Inevitable Fate [Indonesia]

Reiko Bernegosiasi



Reiko Bernegosiasi

0"Kau yakin bisa melakukan itu nantinya? Kau akan sangat sibuk setelah ini, Rei. Akan ada banyak jadwal manggung untukmu dan apalagi promosi." Nathan Ryuu agak menyangsikan ikrar Reiko.     
0

Wanita itu terdiam sejenak, merenungkan ucapan suaminya. Apakah dia harus melepaskan semua bidang usaha yang telah dia kelola selama ini?     

Reiko memandang suaminya dan berkata, "Aku akan tetap mengurus semuanya, aku akan mencobanya, Ryuu, beri aku kesempatan untuk itu."     

"Baiklah, aku akan membiarkan kau mengelola semuanya seperti biasa." Nathan Ryuu mengangguk. "Lalu, bagaimana jika ternyata kau tak sanggup?"     

"Aku akan mengatakannya padamu jika aku ternyata tidak sanggup." Reiko yakin dia sudah memutuskan yang terbaik sesuai dengan pilihan nuraninya.     

-0—00—0-     

Pagi hari, Reiko mempersiapkan MPASI (Makanan Pendamping ASI) seperti yang sudah dia pelajari dari berbagai resep terpercaya.     

"Nyonya, kenapa harus membuat sendiri?" Maid Miwa bertanya ketika melihat Reiko bersusah payah di dapur untuk membuatkan bubur MPASI untuk Rui.     

"Ohh, selama aku masih bisa membuat sendiri, maka aku akan melakukannya." Reiko sembari tersenyum ketika menjawab perkataan salah satu maid-nya.     

"Nyonya sungguh mandiri." Maid Miwa sampai tersenyum karena kagum akan sikap mandiri Reiko.     

"Ha ha ha … aku terbiasa begini sejak kecil, melakukan semuanya sendiri agar tidak merepotkan orang lain." Reiko sambil mulai menyaring bubur untuk Rui. "Oh ya, apakah makanan nasi lembek untuk obaa-chan sudah disiapkan?"     

"Sudah diberikan ke obaa-sama oleh Kaori, Nyonya. Setengah jam lalu. Nasi dan lauk lengkap, dibawa ke kamarnya." Maid Miwa menjawab.     

"Ahh, syukurlah kalau sudah." Reiko lega para maid di rumah ini begitu cekatan dan paham tanpa perlu disuruh dua kali.     

Setelah selesai membuat MPASI, Reiko membawanya ke kamar sang putra. Kamar itu tentu luas dan penuh akan pernak-pernik anak kecil. Meski begitu, Reiko terkadang membawa anaknya tidur bersama dia di malam hari karena belum tega membiarkan Rui tidur sendirian saja di kamarnya.     

Hanya ketika pagi saja Rui banyak ditaruh dikamarnya. "Rui! Ayo makan! Rui sudah mandi, sudah ganteng, waktunya makan pagi!"     

Di kamar Rui ada Nathan Ryuu juga.     

Maka, Nathan Ryuu akan menggendong Rui, lalu Reiko yang menyuapi sambil mereka aktif berceloteh agar Rui senang.     

"Sepertinya dia sedang malas di kamar. Ayo kita bawa dia ke luar sebentar." Nathan Ryuu melihat putranya sedikit bosan dan tidak bersemangat seperti kemarin. Ini sudah 3 kalinya Rui makan di kamar, mungkin bocah itu benar bosan.     

Maka, masih menggendong Rui, Nathan Ryuu keluar dari kamar putranya diikuti Reiko di belakangnya, menuju ke teras halaman samping vila. Di sana, mereka mencari tempat yang nyaman agar Rui merasa tenang dan suka cita saat makan.     

Nathan Ryuu dan Reiko sungguh menikmati acara menyuapi anak makan. Mereka berjanji akan sebanyak mungkin meluangkan waktu bersama anak.     

"Nanti siang jadi ke G&G?" tanya Nathan Ryuu ketika Reiko menyuapkan bubur ke Rui.     

"Ya. Apakah kalian ikut?" tanya Reiko.     

"Tentu saja. Aku takut kau ditelan nyonya Revka. Dia wanita berbahaya." Nathan Ryuu berlagak memasang wajah memperingatkan.     

"Ahh, Ryuu! Apanya yang berbahaya? Nyonya Revka itu hanya tegas dan serius." Reiko membela calon bosnya.     

"Pokoknya nanti aku ingin ikut dengan si jagoan ini juga!" Nathan Ryuu menoleh ke anaknya yang sedang mengunyah sambil dua kaki kecilnya berayun-ayun heboh ketika melihat tampang ayahnya yang dibuat lucu.     

.     

.     

