Inevitable Fate [Indonesia]

Mengejar Musuh Hingga Keluar Negeri



Mengejar Musuh Hingga Keluar Negeri

0Nathan Ryuu sudah mendapatkan informasi bahwa Zaidan Al Faiz sudah melakukan perjalanan ke bandara lain dan hendak mengecoh dia dengan cara tersebut.     
0

Onodera ini tak bisa semudah itu dikecoh.     

Maka, pasukan anak buah Nathan Ryuu segera disebar ke berbagai bandara domestik atau regular, meski ada juga yang tetap berjaga di bandara internasional.     

Lantas, ketika semua sudah menempati posisi masing-masing, datanglah laporan dari salah satu divisi. "Tuan! Ternyata dia menggunakan kapal!"     

"Kapal?" Nathan Ryuu melotot geram. Lengah! Kali ini dia lengah dan itu fatal! Dia terduduk lemas di kursinya. Dia kalah langkah dari lawannya. Zaidan Al Faiz bergerak lebih cepat dari yang dia kira.     

Kali ini, Zaidan Al Faiz memang bermain mulus dan cantik dalam senyapnya.     

Sebelum ini, dia memerintahkan beberapa sniper yang dia sewa untuk berjaga di tempat yang sekiranya akan didatangi Nathan Ryuu karena belum mengetahui hunian pasti milik si Onodera.     

Oleh karenanya, ketika dia berhasil mendapatkan jadwal rencana kepergian Nathan Ryuu dari seseorang, dia segera memerintahkan sniper ke bandara internasional di Tokyo sekaligus dia bersiap pergi dari hotel.     

Dia menggunakan koneksinya untuk keluar dari hotel dengan cara tak biasa, yaitu menggunakan jasa laundry. Dia harus bersembunyi dulu di keranjang besar yang menampung seprei kotor dan kemudian dibawa ke mobil laundry yang sudah menunggu.     

Zaidan Al Faiz memiliki dugaan bahwa keberadaannya pasti sudah diketahui Nathan Ryuu ketika sniper dia beraksi. Maka dari itu, dia harus secepatnya kabur kembali ke negaranya karena di sanalah dia merasa aman.     

Lalu, kenapa dia harus ke Jepang? Yaitu untuk melobi pengusaha besar Jepang yang tidak berkongsi dengan SortBank. Sekaligus, ingin menuntaskan dendamnya pada Nathan Ryuu dengan baik sesuai keinginannya.     

Untuk membuat bingung anak buah Nathan Ryuu, sengaja dikeluarkan 3 mobil laundry sekaligus keluar dari area hotel. Zaidan Al Faiz sengaja berada di mobil laundry kecil dan bukan yang besar seperti lainnya.     

Dari mobil laundry itu, dia menuju ke pelabuhan dan hendak menggunakan kapal nelayan terlebih dahulu ke bandara internasional paling kecil dan paling tidak ramai.     

Lalu, dari sanalah dia bisa segera pergi ke Abu Dhabi sambil menyamar dengan penampilan berbeda. Inilah kenapa ketika anak buah Nathan Ryuu tiba di bandara manapun, mereka sudah tidak bisa lagi menemukan Zaidan Al Faiz.     

Kali ini, Nathan Ryuu diperdaya dengan sangat telak. Zaidan Al Faiz berhasil pergi dari Jepang, melangkah 1 langkah lebih dulu dari lelaki Onodera.     

Kepalan tangan Nathan Ryuu di atas meja menandakan amarah yang memuncak. "Kita ke Narita, siapkan jetku untuk ke Abu Dhabi."     

-0—00—0-     

Upacara pemakaman untuk Zuko belum bisa diadakan karena Nathan Ryuu belum berhasil memusnahkan Zaidan Al Faiz.     

Namun, di detik-detik ketika Nathan Ryuu naik ke pesawat jet pribadinya ke Abu Dhabi, dia memberikan instruksi ke Itachi. "Laksanakan saja upacara itu. Aku harus mengejar si bedebah itu."     

Maka, pada pagi yang mendung ini, upacara pemakaman untuk Zuko akhirnya diadakan.     

Jenazah Zuko sudah diletakkan di dalam peti pada rumah duka terbaik di Tokyo.     

Kedua orang tua Zuko sudah berada di sana, mereka tak henti-hentinya menangis. Ibu Zuko berulang kali pingsan karena kehilangan putra satu-satunya mereka.     

Tunangan Zuko, Amamiya Hanao, dia terus saja menunduk sambil menangis pilu.     

Reiko datang ke rumah duka bersama Akeno.     

Sebelum ini, anak buah Nathan Ryuu sudah membersihkan seluruh sniper sewaan Zaidan Al Faiz dan karenanya, si Onodera menganggap sudah aman bagi istri dan anaknya kembali ke villa.     

