Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Berada Di Ruang Tamu Gu Nancheng



Berada Di Ruang Tamu Gu Nancheng

0Patung-patung dewa yang diletakkan di semua arah pada ruang belajar ini, masing-masing dari mata mereka memancarkan sebuah cahaya secara bersamaan. Cahaya berwarna hijau itu berubah menjadi garis-garis yang terfragmentasi pada sebuah layar hologram di depan Ji An'an.     
0

Ji An'an hampir saja tertawa.     

Wow! Sekarang teknologi yang dimiliki Gu Nancheng semakin canggih, tetapi tidak pernah mengubah cara untuk membuka kuncinya.     

Benar, berterimakasihlah dengan kebiasaan paranoid yang dialami pria itu. Hal-hal yang sudah biasa tidak diubah ini, walau terpaksa pun tampaknya tetap akan sulit untuk merubahnya.     

Ji An'an pun mengeluarkan sarung tangan yang sudah dipersiapkannya. Ia secara perlahan-lahan memakainya.     

Garis-garis berwarna hijau itu tampaknya mirip dengan sinar infra merah. Dari situ Ji An'an meragu, mungkinkah cahaya itu mampu melukai seseorang, bahkan mungkin langsung membunuhnya ketika menyentuh kulitnya tanpa sengaja?     

Akan tetapi, tampaknya tidak ada masalah kalau mengenakan kain.     

Ji An'an secara hati-hati melewati beberapa garis berwarna hijau itu, lalu berdiri di depan layar hologram. Dalam sekejap, jari-jemarinya itu mulai menggerakkan gambar di sana.     

Sama seperti layar yang tidak terlihat di udara, Ji An'an mengutak-atik data berwarna hijau itu, meletakkan gambaran yang kecil berubah menjadi kotak hijau yang banyak sekali ke posisi yang benar.      

Balok-balok yang diletakkan secara tepat adalah gambar yang berbentuk peta umum antarbintang.     

Hm … apakah ia salah kalau memiliki ingatan yang sangat bagus? Sekali melihat, wanita ini mampu untuk menghafalnya ….     

Gu Nancheng sudah pernah membawanya beberapa kali, jadi Ji An'an tentu sudah mengingatnya.     

Balok terakhir diletakkan dan berhasil diterima oleh sistem, gambar antarbintang itu bergerak menjadi sebuah bola bulat dan memancarkan cahaya tersendiri.     

Dalam sekejap, setiap patung menerima cahaya itu masuk ke matanya. Kemudian, alas pada lantai itu bergerak berputar searah dengan jarum jam seperti kotak musik berpatung kuda.     

Lantai atas dari rak buku yang sangat tinggi pun terbuka. Di balik rak itu ternyata terdapat sebuah pintu yang memiliki gambar tubuh manusia.     

Ji An'an memindahkan buku-buku tersebut dan naik ke atas rak itu. Ia masuk ke dalam pintu itu.     

Di dalam pintu itu ada ruangan kecil seperti ruang ganti yang sangat sempit.     

Ada banyak sekali perhiasan, emas dan perak di sana ...     

Sayangnya, Ji An'an mencari selama setengah jam dan masih belum menemukan barang yang diinginkannya.     

Wanita ini yakin telah memeriksa semua kotak di dalam perhiasan itu. Anehnya, ia masih belum menemukan perhiasan permata yang dicarinya itu.     

Di dalam ruangan ini juga ada beberapa kotak brankas, pin rahasianya juga dengan sangat cepat dibuka oleh Ji An'an.     

Namun Ji An'an tetap sangat kecewa, ternyata hanya ada barang antik bergaya barat yang ada di brankas itu. Permata itu nyatanya tidak disimpan di sini. Akan tetapi, ia malah melihat ada sebuah batu permata yang berbentuk piringan.      

Ji An'an pun mengenal perhiasan itu, permata itu adalah salah satu kunci untuk membuka sebuah tempat rahasia lain yang berada di ruang tamu Gu Nancheng!     

Lalu, bagaimana sekarang? Karena sudah masuk ke dalam, ia pun tidak punya cara lain selain mengambil permata tersebut ....     

Lagi pula, tidak mungkin tidak ada kamera cctv di tempat seperti ini.     

Setiap gerakannya telah direkam, besok pagi Gu Nancheng pasti mengetahui ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan ini dan akan memeriksa rekaman tersebut.     

Apalagi, Gu Nancheng merupakan orang yang sangat teliti. Sebuah buku yang posisinya sedikit berubah saja, sudah mampu mengetahuinya!     

Oleh sebab itu, Ji An'an sebenarnya berencana untuk segera kabur setelah mencuri permatanya!     

Andai rencananya itu tidak berhasil, Gu Nancheng akan mengetahui segala perbuatannya. Setelahnya, ia akan semakin sulit mendapatkan kesempatan untuk mencuri permata tersebut!     

Sekali masuk untuk melakukannya, maka Ji An'an harus berkomitmen melakukan semuanya dalam satu kesempatan ini. Ia pun turun tangga dan menyadari bahwa pintu ini terhubung dengan kamar sebelah. Ya, kamar itu adalah kamar milik Gu Nancheng.     

Ji an'an meletakkan telinganya di pintu untuk mendengar keadaan di kamar sebelahnya. Untungnya, tidak ada suara yang terdengar...     

Perlahan-lahan, ia membuka pintu dan berdiri untuk mengintip ke dalamnya.     

Dari dalam terlihat cahaya kuning yang redup. Ji An'an dapat dengan jelas melihat seorang pelayan sedang terbaring di samping ranjang tersebut.     

Ji An'an mengerutkan keningnya, itu… bukankah itu adalah pelayan yang dipilih untuk menemani Gu Nancheng tidur? Mengapa pelayan itu bisa ada di lantai… apakah setelah melampiaskan nafsunya, pelayan itu dengan sengaja ditendang ke lantai?     

Memikirkan ini, hati Ji An'an merasa sesak. Ia tidak berani memikirkannya dan dengan pelan-pelan berjalan mendekatinya.     

Ia pun perlahan-lahan mematikan lampu….     

Di sisi lain ...     

Sambil bersandar di bantal yang sangat besar, Gu Nancheng mendengar ada sedikit gerakan dan membuka matanya. Ia melihat ada sebuah bayangan seseorang yang masuk ke dalam kamar dan mematikan lampu kamarnya satu-persatu.     

Di bawah tirai tempat tidur berwarna biru tua itu, fitur wajah tampan milik Gu Nancheng itu membuka mata. Pandangannya tampak dalam seakan tiada dasar.     

Salah satu tangannya menekan sebuah tombol khusus yang membuka tempat penyimpanan pistol rahasianya. Dalam kegelapan ini, ia dengan cepat mengambil pistol itu dengan tangannya.      

Bersamaan dengan itu, lampu yang terakhir juga sudah dimatikan oleh Ji An'an.     

Sebelum mematikan semua lampu, Ji An'an sudah mengingat semua tempat pada kamar ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.