Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Bencana Yang Tidak Bisa Kuhindari



Bencana Yang Tidak Bisa Kuhindari

0"Nancheng… Nancheng…."     
0

Gu Nancheng tidak sadar selama beberapa hari. Selama tertidur, ia seakan masuk ke dalam dunia mimpi seperti masuk ke sebuah portal yang aneh. Ia seperti melihat beberapa adegan cinta yang diulang selama berkali-kali.     

Dalam mimpinya terlihat seorang gadis sedang berlari di taman yang rindang. Gadis itu tersenyum dengan begitu manis dan indah. Kemudian, Gu Nancheng juga melihat roknya yang sedikit terangkat karena tertiup angin….     

Gadis itu terus berlari-lari, Ia terus memanggil namanya dan mencari Gu Nancheng dari waktu ke waktu.      

Akan tetapi Gu Nancheng yang sudah sadar justru terus memikirkan mimpinya itu. Sayangnya saat memikirkannya, kepala Gu Nancheng justru merasa semakin sakit, seakan mau pecah.      

Gu Nancheng pun menopang dahinya dengan satu tangan, pupil matanya mengembun, dan mengalihkan pandangannya ke pemandangan yang terlintas di jendela mobilnya.     

Dalam hati ia menghujat ingatan tersebut, 'Sialan!' Gu Nancheng tahu bahwa dirinya sudah tidak sadarkan diri selama beberapa hari. Setelah sadar, ia malah terus merasakan sakit kepala yang sangat parah!     

Tidak lama kemudian, mobil antik Keluarga Gu berhenti di depan rumah kosong.     

Gerbang yang memiliki ukiran yang menonjol itu sudah dipenuhi dengan karat dan berbintik-bintik hitam. Tampaknya rumah ini telah ditutup dan tidak ada yang pernah masuk selama bertahun-tahun.     

Pria botak bertato ular pun membukakan pintu mobil. Selanjutnya, sepasang kaki lurus dan ramping pun turun dari mobil.     

Gu Nancheng telah menyelidiki Keluarga Su beberapa kali. Anehnya,.ia belum pernah mengetahui tentang masa lalu Su Qianmo.     

"Tuan muda, kudengar rumah ini adalah tempat yang sangat angker…. Saat Keluarga Su menempati rumah ini, mereka justru banyak tertimpa masalah dan anggota keluarganya banyak yang meninggal dunia." Jelas pria botak bertato ular itu.      

"Selain itu aku mendengar kabar bahwa banyak hal ganjil yang terjadi di sini, seperti ada sosok penunggu jahat yang menguasai tempat ini…" Tambah pria bertato ular itu.      

Gu Nancheng tersenyum dengan dingin, ia tidak takut meskipun dewa pencabut nyawa berdiri di depannya. Apalagi kalau yang menghalangi jalannya hanyalah seorang prajurit rendahan, hal itu tidak akan membuatnya takut.     

"Sebelumnya ada dua keluarga kaya raya membeli rumah ini, kemudian kedua keluarga itu secara bergiliran mengalami kecelakaan. Tuan, informasi ini sudah cukup membuktikan keangkeran rumah ini. Lagi pula sudah tiga tahun berlalu dan rumah ini juga tidak dijual sama sekali."      

Gu Nancheng memasang wajah dingin, "Jadi, kamu takut?"     

"Aku hanya khawatir Tuan Muda ditempeli oleh makhluk halus. Saya khawatir jika tuan mengalami sesuatu yang membahayakan dari hal semacam itu! Lagi pula, apa ada yang saya khawatirkan selain kondisi Tuan Muda?"      

Pria bertato ular ini sudah banyak membunuh orang, rumah yang dibakarnya pun tidak terhitung jumlahnya. Apalagi selama menjadi bawahan Gu Nancheng, ia justru semakin banyak melakukan kejahatan. Alhasil, sudah tidak ada lagi yang ditakutinya.      

