Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Kalau Kalah, Kamu Adalah Milikku



Kalau Kalah, Kamu Adalah Milikku

0Ji An'an menggigit bibir, pria botak yang bertato ular besar itu menekan pundaknya dan mendorongnya kembali duduk ke depan meja tersebut.     
0

Gu Nancheng mengangkat gelasnya dan berkata, "Bagi kartunya."     

Ji An'an menarik napas yang dalam sebanyak dua kali. Ia dalam hati meragukan langkahnya ini dan pikirannya dipenuhi dengan kegundahan, 'Apakah pilihanku ini salah?'      

Sayangnya, ia sudah tidak bisa menyesal lagi.     

Lagi pula, bukankah hal ini juga sangat bagus? Setidaknya, ia tidak perlu kembali ke rumah Keluarga Beiming dan tidak mau menunggu sampai dirinya mati begitu saja di sana.     

Gu Nancheng dengan santai mengeluarkan emas batang murninya dan membaginya menjadi dua.     

"Nona! Kalau kamu menang, maka ini menjadi milikmu…."     

Halala..., setengah batang emas terjatuh lagi di depannya.     

Ya, semua emas itu adalah hasil taruhan yang dimenangkannya hari ini...     

"Kalau sampai memenangkannya sebanyak lima kali, maka permata ini akan menjadi milikmu."     

Ji An'an berpura-pura sangat mengerti, "Oh, baiklah..."     

"Namun jika kamu kalah, maka kamu adalah milikku. Bahkan, termasuk semua yang kamu menangkan."     

Ji An'an menggenggam sepuluh jari tangannya dan meletakkannya di atas meja. Dengan wajah yang menantang, ia berkata, "Mengapa kita tidak mulai saja sekarang? Aku sudah tidak sabar untuk memenangkan semua pertaruhan ini…."     

Perkataan itu langsung mendapatkan tertawaan dari seluruh ruangan ini.     

Tuan Gu malam ini sangat beruntung, bahkan sekalipun tidak pernah kalah.     

Gu Nancheng sangat beruntung sekali. Jangankan seorang gadis kecil, bahkan senior di casino ini juga tidak bisa menang darinya.     

"Aku seumur hidup juga tidak pernah kalah, panggil saja aku dengan sebutan Lady Luck!" Ucapan Ji An'an ini memang tidak salah. Namun lebih tepatnya, ia tidak pernah bermain permainan poker seperti ini. Alhasil, ia juga tidak memiliki catatan kalah dalam permainan ini.      

Gu Nancheng mengangkat tangannya dan mengisyaratkan untuk tidak terlalu berisik.     

Semua orang di ruangan ini tidak ada yang berani berbicara, suasana taruhan ini pun jadi sangat menegangkan….     

Bandar dari casino mulai membagikan kartu.     

Ji An'an menggigit bibirnya. Benar, apa yang perlu ditakutkannya? Andai kalah, ia hanya akan menjadi pelayannya, kan!     

Jauh lebih baik dari pada menjadi istri Beiming Shaoxi?     

Sebagai pelayan, ia hanya perlu menggunakan tenaga dan pikirannya. Setidaknya, ia tidak menggunakan tubuhnya untuk memuaskan Gu Nancheng!     

Ekspresi wajah Ji An'an masih tampak tenang saat mengambil kartu yang telah dibagikan di depan mejanya. Ia sama sekali tidak familiar dengan permainan ini dan hanya meniru cara serta gaya Gu Nancheng dalam mengambilnya.     

Gu Nancheng malam ini selalu menang begitu bagus, kebanyakan karena keberuntungan dan juga sedikit teknik membaca pikiran.     

Tepatnya, lelaki ini sangat pandai dalam membaca ekspresi seseorang. Ia pun bisa menebak kartu yang mungkin ada di tangan lawannya….     

Walaupun di tangannya adalah kartu yang tidak bagus, namun ia juga bisa membuat lawan itu tidak percaya diri untuk menang.     

Akan tetapi karena Ji An'an tidak mengerti cara bermain kartu, ia pun tidak bisa membedakan nilai kartu yang cukup besar atau kecil.     

"Kartumu tidak bagus?" Tanya Gu Nancheng dengan tersenyum ringan dan tidak bisa menebak kartu yang mungkin dibawa wanita ini.     

"Bisa saja lebih besar darimu!" Ucap Ji An'an dengan keras kepala.     

Tatapan Gu Nancheng memang tampak bersemangat dan terlihat sangat berbahaya….     

Suasana di dalam ruangan pun langsung dibuat menjadi sangat tegang, semua orang di dalam ruangan tidak berdaya dan menjadi semakin tegang.     

Ji An'an sudah tidak sabar. Ia pun seketika berkata dengan nada mengeluh, "Hanya beberapa kartu, mau sampai kapan untuk memegangnya? Sebenarnya, kamu berani membukanya atau tidak?"     

Gu Nancheng seketika kehilangan senyumannya dan memperhatikan sejenak lebih dalam ke wajah Ji An'an.      

Kemudian wajahnya itu tampak semakin dingin. Ia pun membuka kartunya dan suasana misterius langsung dipecahkan oleh Ji An'an.     

Ji An'an juga sangat cepat membuka kartunya dengan wajah yang sudah pasrah.     

Dalam sekejap langsung terdengar suara desahan dari seluruh ruangan. Dari ekspresi wajah Gu Nancheng pun dapat dilihat, apakah Ji An'an menang?     

"Tuan Gu, bertemu denganku, kesialan di dalam hidupmu baru akan dimulai…." Ji An'an dengan tidak sungkan mengambil emas yang ada di depannya itu.     

Dagu Gu Nancheng yang kaku, matanya menatap ke wanita itu dengan jahat.     

Semua orang di dalam ruangan tampak terkejut. Ternyata Tuan Gu bisa kalah kepada seorang pelayan?     

Sedangkan yang dirasakan Ji an'an sendiri jauh berbeda dengan Gu Nancheng. Ia sudah merasa bahwa dirinya sudah seperti babi mati, dirinya pun sudah tidak takut bila harus dibuang ke air mendidih sekali pun. Ekspresi keyakinannya pun tidak berubah sedikit pun.      

Sikapnya pun tetap dipertahankan demikian. Alhasil, Ji An'an mampu mampu menjaga ketenangannya dan memenangkan 5 kali taruhan melawan Gu Nancheng.     

Semua emas sudah diletakkan di depan Ji An'an dan meja di sisi Gu Nancheng juga sudah kosong.     

Gu Nancheng sudah bertaruh sepanjang malam ini. Sayangnya, semua hasil taruhannya malah berpindah ke saku wanita di depannya ini. Suasana panas di dalam ruangan pun makin membara.     

Tinggal satu kali kemenangan lagi, maka Gu Nancheng harus memberikan permata itu kepada wanita ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.