Siang hari, setelah Rui bangun tidur, dia dan Nathan Ryuu membawa sang putra ke G&G. Reiko harus menemui sang pemilik agensi untuk menyerahkan formulir kontrak.     

Kali ini, Reiko dan Nathan Ryuu turun dari mobil sekaligus membawa Rui. Tentu saja mereka membungkus Rui dengan sangat baik agar tidak sembarangan bisa dilihat orang yang berpapasan dengan mereka.     

Namun, ternyata rombongan kecil Reiko diminta menggunakan lift khusus yang bisa langsung menuju ke depan ruangan pribadi Nyonya Revka.     

Maka, patuh akan keputusan itu, mereka masuk ke lift tersebut setelah turun dari mobil. Lift sungguh membawa mereka ke depan ruang pribadi bos G&G.     

"Rei-chan! Aku pikir kau batal ke mari! Lihat, ini sudah hampir jam 1 siang! Aku sampai menahan lapar belum makan siang gara-gara menunggumu." Nyonya Revka memasang tampang memelas sekaligus cemberut yang lucu ketika Reiko masuk. "Ehh! Si bocah juga diajak!" Mata Beliau tertuju pada Rui di gendongan Reiko.     

"Maafkan keterlambatan kami, Nyonya. Kami harus menunggu Rui terlebih dahulu agar bisa diajak kemari." Reiko sambil membungkuk sedikit agar dimaklumi.     

"Ya sudah, ya sudah! Perutku ini kuat, kok! Masih bisa menunggu sampai malam nanti! Ha ha ha! Tenang saja!" Nyonya Revka mendekat ke Reiko untuk melihat Rui. "Wah, tampan sekali dia! Bagaimana kalau jodohkan saja dia dengan anakku?"     

"Bukankah anak Nyonya sudah besar semua?" timpal Nathan Ryuu. "Bahkan sepertinya anak bungsu Nyonya sudah remaja dan itu seorang pemuda."     

"Ha? Aha ha ha ha!" Nyonya Revka tertawa lepas, hampir mengagetkan Rui di gendongan Reiko. "Tuan Muda Onodera, Anda ternyata diam-diam merupakan penguntit saya dan keluarga saya!" Dia berlagak malu-malu ke Nathan Ryuu.     

"Tidak bermaksud menjadi penguntit, hanya pernah membaca artikel mengenai Nyonya di sebuah majalah." Nathan Ryuu masih berbaik hati menaruh senyuman di wajahnya.     

"Jadi … kita tidak bisa jadi besan?" tanya Nyonya Revka sekali lagi.     

"Anak bungsu Anda seorang lelaki, Nyonya. Di atasnya ada anak perempuan, tapi itu sudah menjadi mahasiswi." Nathan Ryuu menolak secara halus.     

"Haiyaa! Aku bisa membuatkannya lagi untuk anakmu!" Nyonya Revka seakan tak kehabisan kalimat dalam menjawab Nathan Ryuu.     

Reiko ingin terbatuk mendengar ucapan Nyonya Revka. Betapa sesuka hati sekali calon bosnya ini!     

"Baiklah, baiklah! Diskusi mengenai besan kita tunda dulu. Ayo, kita bicarakan mengenai kontraknya." Nyonya Revka mempersilahkan kedua tamunya plus 1 bayi, duduk di kursi seberang Beliau.     

"Nyonya, sebelum aku menyerahkan berkasnya, bolehkah aku meminta sesuatu dari Nyonya?" Reiko memberanikan diri bertanya.     

Nyonya Revka diam sekian detik dengan kening berkerut, lalu dia berkata, "Wah, apakah kau ingin melakukan negosiasi denganku?"     

"Iya." Meski sebenarnya Reiko berdebar-debar, tapi dia meneguhkan niatnya demi dia dan keluarganya.     

"Hm …." Nyonya Revka menghela napas sembari memandang Reiko dan Nathan Ryuu. "Baiklah, coba katakan apa yang kau inginkan."     

Reiko menelan salivanya terlebih dahulu. Ini adalah pemikirannya sendiri yang belum dia bicarakan dengan suaminya.     

Tak pelak Nathan Ryuu menoleh ke Reiko dengan pandangan heran. Tatapan Onodera ditangkap oleh Nyonya Revka sehingga beliau berpikir apapun yang akan diucapkan Reiko pastinya bukan hasil setiran suaminya.     

Menarik! Begitu batin Nyonya Revka.     

"Aku ingin dan berharap, agar jadwalku nantinya di sini menyesuaikan dengan jadwal aku dengan anakku dan bisnis yang sedang aku jalani." Reiko berkata sambil memantapkan suaranya agar tidak gemetar.     

Nyonya Revka dan Nathan Ryuu diam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.