Inevitable Fate [Indonesia]

Persembahan untuk Zuko



Persembahan untuk Zuko

0Ketika Reiko mengetahui suaminya pulang, dia segera menghambur ke pelukan Nathan Ryuu, menangis tersedu-sedu tanpa bisa dia tahan. "Ryuu … Ryuu … hu hu hu …."     
0

Rui yang berada di gendongan maid Nami pun bergegas memanggil-manggil ayahnya sambil kakinya bergerak-gerak heboh di udara seakan ingin lari. "Papa! Papa!"     

Maid Nami segera menyerahkan Rui pada ayahnya dan meninggalkan tiga orang yang sedang berkumpul kembali dalam suasana haru.     

"Sayankku, Rei dan Rui. Kalian kesayangan aku." Nathan Ryuu merengkuh keduanya dalam pelukan lengannya, dia ikut menangis meski tidak keras-keras. Dia sungguh bersyukur bisa selamat dan kembali ke anak dan istrinya.     

Terbayang andaikan ayahnya tidak muncul, entah takdir semacam apa yang akan dia alami ketika di dalam kuasa Zaidan Al Faiz kala itu.     

Reiko melonggarkan pelukannya untuk menatap suaminya. "Kenapa wajahmu begini, penuh bekas luka." Reiko masih terisak sembari mengelus lembut wajah Nathan Ryuu yang dipenuhi bekas pukulan. Memang tidak akan menimbulkan bekas permanen, namun tetap saja membuat sang istri khawatir. "Memangnya hal macam apa saja yang kau temui di sana sampai kau begini, Ryuu?"     

Nathan Ryuu tidak ingin membebani istrinya dengan cerita mengenai siksaan macam apa yang dia terima dari Zaidan Al Faiz. Ia kembali memeluk Reiko sehingga istrinya bisa menumpahkan tangis lebih keras lagi karena pilu menyaksikan luka di wajahnya.     

.     

.     

"Setiap aku melihat tubuhmu, rasanya aku ingin menangis, Ryuu." Reiko sedang berdua saja bersama Nathan Ryuu di dalam bathtub sambil Reiko menyeka tubuh suaminya menggunakan spons lembut.     

Mata Reiko mulai berkaca-kaca melihat banyaknya luka di punggung dan dada sang suami. Semua seperti bekas pecutan dan juga ada bekas luka bakar di bagian dadanya, itu sungguh terlihat miris dan mengiris perasaan Reiko ketika melihatnya.     

Nathan Ryuu berbalik ke Reiko dan berkata pelan sambil menggenggam tangan sang istri, berkata, "Harusnya aku tidak perlu kau mandikan begini jika membuatmu sedih saja, sayank." Dia jadi menyesal membiarkan istrinya memandikannya.     

Kepala Reiko menggeleng dan dia berkata sambil menahan pilu, "Aku tak ingin tidak tahu apa-apa mengenai suamiku, Ryuu. Maka, tolonglah … tolonglah beritahu aku semuanya agar aku tidak perlu mengetahuinya dari orang lain."     

Nathan Ryuu memandang sang istri yang matanya sudah berkaca-kaca. Tapi, karena Reiko terus mendesaknya, maka dia terpaksa menceritakannya. Semua, tanpa ada yang terlewat.     

Reiko mendengarkan sambil membekap mulut dengan tangannya sendiri dan menangis. Dia tidak menyangka sedemikian berat yang harus dijalani Nathan Ryuu.     

Wanita itu tak tahu, jika suaminya tidak lekas diselamatkan ayah mertuanya, bisa jadi Nathan Ryuu sudah dicincang atau dijadikan objek pelecehan di kelab malam milik ayah Zaidan.     

Sungguh beruntung nasib Nathan Ryuu karena ayahnya buru-buru muncul ketika diberi laporan mengenai tertangkapnya putra kesayangannya di Abu Dhabi.     

Bahkan, ketika Nathan Ryuu menceritakan mengenai ayahnya, Reiko ingin sekali bisa menemui Onodera Shigeru untuk bersimpuh melakukan dogeza terbaik sebagai tanda terima kasih terdalam darinya.     

"Ya, kapan-kapan kita bisa ke Abu Dhabi untuk menjenguk oyaji." Nathan Ryuu hanya bisa menjanjikan itu, tapi tentu saja tidak dalam waktu dekat ini karena dia masih harus memastikan semua antek Zaidan sudah dilibas habis di sana.     

Meski dia harus merelakan 1 kasino dan 1 hotelnya di Timur Tengah untuk membayar koneksi di Abu Dhabi, tapi itu sepadan dengan nyawa yang masih melekat di tubuhnya.     

-0—00—0-     

Nathan Ryuu dan Reiko mendatangi makam Zuko pada keesokan harinya. Mereka datang bersama pasangan Itachi dan Akeno.     

Kemudian, Nathan Ryuu memasukkan sebuah benda yang dia ambil dari kantong es yang dia bawa.     

