Inevitable Fate [Indonesia]

Lelahnya Menjadi Reiko



Lelahnya Menjadi Reiko

0"Aku ingin dan berharap, agar jadwalku nantinya di sini menyesuaikan dengan jadwal aku dengan anakku dan bisnis yang sedang aku jalani." Reiko berkata sambil memantapkan suaranya agar tidak gemetar.     
0

Nyonya Revka dan Nathan Ryuu diam. Mereka tidak pernah melihat Reiko memiliki keteguhan semacam itu untuk bernegosiasi dengan seseorang.     

"Hm, menarik!" Nyonya Revka menanggapi dengan kalimat itu, lalu melanjutkan bicara, "Aku paham situasi kamu yang memiliki bayi, Reiko."     

Dari cara Nyonya Revka memanggil Reiko, itu menyiratkan bahwa Beliau sedang serius. Ini membuat Reiko berdebar-debar luar biasa. Apakah dia terlalu berlebihan meminta itu? Apakah dia menyinggung calon bosnya? Apakah permintaannya tak layak?     

"Tidak masalah!" Nyonya Revka berujar lagi sembari tangannya menampar meja di depannya. "Ha ha ha! Hal seperti itu bisa kita diskusikan dengan mudah nantinya di masa depan!"     

Alangkah leganya hati Reiko. Dia pikir dia akan ditolak Nyonya Revka. Dia sudah mempersiapkan patah hatinya andaikan ditolak, tapi ternyata itu tidak terjadi! Dia diterima! Permintaannya diterima!     

Reiko menghela napas lega sambil tersenyum lebar. "Terima kasih, Nyonya! Terima kasih! Sungguh saya berterima kasih atas pengertian Nyonya!" Dia berulang kali melakukan ojigi di kursinya.     

"Ahh, santai saja! Bukankah kita ini harus bisa bekerja sama dengan baik? Kau kuanggap sebagai mitra kerjaku dalam mendapatkan uang, Rei-chan!" Lalu, Nyonya Revka tertawa keras tanpa ditahan-tahan, suaranya menggema di ruangan luas itu. Setelah berhenti tertawa, tatapan tajam Beliau menusuk ke mata Reiko dan berkata, "Kuharap semua mitraku bisa mengikuti alur kerjaku agar semua pihak terasa enak dan nyaman."     

Napas Reiko seakan tercekat ketika mendapatkan tatapan semacam itu dari Nyonya Revka, seperti jiwanya digedor godam sehingga dia terkejut. Tapi, dia masih bisa menjawab, "I-Iya, Nyonya!"     

"Ya sudah, kemarikan dokumen yang sudah kau tanda tangani." Nyonya Revka mengetukkan jemari dengan kuku akrilik mahalnya ke kaca meja, menunggu Reiko melakukan apa yang Beliau mau.     

Nyonya Revka sengaja tidak mengulurkan tangan saat meminta formulir perjanjian kontrak Reiko, karena bagi Beliau, itu seperti sikap peminta-minta. Beliau tak mau merendahkan diri di level itu. Dia adalah bos, dan pantang menengadahkan tangan ke orang lain, meski dia membutuhkan orang itu sekalipun.     

Reiko menyodorkan map berisi surat perjanjian kontrak yang telah dia tanda tangani, tentu saja menggunakan stempel yang biasa dimiliki orang Jepang sebagai tanda tangan resmi, bukan tanda tangan manual ala orang Indonesia.     

Yah, di Jepang memang tidak memakai tanda tangan manual, mereka memakai stempel dengan ukiran nama lengkap mereka di sana sebagai tanda resmi yang sama kekuatannya di mata hukum seperti tanda tangan manual.     

Nyonya Revka mengambil map itu dan membukanya, mengangguk-anggukkan kepala ketika dia sudah melihat tanda tangan dari Reiko.     

Setelah berbincang sebentar, Reiko dan rombongan kecilnya keluar dari ruangan tersebut. Nyonya Revka menyerahkan daftar jadwal yang harus dijalani Reiko.     

"Hubungi aku jika kau memiliki keberatan dengan suatu jadwal di sana." Begitu Nyonya Revka berkata pada Reiko sebelum mereka berpisah.     

"Baik, Nyonya. Kami permisi pamit pergi." Dia melakukan ojigi sambil memeluk bayinya dan meninggalkan Nyonya Revka.     

Tak lupa, Reiko mampir sebentar ke dorm Synthesa dan bertemu bekas rekan grupnya. Mereka sangat bersemangat melihat Rui ikut bersama Reiko menemui mereka.     

