Inevitable Fate [Indonesia]

Menilik Kembali Kehidupan Si Pendengki



Menilik Kembali Kehidupan Si Pendengki

0Runa. Bagaimana nasib Runa saat ini? Tentu dia jauh dari level dibandingkan Reiko. Yah, itu juga dia sendiri yang memilih jalan itu, dia sendiri yang memilih untuk menyimpan iri dan kedengkian dia terhadap Reiko.     
0

Andaikan dia tidak begitu, tentu saja kehidupannya akan lebih tentram dan mungkin saja lebih makmur sejahtera bersama Zuko.     

Sayang sekali, Runa terlalu gelap mata akan silau gemerlap dunia yang susah dia tahan. Kesuksesan Reiko merupakan pemicu jiwa gelap dia keluar.     

Kini, dia hanyalah budak milik Zaidan bin Yazdan Al Faiz. Dia dijual dari satu pria ke pria lain, bahkan kadang dijadikan bahan tontonan kelab gelap kaum elit yang biasa mengadakan pertunjukan gila yang berkaitan dengan pelecehan dan penyiksaan pada tak hanya perempuan, tapi juga lelaki muda atau dewasa bahkan anak-anak.     

Tubuh Runa sudah rusak dan tak layak lagi, tapi Zaidan bin Yazdan Al Faiz terus mempekerjakan dia melayani siapapun yang ingin.     

Di kediamannya, Zaidan bin Yazdan Al Faiz berkata pada salah satu selir kesayangannya. "Runa sudah mulai menurun performanya. Tubuhnya sudah tak segar lagi. Sudah mulai jarang lelaki yang menyewanya."     

Vanessa yang merupakan selir kesayangan, berkata, "Honey, kenapa masih mempertahankan manusia tak berguna seperti Runa? Bukankah dia lebih baik dibuang saja ke jalanan? Toh dia sudah tidak memiliki sesuatu yang bisa dijual."     

Tentu saja Vanessa menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan Runa sejatuh-jatuhnya. Dulu, dia bersaing ketat dengan Runa dan berhasil membalikkan keadaan sehingga dia bisa kembali menjadi selir kesayangan Zaidan bin Yazdan Al Faiz. Dia sudah tidak mungkin diterima kembali oleh keluarganya di Amerika, oleh karena itu, hanya Zaidan saja merupakan tempat terakhirnya menggantungkan nasib dan hidup sejahtera.     

"Tapi, Va, aku masih ingin memeras dirinya hingga tetes terakhir." Zaidan bin Yazdan Al Faiz masih menyimpan dendam dan geram pada Runa yang dianggap membuat ayahnya dan dia merugi sangat banyak saat Runa salah memberikan data SortBank.     

Bagi Zaidan bin Yazdan Al Faiz, hukuman bagi Runa belum bisa usai jika gadis itu belum benar-benar kering.     

Kemudian, mendadak saja, Vanessa memiliki ide, "Ahh! Honey, aku punya akal agar dia masih bisa memberikan keuntungan bagimu."     

Mata Zaidan bin Yazdan Al Faiz berbinar. Tidak salah jika dia menganggap Vanessa adalah selir terbaik dia. Vanessa sering mencetuskan ide-ide menarik dan terdengar cerdas. "Apa itu?" tanyanya sambil meremas pantat besar Vanessa.     

"Kalau Runa sudah tidak laku lagi di kalangan lelaki dan wanita, mungkin dia laku di kalangan binatang." Mata biru Vanessa berbinar saat menatap Zaidan bin Yazdan Al Faiz.     

"Ahh … kau ini … sungguh my baby! Ha ha ha!" Zaidan bin Yazdan Al Faiz merasa ide Vanessa begitu brilian.     

Benar juga, jika tak laku di manusia, kenapa tidak mencoba pada binatang saja, demikian pikir Zaidan bin Yazdan Al Faiz menyetujui ide Vanessa.     

Maka, pada keesokan petang, saat Runa baru saja bangun tidur dengan tubuh bagaikan remuk usai kemarin melayani 10 lelaki sekaligus, dia sudah diseret ke kamar mandi oleh anak buah Zaidan bin Yazdan Al Faiz.     

"Tak perlu bersikap kasar begitu, bisa kan?" rutuk Runa sambil berteriak keras.     

Plak!     

"Arghh!" Runa memekik sambil memegangi kepalanya yang ditampar keras oleh anak buah Zaidan bin Yazdan Al Faiz.     

