Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Gu Nancheng, Apakah Kamu Sudah Buta?



Gu Nancheng, Apakah Kamu Sudah Buta?

Ji An'an dengan kaku membelakanginya dengan dingin dan menjawab, "Memangnya bukan, ya?"     
0

"Ji An'an, aku menyukaimu!" Telapak tangannya yang kasar itu masuk ke dalam baju tidurnya dan meraba dengan intim.     

"Kalau memang demikian, pasti rasa suka yang sangat murahan. Selain itu, Tuan Beiming sendiri juga telah melupakan kata 'kepada'."     

Mendengar ucapannya yang sinis itu, hati Beiming Shaoxi tentu merasa sakit. Terlihat jelas dalam matanya itu terdapat api kemarahan.     

Ia pun membalikkan badan istrinya itu, telapak tangannya dengan kasar meraba semua sisi badan wanita ini….     

Sepanjang malam ini, Beiming Shaoxi memegangnya dan menciumnya. Ia terlihat tidak ingin melepaskannya dan berniat untuk meninggalkan bekas aromanya di tubuh wanita ini.     

"Nyaman tidak? Malam ini aku akan melayanimu…."     

Ji An'an tentu kaget, namun hanya bisa terdiam.     

"Ji An'an, kamu harus tahu bahwa aku akan merasa senang saat melihatmu bisa menikmatinya juga!"     

Jari kaki Ji An'an meringkuk...     

Nafsu bagian bawah badannya sudah sangat sakit, tetapi tidak bisa menahan untuk tidak memegangnya!     

Ji An'an awalnya mengira setelah dipukul dua puluh pukulan, seharusnya punggungnya juga tidak bisa tegak lagi. Oleh sebab itu, awalnya Ji An'an merasa lebih aman, tetapi ia tidak mengira bahwa pria ini masih memiliki kekuatan di tangannya!     

Dalam putaran yang dilakukan jari tangannya yang kasar itu, membuatnya masuk ke puncak kesenangan.     

"An'an…. Ji An'an…"     

Dalam mimpi yang samar-samar, Ji An'an mendengarkan suara pria itu, yang selalu memanggil namanya.     

"Lihat aku, aku adalah kekasihmu satu-satunya… jangan menghianati aku!"     

******     

Kuda yang tinggi berlari kencang di hutan. Di sela-selanya terlihat seorang pria mengenakan baju berwarna coklat, kedua tangannya memiliki tato yang terlihat sangat liar serta menggoda.     

Sarung tangan kulit berwarna hitam pun telah siap menarik busur panah, sudut mulutnya memancarkan aura kejahatan yang membara.     

Di tempat Xi Shui tersebut memang terdapat seekor rusa kecil yang dengan panik membalikan kepala. Mata hitamnya pun dipenuhi dengan bintang….     

Dalam benak Gu Nancheng tersebut, seketika terpancar wajah Su Qianmo. Wanita itu juga memiliki sepasang mata yang penuh dengan bintang.     

Sambil melamun sejenak, panahnya melewati badan rusa kecil itu dan membuatnya memiliki kesempatan untuk kabur.     

Sudut mulut Gu Nancheng tersenyum. Sejujurnya mangsa yang sudah dilihatnya, tidak pernah ada kemungkinan bisa kabur.      

Kepala botak bertato ular yang menunggang badak perlahan datang dan membawakan ponselnya, "Tuan, aku menerima satu telepon dari seorang wanita, wanita itu ingin mencarimu."     

Di sisi lain, Ji An'an sangat marah. Ia pun menggerutu kesal, 'Dasar Gu Nancheng, mengapa pria itu malah memberikan nomor telepon anak buahnya!'     

"Aku sudah berada di depan pintumu."     

"Pelan-pelan, tunggulah sebentar kalau begitu."     

"Hei ...." Ji An'an masih mau mengatakan sesuatu, tetapi telepon sudah ditutup.     

Akhirnya wanita ini hanya bisa berdiri menunggu di depan gerbang rumah Gu Nancheng. Ia sudah menunggu dari pagi sampai matahari terbenam, bahkan tidak jarang dirinya kembali meneleponnya lagi. Akan tetapi, ponsel pria itu sudah tidak aktif lagi.     

Terik matahari yang sangat panas membuatnya agak pusing, kondisi tubuhnya sekarang pun belum sembuh total. Berdiri di tempat ini selama seharian pun sudah membuatnya sangat menderita.     

Wanita ini sebenarnya ingin mencari kedai kopi untuk duduk. Namun ia juga takut bila saat dirinya pergi, Gu Nancheng mungkin sudah pulang.     

[Kenapa telat lagi?]     

[Gu Nancheng, tunggu sebentar. Ada yang salah denganku?!]     

[Qingmo… kalau kamu datang, aku tidak keberatan menunggu… tidak keberatan walaupun itu seumur hidup.]     

Ah, benar juga! Pada waktu kecil, Gu Nancheng selalu menunggunya berlama-lama. Orang yang begitu angkuh seperti Gu Nancheng itu sebenarnya bisa menjadi tidak emosi hanya di depannya saja.     

Sekarang, giliran Ji An'an yang menunggu. Akan tetapi, ia baru menyadari bahwa rasa menunggu orang itu begitu tidak nyaman.     

Udara malam hari sudah mulai dingin, Ji An'an mulai gemetar dan berjongkok dilantai, panggilannya pun juga tidak diangkat.     

Tidak lama kemudian, lampu mobil yang menyilaukan pun datang menyipitkan matanya. Melihat ada sederetan mobil mendekat, gerbang pintu rumah Keluarga Gu yang ketat itu terbuka.     

Ji An'an berdiri dan menepuk badannya. Sayangnya saat melihat Gu Nancheng, pria itu justru melewatinya masuk ke dalam tanpa melihatnya.     

Tatapan apa itu? Ji An'an pun juga berjalan masuk ke dalam gerbang, "Gu Nancheng, apakah kamu sudah buta?"     

Pria yang dingin itu melirik ke samping, lalu menatap ke arah Ji An'an. Wanita ini tidak tepat waktu datang ke rumah Keluarga Gu, mana mungkin begitu mudah masuk ke dalam?     

Walau demikian, mangsa telah tertangkap di tangannya.     

Sejujurnya, kedua kaki Ji An'an tentu merasa lemas. Ia sudah menunggu seharian dan merasa sangat lelah serta lapar. Ia pun hanya bisa melihat semua mobil itu menuju ke gedung utama.     

Kelihatannya jaraknya tidak jauh, tetapi ia membutuhkan 20 menit untuk bisa sampai ke sana….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.