Setelah itu, Reiko bersama suami dan anaknya pergi meninggalkan G&G. Senyum terus ada di wajahnya karena lega dan senang. Sebentar lagi dia bisa kembali ke panggung untuk bernyanyi.     

-0—00—0-     

Nyonya Revka menepati janjinya dan bersedia berdiskusi jika ada jadwal Reiko yang berbenturan dengan kegiatan kesehariannya.     

Reiko akan membalas kebaikan Nyonya Revka dengan berlatih sekeras mungkin jika sedang ada di G&G. Berlatih vokal lebih keras, berlatih tari lebih keras. Dia harus memberikan yang terbaik karena Nyonya Revka sudah sangat baik dan pengertian padanya.     

Reiko berjuang menyeimbangkan aktivitas dia untuk Rui dan Nathan Ryuu, aktivitas untuk mengatur bisnisnya, dan aktivitas di G&G. Meskipun lelah, dia tidak mengeluh sedikitpun. Ini sudah menjadi pilihan dia.     

Lelah merupakan konsekuensi berbanding lurus dengan apa yang dia terima, karena itu yang sudah dia putuskan.     

"Sayank, kau yakin tidak lelah memasak untuk Rui?" tanya Nathan Ryuu ketika istrinya pulang di sore hari setelah selesai berlatih di G&G.     

"Ohh, tenang saja, aku masih ada tenaga untuk anakku." Reiko mencacah kecil-kecil sayuran dan daging untuk dijadikan pelengkap bubur nasi tim.     

Saat ini, Rui sudah berumur 8 bulan dan sudah bisa diperkenalkan dengan makanan bertekstur lebih kasar, tidak bubur halus lagi. Oleh karenanya, Reiko mulai rajin mencari resep membuat bubur nasi saring untuk putranya.     

Nathan Ryuu mendekat ke istrinya dan berbisik, "Kau pastinya juga punya tenaga untukku, kan sayank?" Lalu tangan sang Onodera menarik pelan dagu Reiko agar bisa menautkan pagutan bibirnya ke bibir Reiko.     

Reiko pasrah menerima ciuman lembut itu tapi dia menepuk dada suaminya sambil berkata, "Kau ini! Masih ada chef dan maid di dekat kita!"     

"Ha ha ha! Aku yakin mereka justru lebih suka kita saling mencintai begini ketimbang melihat kita bertengkar." Nathan Ryuu terkekeh sambil melirik chef dan maid yang tak jauh dari mereka, sedang memalingkan pandangan dengan sikap kikuk.     

Mana peduli Onodera blasteran Perancis ini! Kalau dia ingin bersikap mesra pada istrinya, yah dia akan melakukan itu meski ada orang lain di sekitarnya, siapapun itu.     

Kemudian, malam hari jam setengah 7, Reiko memberi makan Rui di kursi khusus bayi sembari mereka berada di ruang makan. Setelah Rui selesai makan, Reiko akan memanggil salah satu maid untuk membawa Rui jalan-jalan sebentar di sekitar rumah saja sembari dia dan suaminya bersantap malam sampai selesai.     

Lalu, pada malam harinya, Reiko sudah bersiap hendak menerima keintiman dari suaminya.     

Namun, ketika Nathan Ryuu selesai dari kamar mandi, dia melihat istrinya sudah tergolek lelap di atas kasur meski telah memakai lingerie seksi warna hitam.     

Tak tega membangunkan Reiko, Nathan Ryuu menahan hasratnya dan memahami kelelahan sang istri hari ini dan memutuskan mengurungkan kegiatan intim mereka saja.     

-0—00—0-     

Pada esok paginya, Reiko bangun dengan terkejut karena dirinya sudah berada di dalan selimut. Dia segera ingat bahwa semalam dia ketiduran saat menunggu suaminya di kamar mandi.     

"Astaga!" Dia duduk dan menyadari suaminya sudah tak ada di kasur. Memakai mantel kamar setelah turun dari tempat tidur, Reiko mencari suaminya.     

Ketika di taman samping, dia melihat Nathan Ryuu sudah bersama Rui di sana. Kedua lelaki beda generasi itu sedang berbincang antah-berantah.     

Reiko tersenyum dan mendekat. Hatinya terharu, betapa lengkap hidupnya karena memiliki kehidupan sempurna. Itu semua berkat Nathan Ryuu, tentu saja dia mengerti itu.     

Karenanya, Reiko bertekad tidak akan mengkhianati sang suami untuk apapun dan siapapun!     

"Sayank! Lihat! Rui sudah bisa mengucapkan papa padaku! Nah, Rui, coba ulangi lagi, jagoan! Pa-pa!"     

Ketika mata Rui menangkap sosok ibunya, dia malah berkata, "Mama!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.