"Sudahlah, buka pintunya."     

Gu Nancheng memutar cincin tengkoraknya, memandang rumah yang sudah hangus dan berbintik-bintik hitam.     

Ia sudah pernah mengecek informasi ini. Berdasarkan kabar, Keluarga Su pernah mengalami musibah kebakaran yang amat besar. Meskipun sempat dipadamkan oleh tim pemadam kebakaran, namun seluruh rumah sudah rusak parah dan hangus kehitaman.     

Saat ini beberapa pria berusaha mencongkel pintu masuk rumah itu. Sayangnya, usaha yang terlalu lama membuat Gu Nancheng langsung murka. Pria ini pun mengambil pistol dan menembak lubang kuncinya. Ia pun dengan angkuh mengangkat kakinya dan menendangnya sampai pintu itu terbuka!     

Taman di rumah sangat terlihat berantakan, segala barang yang berharga sudah dirampas dari rumah ini. Hal yang tersisa hanyalah beberapa pondasi yang tidak bisa dibawa pergi dan pondasi itu juga tampaknya sudah keropos.     

Tanaman merambat pun sudah terlihat layu di sudut-sudut dinding, bahkan rumput liar pun tidak tumbuh di halaman rumah ini. Beberapa pohon yang dilewati Gu Nancheng juga sudah mati dan ayunan yang tergantung di salah satu cabang pohonnya juga sudah patah.     

Gu Nancheng ingat bahwa pohon ini pernah muncul di mimpinya. Gadis dalam mimpinya juga sering duduk dan memainkan ayunan tersebut.      

Pria ini pun menggigit bibirnya dengan erat dan lanjut melangkah melewati air mancur yang kering…..     

Dalam mimpinya juga terlihat area air mancur ini, bahkan patung dewa dalam mimpinya juga sama persis dengan yang ada di rumah ini.     

Gadis kecil dalam mimpinya itu juga pernah mengambil segenggam air jernih dalam kolam air mancur ini. Sosok gadis itu bahkan semakin bersinar saat terkena kilauan sinar matahari.     

Otak Gu Nancheng tiba-tiba merasa kesakitan, mengangkat kepala dan menatap sinar cahaya dari atas.     

Kehancuran rumah Keluarga Su terlihat dalam benak Gu Nancheng. Rumah ini dulunya milik Keluarga Su yang paling mewah dan indah...     

Keping-keping dalam mimpinya itu kadang juga berubah-ubah dalam pikirannya. Terkadang perempuan dalam mimipinya adalah seorang gadis kecil, namun kadang-kadang juga seorang gadis muda.      

Gu Nancheng belum pernah melihat wajah gadis itu dengan jelas. Namun setiap kali bangun, hatinya merasa sangat sakit sampai terasa nyeri!     

Setiap malam gadis itu menghantuinya seperti mimpi buruk, Gu Nancheng juga dengan panik menyelidiki dan bahkan berkonsultasi dengan psikiaternya.     

"Tuan muda, Anda hanya terlalu tertekan….aku akan memberikan resep obat…"     

Gu Nancheng berdiri di bawah pohon, menginjak satu papan kayu kecil.     

Papan kayu yang hitam terbakar dan memiliki sebuah pita merah…..     

Ternyata di bawah pohon ini tergantung ribuan, bahkan puluhan ribu papan kayu. Dalam setiap papan itu terdapat pengakuan cinta dari Gu Nancheng.     

Pria ini pun membungkuk dengan canggung dan mengambilnya.     

Beberapa papan kayu telah terkubur oleh tanah dan tampak kotor sehingga tidak disadari oleh beberapa orang ini.     

Gu Nancheng pun membersihkan noda tanahnya dan melihat tulisan kecil itu. Saat membacanya, ia seakan mengenal dengan jenis tulisan ini.     

"Qianmo, aku mencintaimu. Ini adalah bencana yang bisa aku hindari - Gu Nancheng."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.