"Mau lagi?" tanya si anak buah. Dia sengaja menampar di bagian kepala, bukan wajah, karena Zaidan bin Yazdan Al Faiz melarangnya. Bagaimanapun, Runa adalah komoditi yang harus terlihat mulus dan bersih tanpa luka. Runa hanya boleh dilukai oleh penyewanya saja yang telah membayar, tidak berlaku untuk anak buah Zaidan.     

Menahan tangisnya, Runa mandi, dan bahkan kedua anak buah Zaidan bin Yazdan Al Faiz tetap berdiri di ambang pintu kamar mandi, memandangi Runa yang sedang mandi.     

Mereka tertawa terkekeh sambil mengelus selangkangan mereka. Runa merasa jijik akan pandangan mesum mereka. Ini sudah keempat kalinya dia mandi sembari di bawah tatapan anak buah Zaidan bin Yazdan Al Faiz.     

Salah satu anak buah mendekat ke Runa, menarik wanita itu dan memaksa Runa berlutut. Setelahnya, si anak buah menurunkan celananya dan menjejalkan batang jantan dia ke mulut Runa.     

Mau tak mau, Runa melakukannya daripada kena pukul lagi di kepala. Dia bahkan harus menahan sakit ketika rambutnya ditarik sambil kepalanya digerakkan maju mundur dan dia akan terbatuk setelah sodokan terlalu dalam si anak buah.     

"Hei, jangan berhenti!" Anak buah 1 menghardik Runa sambil memelototinya. "Aku belum keluar! Tak usah pura-pura batuk!"     

"Aku … uhuk! Umpghh!" Runa sudah dijejali lagi dengan benda besar nan panjang yang segera memenuhi mulutnya sampai matanya terpejam saking menahan rasa tak nyaman di pangkal mulutnya. Sodokan si anak buah terlalu dalam, bisa-bisa dia muntah setelah ini.     

"Hei, Bung! Kau yakin tak ingin ikut bersenang-senang?" Anak buah 1 berkata pada anak buah 2.     

Anak buah 2 terkekeh. "Kupikir kau tak mau diganggu, Kawan!" ujarnya sembari mendekat dan tangannya mulai menurunkan resleting celananya.     

Dalam menit-menit berikut, Runa harus melayani kedua anak buah Zaidan bin Yazdan Al Faiz. Dia menahan rasa pedih ketika batang besar mereka berdua bergantian menusuk di kedua lubang selatan dirinya.     

Setelah keduanya puas dan mencapai klimaks, mereka akan menyuruh Runa membersihkan diri sebersih mungkin tanpa meninggalkan jejak mereka di tubuhnya.     

Runa hanya bisa menjerit dan menangis di hatinya. Ini sudah belasan kali dia dibeginikan oleh anak buah Zaidan bin Yazdan Al Faiz. Bahkan dia tidak mendapatkan uang sama sekali!     

Setelah Runa selesai membersihkan diri dengan baik, dia digiring keluar dari sana tanpa pakaian yang pantas. Hanya diberi gaun tipis transparan seperti karung yang hanya perlu dipakaikan saja di dirinya agar dianggap pakaian.     

Kemudian, Runa dibawa ke kelab seperti biasa jika dia harus tampil di panggung untuk menyajikan pertunjukan kotor.     

"Kali ini … apa lagi?" desah Runa. Tubuhnya sudah sangat letih dan merasa tulang-tulangnya sudah tak memiliki sumsum lagi karena saking lemasnya.     

Lalu, ketika akhirnya giliran dia tampil, ternyata dia dipasangkan dengan anjing sebanyak 2 kali. Runa memejamkan mata saat dirinya dipermalukan seperti itu.     

Saat dia melihat ke area penonton yang hanya dibatasi kaca seperti akuarium, penonton di depannya terlihat puas dan senang. 'Mereka benar-benar orang sakit! Mereka orang gila! Terkutuk mereka semua! Termasuk kau, Zaidan!' Pandangan Runa tertuju kepada Zaidan bin Yazdan Al Faiz yang duduk di kursi khusus sambil didampingi Vanessa dan Mischa.     

Runa memejamkan mata, berharap siksaan ini berakhir.     

"Rei-chan …." bisiknya lirih sambil air matanya jatuh.     

Usai pertunjukannya, Runa dibawa ke hadapan Zaidan bin Yazdan Al Faiz di ruang lain.     

"Runa, aku lihat minat penonton padamu mulai tumbuh setiap mereka melihat kau bermesraan dengan binatang. Kalau begitu, mulai sekarang, kau bisa kupasangkan dengan binatang setiap naik panggung."     

"Apa?!" Runa membelalak kaget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.