Inevitable Fate [Indonesia]

[Bonus chapter] In The Name of The Father [rate MA]



[Bonus chapter] In The Name of The Father [rate MA]

0Di Abu Dhabi, Nathan Ryuu terus mengatur taktik dan strategi untuk mendapatkan Zaidan Al Faiz. Dia sangat berhasrat membalas dendam pada lelaki yang telah membunuh Zuko.     
0

Dia menemui beberapa orang penting dan berdiskusi di sana mengenai banyak hal termasuk bisnis.     

Kemudian, pada malamnya ketika dia diundang untuk menemui salah satu dari orang penting yang dia butuhkan bantuannya, dia berangkat ke tempat yang ditentukan.     

Sayangnya, ini adalah sebuah perangkap untuknya.     

Sesampai di sana, dia sudah ditunggu banyak anak buah dari orang penting itu yang menangkap Nathan Ryuu.     

"Maafkan aku bila harus berbuat seperti ini, Tuan Onodera. Ini semua karena kau terlalu memojokkan rekan penting saya." Demikian orang itu berkata.     

"Tuan Al Hasaud, apakah Anda yakin ingin berbuat begini terhadap saya?" Nathan Ryuu kalah jumlah. Anak buah yang dia bawa ke Abu Dhabi saat ini kalah jumlah dari serdadu bayaran Tuan Al Hasaud. Apalagi ada todongan senapan mesin dari masing-masing anak buah si orang penting yang mengakibatkan anak buah Nathan Ryuu tidak bisa sembarangan bertindak atau akibatnya bisa fatal terhadap bos mereka.     

"Tentu saja aku yakin!" Kemudian, Tuan Al Hasaud mengundang masuk seseorang.     

Berjalan masuk ke ruangan itu adalah Yazdan Al Faiz diikuti anaknya, Zaidan. Wajah mereka memamerkan senyum lebar penuh aroma keculasan.     

"Kita bertemu lagi, Tuan Onodera." Yazdan Al Faiz berkata dengan tatapan mengejek.     

Nathan Ryuu diam tak menjawab dan hanya bisa menggertakkan gerahamnya melihat Zaidan Al Faiz. Lelaki itu masih bisa tersenyum seperti iblis sedangkan Zuko sudah menjadi kumpulan abu.     

Dengan kuasa Tuan Al Hasaud, Nathan Ryuu ditahan di kediaman Beliau meski Zaidan Al Faiz sempat menginginkan suami Reiko berada di penjaranya sendiri.     

Tuan Al Hasaud masih mempertimbangkan berbagai hal jika membiarkan Zaidan Al Faiz membawa Nathan Ryuu. Maka, paling tepat adalah di tempatnya saja dan Zaidan bisa bebas menemui sang Onodera kapanpun dia ingin.     

Maka, hari pertama harus dijalani Nathan Ryuu di penjara pribadi milik Tuan Al Hasaud dan dia tidak berkutik ketika Zaidan memukulinya hingga babak belur.     

"Kau tahu! Semua anak buahmu di sini … mereka semua sudah mati! Ha ha ha! Mereka kuberikan ke anjing dan buaya peliharaanku!" Zaidan terus tertawa keras sambil melecut tubuh Nathan Ryuu.     

Geraham Nathan Ryuu semakin saling menggilas mendengarnya. Dendamnya pada Zaidan semakin memuncak tak terkira. Tapi dia tidak menjerit maupun bersuara karena itu pasti akan menjadi hiburan untuk Zaidan.     

Pada hari kedua, ketika tubuh Nathan Ryuu sudah remuk redam dipenuhi luka, datang seseorang yang tidak disangka-sangka. Terjadi kegaduhan di luar penjara hingga akhirnya dia diseret keluar dan menemui seseorang di halaman belakang rumah Tuan Al Hasaud.     

"Oyaji …." Di sela-sela kesadaran yang dimiliki dan mata yang bengkak, dia secara samar melihat figur yang sangat dia kenali. Ayahnya. Onodera Shigeru.     

"Tuan Al Hasaud, yang benar saja, anakku sampai jadi begini? Apakah ini tandanya Anda tidak memandang aku?" Onodera tua mengernyitkan kening, mengakibatkan tuan rumah jadi segan.     

"Ini … ini bukan ulahku, Tuan Onodera, he he … ini perbuatan Zaidan Al Faiz dan ayahnya." Tuan Al Hasaud segera saja melemparkan semua kesalahan pada bapak dan anak Al Faiz.     

"Tunggu apalagi? Ayo, lekaslah undang mereka ke sini!" Onodera tua mengibaskan tangannya seperti raja dan dia masih berkata, "Apakah kau mengharapkan aku bisa nyaman bekerja sama ketika anakku dalam kondisi semacam itu?"     

Tuan Al Hasaud paham dan memberi kode pada anak buahnya.     

