenal untuk menyatakan cinta. Tidak sedikit ada orang yang diam-diam menulis nama pria atau wanita yang dicintainya.      

"Aku telah mendapatkannya…." Gu Nancheng mencari barang ini semalaman, tidak menyuruh pelayan untuk membantunya!     

Karena terowongan cinta itu memiliki legenda, harapan yang sudah digantung itu hanya boleh diambil oleh dirinya sendiri agar tidak mengganggu harapannya untuk bisa terkabul.     

Ketulusan akan membuat harapannya terkabul.     

Walau demikian, sesungguhnya Gu Nancheng tidak pernah percaya dengan permainan kekanak-kanakan seperti ini. Apalagi harapan adalah sesuatu yang bisa dikontrol oleh tangannya, apakah dirinya masih mau menaruh harapannya pada pohon untuk membantu mengabulkan keinginannya?     

Namun herannya, Gu Nancheng malah rela kehujanan untuk mencari kantong harapan ini di luar sepanjang malam tadi!     

Sampai celananya robek dan kotor karena tanah, lengan dan wajah Gu Nancheng juga menunjukkan beberapa luka gores di tubuhnya. Punggung telapak tangannya pun mendapat banyak luka.      

Ji An'an seolah telah melihat Gu Nancheng yang dulu.     

"Namaku adalah Gu Nancheng, seseorang yang akan selalu melakukan apapun demi dirimu."     

"Su Qianmo, aku sudah menemukanmu." Gu Nancheng membawa benda yang basah dan terus meneteskan airnya. Ia pun membungkuk sedikit untuk menyerahkannya kepada Ji An'an yang lebih dikenalnya sebagai Su Qianmo.     

Setelah memperlihatkan kantong harapan itu, Gu Nancheng berkata, "Jadi kamu sudah ditakdirkan menjadi milikku."     

Ji An'an menatap ke kantong harapan itu dan menjawab, "Itu bukan milikku."     

Gu Nancheng lalu membersihkan tangannya yang kotor menggunakan selimut di kamar itu dan membuka kantong harapan itu...     

Kantong harapan sudah lama mengalami dan melewati hujan deras maupun badai. Warnanya sudah sangat pudar, tetapi foto di dalamnya masih tetap tersimpan dengan sangat baik.     

"Kamu tidak akan bisa kabur walau terus mengelaknya!"     

Di dalam foto itu, Ji An'an dan Gu Nancheng saling berciuman. Mereka juga berpelukan di terowongan cinta yang saat itu lantainya dihiasi dengan daun berwarna emas.     

Di bawah foto juga terdapat catatan kaki dengan tulisan tangannya.     

[Aku mencintaimu, cinta sejak masa lalu, sekarang dan bahkan untuk seterusnya! Qianmo, biarkan aku mati kekeringan… dan memberikan pohon yang hijau serta sumur untukmu di surga!]     

Ji An'an dengan tenang mengambil foto itu dan menyobeknya menjadi dua.     

Tatapan Gu Nancheng agak berubah. Ketika merebutnya, foto itu sudah menjadi empat bagian dan merasa hatinya juga disobek dengan kejam.     

"Su Qianmo!"     

Gu Nancheng langsung panik, kelopak matanya yang merah dan langsung berteriak kepada pria botak bertato ular itu untuk mengambilkannya alat perekat!     

Ini adalah foto mereka satu-satunya yang dimilikinya...     

"Gu Nancheng, sudah terlambat. Kamu telah melupakanku… aku juga akan melupakanmu."     

Gu Nancheng menggertakkan giginya dan berteriak pelan, "Bagaimana kalau aku bisa mengingatnya kembali?     

Ji An'an hanya terdiam dan menatap dalam kepada pria itu.     

"Aku tidak akan menyerah begitu saja, aku pasti akan memeriksa semua tentang masa lalu kita dengan jelas. Su Qianmo, aku sudah pulang….." Bibir Gu Nancheng tersenyum dengan jahat, "Kamu juga sudah menungguku cukup lama."     

Ji An'an sudah menunggunya selama tiga tahun. Nyatanya, pria itu malah datang terlambat untuk menemuinya. Sekarang, sudah saatnya Ji An'an pergi darinya.     

Hanya saja, Ji An'an sudah tidak akan kembali. Ia sudah tidak bisa menunggunya seperti ketika menanti pesawat yang sudah terbang di bandara karena telah terlambat untuk menaikinya….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.