Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Aku Akan Menemanimu Terbakar Menjadi Abu



Aku Akan Menemanimu Terbakar Menjadi Abu

0Setelah perjalanan panjang...     
0

Akhirnya Ji An'an turun dari mobil untuk bertemu dengannya di sebuah rumah mewah yang dekat dengan pantai.     

Pantai yang tampak sunyi dan tenang itu pun telah dipasangi banyak lampu LED yang berwarna-warni. Lampu-lampu itu menerangi kawasan pantai ini dengan amat gemerlap....     

Ji An'an samar-samar mengingat, tepatnya saat kejadian tiga tahun yang lalu sebelum dirinya mabuk. Saat itu lokasi ini adalah tempat pertama ketika dirinya bertemu dengan Beiming Shaoxi.     

Seharusnya saat itu juga belum ada bangunan rumah di sini. Akan tetapi rumah besar yang indah bagaikan kumpulan bunga ini, tampaknya hasil buatan dari Beiming Shaoxi sendiri.     

Bagian pintu masuk pantai juga terlihat telah dihiasi oleh berbagai macam bunga. Terlihat di beberapa tiang yang didirikan sejajar sepanjang jalan ini pun dililiti oleh tumbuhan bersulur yang berbunga indah. Masing-masing bunga yang bermekaran itu menunjukkan keindahan yang memukau.      

Ada pula beberapa tumbuhan bunga dan pohon yang tumbuh dengan lebat. Tanaman-tanaman tersebut bersembunyi di bawah anak tangga yang menghubungkan jalan masuk pantai ke bagian teras rumah yang mengarah langsung ke mulut pantai.     

Cahaya yang hangat menerangi rumah mewah ini, setiap anak tangga juga diterangi oleh lampu kipas yang redup dan anggun.     

Cahaya kuning redup memberikan bayangan yang sangat panjang pada lampu kipas itu….     

Sekarang sudah malam, senja sudah tenggelam.     

Ada satu papan yang sangat besar tertulis di rumah yang indah dan hangat ini: Rumah Qianmo.     

Hati Ji An'an tersentuh, sangat sedih sampai tidak bisa berdiri dengan tegak.     

Dalam setengah bulan ini, Beiming Shaoxi berusaha mencoba yang terbaik untuk membuatnya bahagia. Setiap detail telah dipikirkan oleh pria itu dengan sangat baik.     

Sering kali ada beberapa detail yang membuatnya senang dan bahagia.     

Ji An'an hampir mengira bahwa Beiming Shaoxi seharusnya pasti sudah benar-benar berusaha.     

Namun mengingat bahwa pria itu pernah mempersiapkan tata ruang yang romantis itu demi Sen Xinyun, Ji An'an mengira bahwa pria itu juga membuat rumah yang ini seperti ini hanya demi Su Qianmo.     

Bag wanita ini, pria itu memang memiliki taktik yang sangat dalam sampai Ji An'an tidak bisa memikirkannya.     

Tiba-tiba ada bayangan hitam yang berbahaya datang mendekati punggungnya.     

Ji An'an masih belum membalikkan kepalanya, namun ia sudah dipeluk dari belakang dengan sangat kuat dan berputar-putar di atas pantai.     

Napas hangat Beiming Shaoxi yang kuat itu seakan sedang menyelimuti tubuh Ji An'an. Auranya ini tidak pernah lemah seolah selalu menunjukkan sikap Beiming Shaoxi yang kuat dan mampu mengungguli siapapun.      

Kaki Ji An'an seakan diajak berputar di atas lantai yang sebiru langit. Interaksi keduanya pun disoroti oleh lampu yang bersinar terang.     

Kepala Ji An'an agak pusing, dengan lemas menginjakkan kakinya ke lantai….     

"Kepalaku pusing, jangan mencari masalah denganku!"     

Beiming Shaoxi memegang pergelangan tangannya. Ia pun menariknya dengan langkah kaki yang besar dan berlari ke arah pantai dengan sangat senang serta bersemangat.     

Ji An'an yang ditarik oleh pria itu begitu kuat, tidak mungkin menahan tarikan langkahnya..     

Beiming Shaoxi pun tersenyum dengan menggoda, lalu menariknya berlari ke dekat sebuah batu yang besar dan tinggi, "Nona Su, apakah kamu masih ingat kejadian yang ada di sini?"     

Pemandangan kali ini memang sangat menawan, bahkan sinar bintang-bintang memantulkan di permukaan laut yang gelap.     

Tidak lama kemudian, Beiming Shaoxi mengangkat dagu Ji An'an dan menatapnya dengan tajam, "Cerita kita berdua semuanya dimulai di sini!"     

Ji An'an mencibir bibirnya, wajah yang kecil dan pucat itu agak kaku. Namun dalam benaknya, ia sungguh memikirkan beberapa serpihan ingatan tentang saat itu….     

Di atas laut yang luas itu, terlihat sebuah kapal pesiar yang dipenuhi dengan bunga mawar sedang bergerak menuju ke arah mereka.     

Dari kapal itu dapat terlihat beberapa susunan lentera yang bersinar dan berkilau seperti kembang api. Lentera itu tersusun seakan membentuk tulisan….     

Jikalau kamu terbakar, aku akan menemanimu terbakar sampai menjadi abu!     

Andai kamu bersedih, aku akan menemanimu bersedih di dunia ini!     

Selama kamu hidup, aku akan menemanimu berjalan di dunia yang penuh dengan lautan manusia ini!     

Saat kamu menjadi tua, aku akan menemanimu meski wajah sudah penuh dengan keriput….     

******     

Tiga hari kemudian.     

Tubuh Ji An'an merasakan pegal dan sakit. Ia bangun dari mimpi buruknya. Ji An'an membuka mata dan langsung melihat kamar yang penuh dengan bunga segar.     

Di luar jendela, suara laut yang tenang dan deretan ombak yang indah sedang bergemuruh dengan teduhnya….     

Walau demikian, rasa sakit yang perih ini terasa seperti menusuk tajam ke badannya.     

Ah, jangan-jangan penyakitnya kambuh untuk kedua kali! Ji An'an pun mencari-cari pria yang ada di sampingnya tadi. Sayangnya, pria itu sudah pergi dari awal.     

Ji An'an dengan penuh rasa sakit membuka mulutnya untuk mengerang. Anehnya, ia tidak bisa mengeluarkan suara apapun...     

Akan tetapi, tidak lama kemudian ponselnya berdering di samping ranjangnya. Ji An'an masih sangat kesakitan, namun akal sehatnya masih tetap sadar dan berusaha mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya itu.     

Namun, hey! Ponsel pria itu masih ada di sini. Jadi, di mana Beiming Shaoxi sekarang?     

"Shaoxi, ini aku…. Maaf, sekarang aku sedang mengandung anakmu…."     

Mendengar seseorang berkata seperti itu saat dirinya menerima panggilan tersebut, Ji An'an hanya bisa tertegun. Ia seperti mendengar ada sebuah jeritan penuh kesakitan yang ada di dalam kepalanya.     

"Aku juga sadar bahwa kamu mungkin tidak berharap aku mencarimu, tetapi bagaimanapun juga…. anak ini adalah anak kita berdua…."     

Kata-kata itu membuat Ji An'an ingin segera turun dari ranjang, kedua kakinya terjatuh dengan keras ke lantai.     

Perasaan dalam dirinya seakan sudah tidak mampu melakukan apapun, sebuah perasaan yang menunjukkan bahwa jalan kematian sudah ada di depan matanya.     

Namun akhirnya, Ji An'an malah menggunakan semua tenaganya untuk melempar ponselnya keluar dari kamar ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.