Ketika Reiko melihatnya, dia terkejut bukan kepalang. Itu adalah sebuah jari! Ya, sebuah jari! Jari manusia, tentunya, makanya membuat Reiko memekik tertahan.     

Nathan Ryuu tidak berkata apa-apa ketika dia mengeluarkan jari beku itu dari kantong tadi dan dia letakkan itu di papan nisan makam keluarga Zuko.     

Makam orang Jepang biasanya merupakan makan keluarga, terbuat dari susunan batu yang diatur rapi. Semua yang meninggal akan dikremasi dan abunya ditaruh di sebuah batu khusus di dalam makam yang bisa diangkat untuk memasukkan abu baru milik anggota keluarga di sana.     

Makanya, makam itu bukan makam Zuko semata, namun ada abu milik kakek, nenek, dan leluhur Zuko lainnya. Tidak perlu heran jika mendapati kenapa makam di Jepang terkesan besar, padahal itu untuk banyak anggota keluarga dan bisa sampai bergenerasi-generasi. Lebih irit tempat dan biaya perawatan.     

"Zuko, aku sudah persembahkan untukmu, jari orang yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa dirimu. Semoga kau tenang di sana dan lakukan perjalananmu dengan baik menuju alam selanjutnya." Nathan Ryuu berkata demikian dan kemudian dia menangkupkan tapak tangannya untuk berdoa.     

Ketika dalam perjalan pulang menuju ke mobil masing-masing, Reiko tak bisa menahan diri dan bertanya, "Kau benar-benar mempersembahkan jari milik Zaidan Al Faiz di makam Zuko-san?"     

Nathan Ryuu menoleh ke istrinya dan tersenyum lalu menjawab, "Justru aku berharap aku bisa membawa kepala si bajingan itu, tapi tak diperbolehkan pihak otoritas di sana, ha ha ha! Maka dari itu, yang bisa aku bawa hanya satu jarinya saja. Ini sebagai tanda bahwa aku menepati janjiku pada Zuko sebelum dia masuk ke ruang operasi."     

Akeno bergidik mendengar penuturan Nathan Ryuu, dia memeluk lengan kekasihnya, Itachi.     

Nathan Ryuu menoleh ke arah bawahannya dan berkata, "Kalian … kapan meresmikan dengan sah hubungan kalian?"     

"Kami … itu …." Akeno merasa rumit menjawab pertanyaan Nathan Ryuu. Dia tersenyum canggung sambil menepikan sejumput rambutnya untuk dibawa ke belakang telinga.     

"Apakah Itachi yang selalu menundanya?" Nathan Ryuu melirik singkat ke CEO perusahaannya. "Tsk, Itachi, harus menunggu sampai kapan kau melamar Akeno? Bisa-bisa dia lelah dan pergi ke pria lain yang bersedia memberinya cincin."     

"Akeno-san, Itachi-san, jangan tunda-tunda lagi. Lekaslah berumah tangga. Nikmati kebahagiaan seperti kami." Reiko ikut mengompori.     

"Terima kasih pada Tuan dan Nyonya atas perhatian kalian kepada kami." Itachi menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Kami masih mencari hari baik untuk itu."     

Akeno menoleh kaget ke kekasihnya. Benarkah yang baru saja diucapkan Itachi? Lelaki itu akhirnya memikirkan pernikahan untuk mereka? Atau itu hanya jawaban diplomatis saja untuk menyenangkan si bos?     

-0—00—0-     

2 tahun berlalu setelah insiden tragis Zuko. Reiko semakin matang sebagai penyanyi solo dan sekaligus CEO beberapa perusahaan pemberian suaminya dan sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang baik.     

Dia sudah mulai terbiasa dengan semua tugasnya dan karena G&G membebaskan dia dalam hal kapan ingin masuk dapur rekaman dan promosi, maka Reiko semakin santai menjalani hidupnya.     

Toh, mengeluarkan 1 single atau sekedar 1 mini album dalam setahun saja masih tetap membuat antusias penggemarnya. Mereka selalu setia menunggu karya Reiko, kapanpun tahunnya.     

Rui juga sudah makin tumbuh besar dan menjadi anak menyenangkan bagi setiap orang di sekitarnya.     

"Baru saja kemarin dia berulang tahun, dan sekarang dia sudah ingin ulang tahun lagi, ha ha ha," ucap Reiko sambil mengangkat putranya untuk ditaruh di pangkuan. "Rui sudah tidak sabar ingin cepat dewasa, yah?"     

"Iya! Aku ingin sebesar Mama dan juga Papa!" Rui fasih berbicara. Celotehannya adalah penyembuh di kala Reiko dan Nathan Ryuu sedang letih.     

"Nyonya! Tuan!" Maid Eiko datang ke Reiko dan suaminya yang sedang bersantai di teras samping.     

"Ada apa, Eiko-san?" tanya Reiko saat melihat maid-nya panik.     

Maid Eiko berkata panik, "Obaa-sama! Obaa-sama!"     

"Ada apa dengan nenek?" Reiko jadi merasakan hal tak baik akan terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.