Penjagaan tetap sangat ketat di rumah duka karena adanya Reiko. Anak buah Nathan Ryuu memenuhi berbagai sudut dengan pengawasan sangat ketat dan tajam pada siapapun yang datang dan pada sekitarnya.     

Melihat tunangan dan kedua orang tua Zuko yang bersedih, Reiko tidak bisa tidak menitikkan air mata tanpa bisa dia cegah. Dia memeluk ibu Zuko dan menangis bersama. Dia juga membungkuk dalam-dalam pada ayah Zuko, seakan ingin meminta maaf atas tragedi ini.     

Lalu, ketika menghadap ke tunangan Zuko, Reiko tak bisa menahan kesedihan dan memeluk Hanao. Dia berempati pada apa yang terjadi pada Hanao. Jika dia di posisi gadis itu, pasti Reiko lebih memilih mati saja daripada hidup menanggung kesedihan setiap waktu.     

Sampai upacara pemakaman dan kremasi Zuko selesai, Reiko masih di sana mendampingi keluarga dan tunangan Zuko sebagai bentuk dukungan moral dan rasa belasungkawa terdalamnya.     

Di dekat Reiko dan Akeno, ada Itachi yang terus diam dalam berdirinya. Matanya memang basah tapi tak ada air mata menetes dari sana. Dia begitu sangat baik mengendalikan emosinya.     

Teringat oleh Itachi bagaimana sosok Zuko yang dia kenal. Zuko yang ceroboh, yang suka mengganggunya, yang seenaknya kalau bicara, yang kerap tertawa konyol sehingga menjengkelkan Itachi.     

Dia juga teringat momen-momen konyol dia dan Zuko, seperti ketika menggantikan Reiko berjualan di pasar jajan. Atau saat Zuko berhasil dia kerjai dengan menjebak Zuko memakan ayam goreng super pedas dan Zuko berteriak-teriak kepedasan.     

Berbagai tingkah konyol Zuko terus bermain seenaknya di kepala Itachi.     

Dan tangis lelaki itu pecah berderai-derai ketika dia sudah berada di huniannya sendiri, tanpa ada siapapun di dekatnya. Dia menangis dan meraung keras-keras sambil memukuli dinding hingga tangannya sakit dan lelah. Setelah puas meluapkan emosi kesedihannya, dia kembali bersikap profesional dan mengikuti perkembangan bosnya yang sudah berada di Abu Dhabi sejak kemarin.     

Itachi sudah memberitahu pada kedua orang tua dan tunangan Zuko bahwa Nathan Ryuu tidak bisa menghadiri upacara pemakaman Zuko karena sedang mengejar dalang utama dari penembakan Zuko.     

Sementara itu, televisi Jepang masih saja menyajikan berita mengenai kengerian penembakan di bandara tersebut. Nama Nathan Ryuu terus saja mencuat seiring dengan berita itu.     

Reiko meneguhkan dirinya ketika tahu suaminya sudah terbang ke Abu Dhabi. Menangis sekeras apapun dia, percuma, karena Nathan Ryuu sudah berada di Abu Dhabi dan hendak membalas dendam untuk Zuko.     

Reiko paham, seberapa sayang dan berartinya Zuko bagi Nathan Ryuu. Maka dia tidak mungkin melarang atau meminta Nathan Ryuu menghentikan niatnya.     

Meski berat, namun Reiko hanya bisa mendoakan keselamatan suaminya dan bisa kembali kepadanya dan Rui dengan tanpa kurang satu apapun.     

Untung saja, Nyonya Revka cukup pengertian dan membebaskan jadwal Reiko sampai kondisi perasaan Reiko membaik.     

-0—00—0-     

"Atur pertemuan dengan Tuan Al Fayas, Tuan Al Hasaud, dan Tuan Al Mukhtar." Nathan Ryuu memberikan perintah pada orang kepercayaannya di Timur Tengah.     

Sebagai pemilik beberapa resor dan kasino di Timur Tengah, tentunya Nathan Ryuu tidak mungkin diabaikan oleh pengusaha dan orang penting di sana ketika dia hendak meminta bantuan dari mereka.     

Setelah Nathan Ryuu selesai mengatur strategi pada semua anak buah yang dia bawa ke Abu Dhabi, maka dia bisa sedikit beristirahat sesudah beberapa hari ini tidak merasakan tidur nyenyak.     

Kemudian, pada malamnya ketika dia diundang untuk menemui salah satu dari orang penting yang dia butuhkan bantuannya, dia berangkat ke tempat yang ditentukan.     

Sayangnya, ini adalah sebuah perangkap untuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.