Anak buah tadi mengerti dan lekas membuka borgol dan apapun yang membelenggu Nathan Ryuu. Kemudian, mereka menyeka dan membersihkan tubuh Onodera muda dan memberikannya kursi nyaman untuk diduduki sembari menghidangkan teh.     

Meski masih tak percaya akan apa yang terjadi, tapi Nathan Ryuu tidak berkata apa-apa dan sibuk menyesap teh hangatnya, sesuatu yang dia butuhkan karena sejak kemarin dia tidak diberi makan dan minum.     

Onodera tua ikut duduk di samping putranya sambil bertanya, "Mana yang sakit? Biar ayah balaskan untukmu."     

Nathan Ryuu memutar matanya, bisa-bisanya sang ayah masih bercanda seolah dia bocah TK yang baru di-bully teman mainnya.     

Tak berapa lama, datanglah ayah dan anak Al Faiz ke halaman belakang itu dengan langkah terburu-buru.     

"Ada apa ini? Kenapa malah dia dikeluarkan dan duduk enak seperti itu?" Zaidan melotot saat melihat Nathan Ryuu sedang menyesap teh hangatnya ditemani roti.     

Dorr!     

Segera saja Onodera Shigeru mengeluarkan senapan dari balik jasnya dan menembak ke Zaidan.     

"Argh!" Zaidan mengerang kesakitan ketika pahanya ditembus timah panas dari Onodera tua. Dia berguling-guling di rumput sambil memegangi pahanya yang mengeluarkan banyak darah.     

Semua orang terkejut, bahkan tuan rumah dan ayah Zaidan!     

"Tuan Onodera, apa-apaan ini?" tanya Tuan Al Hasaud dengan wajah panik.     

Mendengar siapa yang disebut, Zaidan dan ayahnya melotot kaget. Ternyata tamu yang berada di sebelah Nathan Ryuu adalah Onodera tua, si ayah!     

"Tuan Al Hasaud, kau ingin semua bisnismu digulung? Aku sudah menemui Yang Mulia Hussein dan Beliau akan langsung mengangguk jika aku mengatakan sesuatu." Onodera Shigeru menoleh ke Tuan Al Hasaud, menjadikan tuan rumah ciut seketika dan bungkam.     

Ayah Zaidan tidak bisa membiarkan ini begitu saja. "Kenapa kau membela orang luar, Arfan!" teriaknya.     

Dorr!     

Senapan Onodera Shigeru kembali menyalak dan seketika saja ayah Zaidan sudah roboh di rumput tanpa nyawa. Zaidan menjerit keras-keras melihat ayahnya sudah menjadi mayat.     

Dorr!     

Kali ini, paha lain Zaidan sudah ditembus timah panas. "Kau yang menyiksa putraku? Apa kau tak tahu dia putra kesayanganku?" Onodera Shigeru melotot bengis ke Zaidan sembari mengacungkan senapannya ke arah lelaki yang sedang mengerang kesakitan.     

"Ampuni aku … ampuni aku …." Zaidan merengek seperti anak kecil.     

Dor! Dor!     

Kedua betis Zaidan sudah berlubang.     

"Ahh … tidak kusangka kemampuan menembakku sedikit menurun saat ini," keluh Onodera tua sambil menyisir rambutnya menggunakan jari, seakan dia sedang kecewa.     

Semua orang di sana membelalak, mengutuk keras-keras kesombongan Onodera tua dalam benak masing-masing. Semua tembakannya tepat tanpa meleset satupun dan itu masih dikatakan mulai menurun kemampuannya? Semenyebalkan apa lelaki tua itu jika sedang pamer?     

Hanya Nathan Ryuu yang tetap santai dan tidak heran dengan kelakuan ayahnya.     

"Tu-Tuan Onodera … apakah Anda … Anda tidak takut dihukum atas kejahatan ini?" Tuan Al Hasaud gugup menyampaikan pertanyaannya.     

"Memangnya kenapa? Kalau mau dijebloskan ke penjara, silahkan saja, toh aku bisa memesan penjara paling nyaman di negeri ini. Pastinya negara kaya ini tidak kekurangan penjara nyaman, kan? Ha ha ha!" Onodera Shigeru begitu santai menanggapi pertanyaan tadi.     

"Oyaji, berikan senapanmu padaku." Nathan Ryuu mulai bersuara.     

Mengetahui apa niat putranya, Onodera Shigeru menggeleng dan berkata, "Ini punyaku, tak boleh disentuh siapapun meski kau anak kesayanganku. Pakai punyamu sendiri."     

Melihat di salah satu kerumunan anak buah ayahnya ada salah satu yang dia kenal, dia berjalan ke orang tersebut.     

Mata Onodera tua melihat tindakan anaknya dan dia lekas mengambil tindakan.     

Dor!     

Cukup satu peluru untuk membuat Zaidan Al Faiz tidak lagi mengerang karena dia sudah tergeletak dengan mata membelalak dan tidak bisa bergerak lagi. Mati.     

Nathan Ryuu menoleh ke belakang dan melihat Zaidan sudah menjadi mayat. "Oyaji!" teriaknya marah.     

"Ha ha ha!" Onodera Shigeru malah tertawa dan kemudian menyimpan senapannya, siap menerima konsekuensi karena sudah membunuh 2 orang sekaligus.     

-0—00—0-     

"Ayolah, jangan cemberut begitu, Ryuu. Lihat! Kamar Ayah begitu luas dan semua fasilitas ada di sini! Begitu nyaman!" Onodera Shigeru menerima Nathan Ryuu yang berkunjung ke kamar penjaranya.     

Nathan Ryuu menyahut sembari suaranya terkesan datar, "Aku tahu ini memang nyaman untukmu, tapi sampai kapan kau akan ada di sini?"     

"Tenang saja, Sultan Hussein menjanjikan aku hanya perlu di sini selama beberapa bulan saja karena aku sudah berkontribusi banyak untuk dia dan negaranya." Demikian Onodera Shigeru menenangkan putranya. "Hei, Nak, ketimbang kau mengganggu ayahmu di sini, bukankah sebaiknya kau kembali ke anak dan istrimu? Mereka pasti sudah sibuk menangis menunggumu."     

Mata Nathan Ryuu lurus memandang ayahnya, mencari-cari apakah ada muslihat yang sedang dilakukan sang ayah, karena dia sudah terbiasa dengan itu. Benarkah orang tua di dekatnya ini suka rela begini masuk ke penjara?     

"Kau tahu, Ryuu … salah satu anak buahmu menghubungiku dan memberitahukan situasimu di sini. Dia juga mengirimkan sebuah berkas yang luar biasa. Kau tahu, dosa-dosa milik Al Faiz!" Onodera tua memaparkan hal yang pastinya ingin didengar Nathan Ryuu saat ini.     

"Ryuu, keluarga Al Faiz, mereka memiliki sebuah kelab mengerikan di jantung kota Abu Dhabi yang menampung banyak pertunjukan menjijikkan." Lalu Onodera tua bergidik.     

"Aku sudah tahu itu, makanya aku hendak mengajukan bukti itu pada penguasa di sini. Tapi sepertinya kau yang menyerobot itu terlebih dahulu, Oyaji." Nathan Ryuu menatap datar ayahnya.     

"Ha ha ha! Ayolah … berbagi hal penting dengan ayah bukan sesuatu yang buruk, kan? Itu justru akan aku hitung sebagai baktimu padaku. Yah, setidaknya aku tidak meminta berbagi istri, ya kan?" Lalu, mata Onodera tua mengerling jenaka penuh akan sindiran halus untuk Nathan Ryuu.     

Tentu saja Onodera muda paham kalau ayahnya sedang membicarakan mengenai Ruby yang menjadi milik ayah dan anak Hong kala itu.     

"Aku pulang dulu kalau begitu. Baik-baik saja di sini dan jangan membuat ulah memalukanku." Nathan Ryuu bangkit berdiri dan melangkah ke pintu.     

"Haiihh … mana mungkin aku memalukanmu? Kau ini, dasar bocah nakal! Oi, salam untuk menantu dan cucuku! Aku maafkan karena kau menyembunyikan itu dariku!" Onodera tua masih sempat berkata demikian sebelum putranya keluar dari kamar penjaranya.     

Nathan Ryuu bergegas pergi ke bandara untuk terbang pulang ke Tokyo. Dia sudah sangat merindukan Reiko dan Rui.     

Di jet pribadinya, Nathan Ryuu membaca berita mengenai penggerebekan bisnis kelab malam ilegal milik Al Faiz dan juga membongkar mengenai banyak kejahatan yang dilakukan ayah dan anak itu seperti human trafficking, prostitusi ilegal, dan banyak lainnya yang menggemparkan dunia ketika itu terekspos melalui internet.     

Ayahnya memang dikenai hukuman penjara dan saat ini masih menjalani sidang pengadilan. Tapi, Onodera tua sudah tidak peduli karena dia merasa dia sudah tua dan sudah mengecap semua kenikmatan dunia. Matipun dia sudah tak mempermasalahkannya.     

Itulah kenapa, dia nekat menembak Yazdan Al Faiz dan tidak mengizinkan putranya membunuh Zaidan. Karena dia tidak ingin Nathan Ryuu menanggung hukum untuk itu. Biar dia saja yang memikul semuanya.     

"Anggap saja ini penebusan dosaku padamu, Ryuu," bisik Onodera tua sambil menatap jeruji penjaranya usai Nathan Ryuu pergi. Dia teringat dulu dia sudah mengecewakan sang putra ketika dia berpihak pada orang yang melawan Ruby dan Vince Hong. Dia harap, tindakan pengorbanan dia kali ini bisa menghapus kekecewaan di hati sang putra.     

Nathan Ryuu tiba di Narita pada esok harinya dan bergegas menuju ke villa. Sudah tak sabar menemui Reiko dan Rui.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.