Inevitable Fate [Indonesia]

Syarat dari Nathan Ryuu



Syarat dari Nathan Ryuu

0Setelah Nathan Ryuu dan yang lainnya tiba di vila, mereka lekas membawa Bu Zein agar bisa beristirahat di kamar yang sudah disiapkan.     
0

Reiko juga mulai memperkenalkan Rui kepada para maid yang mengerang terharu dan suka cita melihat betapa tampan dan manisnya Rui. Bocah yang hampir berusia setengah tahun itu terlihat aktif dan mudah tertawa, sangat ramah seperti orang tuanya.     

-0—00—0-     

"Apakah Oma bisa pergi ke makam Rurike?" tanya Bu Zein suatu pagi saat berjemur bersama Rui ditemani Reiko.     

"Tentu saja, Oma. Akan aku atur jadwal yang tepat untuk itu." Reiko mengangguk.     

"Maafkan karena Oma merepotkan kamu, Reiko."     

"Oma jangan berkata seperti itu. Sudah kewajibanku sebagai cucu untuk memberikan yang terbaik sebagai rasa cinta dan balas budi kepada Oma."     

"Ah! Aku ini memberimu apa sampai kau harus membalas budi padaku?" Bu Zein tertawa ringan.     

"Oma sudah memberikan kelahiran pada wanita hebat bernama Rurike sehingga aku ada di dunia ini dan merasakan kehidupan yang berarti dan menemukan kebahagiaan. Itu tentu saja berkat Oma." Reiko menjawab secara diplomatis.     

"Ho ho ho … kau ini cucu yang pintar menyenangkan hatiku …." Bu Zein terkekeh sambil mengelus pipi Reiko.     

-0—00—0-     

3 hari setelahnya, Reiko mengajak Bu Zein pergi ke pemakaman Rurike di Kamakura. Nathan Ryuu juga menyertainya, dan tak lupa si kecil Rui juga.     

Ketika sampai di depan nisan marmer Rurike yang menjadi satu dengan suaminya, Bu Zein menangis. Beliau mengelus penuh sayang nisan itu sambil meratap sedih, "Putriku … putriku tersayang … Mami datang … hiks … kenapa kamu malah lebih dulu pergi? Kenapa tidak menunggu Mami datang? Hiks! Rike, apa kamu tahu, kamu punya anak yang baik dan hebat. Kamu harus bangga untuk itu, Rike sayankku."     

Reiko ikut menguraikan air mata mendengar ucapan tulus Bu Zein.     

-0—00—0-     

"Rei-chan … saatnya kau ke agensi untuk menandatangani kontrak, bukan?" Nyonya Revka menghubungi Reiko keesokan harinya.     

Ya, Reiko sudah tidak sabar menaiki panggung lagi. Dia suka menyanyi dan ingin terus bisa menyanyi. "Baik, Nyonya Revka."     

Maka, pada siang harinya sebelum tengah hari, Reiko datang bersama Nathan Ryuu ke G&G. Rui berada di dalam mobil mewah dan nyaman mereka bersama maid Nami dan beberapa anak buah yang terus menjaga.     

"Ah! Rei-chan aku sudah kembali!" pekik manja Nyonya Revka dengan suara mendayu genit khas dia. Beliau bangkit dari kursinya dan menyambut Reiko secara hangat, memeluk ibu muda itu. Ketika pelukan dilepas, Beliau bertanya, "Mana si mungil Rui?"     

"Dia … ada di mobil, Nyonya." Reiko tersenyum.     

"Baiklah! Baiklah! Ayo, kita lakukan ini dengan cepat agar Rui-chan tidak rewel ditinggal lama oleh ibunya." Nyonya Revka menyodorkan berkas kontrak ke hadapan Reiko yang sudah duduk bersama Nathan Ryuu.     

"Aku harap kami bisa mempelajari dulu di rumah mengenai berkas ini, Nyonya." Nathan Ryuu berkomentar ketika Reiko membuka map berisi lembaran dokumen perjanjian kontrak.     

Nyonya Revka menatap Nathan Ryuu sejenak. Ada ketidaksukaan dia pada permintaan lelaki Onodera itu. "Baiklah!" Wajah muram Beliau berganti dengan cerah ceria disertai senyum lebar. "Bawa dan pelajari saja dulu, besok kalian bisa datang lagi ke sini setelah yakin."     

Kenapa Nyonya Revka berani mengatakan demikian? Karena dia melihat binar suka cita di mata Reiko. Dari sana, dia yakin Reiko akan antusias dengan tawarannya dan akan membujuk suaminya. Dia bisa melihat betapa Nathan Ryuu sangat memanjakan Reiko.     

Maka, itulah kenapa Nyonya Revka mengiyakan saja keinginan Nathan Ryuu. Meski lelaki Onodera itu hendak bermain jinak-jinak merpati dengannya, namun sayang sekali kunci jawabannya sudah diketahui dari respon Reiko ketika melihat-lihat dokumen itu dengan mata berbinar dan senyum dikulum.     

Tak sia-sia dia dinyatakan sebagai pebisnis tajam di Jepang dalam hal dunia hiburan. Mata biru gelapnya memang tajam saat mengamati sesuatu yang menurut dia penting.     

Bahkan, sebenarnya Beliau yakin Reiko akan kembali ke atas panggung di bawah agensinya.     

Nyonya Revka dulu sengaja tidak berbuat apa-apa kepada Reiko ketika dia diketahui memiliki suami. Beliau membiarkan saja Reiko menjalani itu sendiri tanpa pembelaan darinya.     

Karena apa? Ini adalah sebuah cuti, hadiah dari Nyonya Revka kepada Reiko setelah diuntungkan Reiko. Namun, setelah dia merasa cuti itu cukup, maka Beliau menarik kembali Reiko ke sisinya.     

Ya, Nyonya Revka memang wanita berbahaya, jangan terkecoh pada wajah cantik dan tubuh aduhai dia.     

Setelahnya, Nyonya Revka mempersilahkan mereka keluar dari ruangannya. Reiko dan Nathan Ryuu menemui dorm tempat Synthesa berada.     

Langsung saja, keempat anggota Synthesa memeluk dan menyambut hangat Reiko. Mereka histeris akan suka cita ketika melihat Reiko datang mengunjungi mereka.     

Bahkan, Ayuka menangis haru saat memeluk Reiko, terus menyatakan kerinduannya pada Reiko yang sudah dianggap sebagai kakak.     

Mereka berbincang sejenak mengenai kembalinya Reiko ke agensi. Meski Reiko berkata masih harus mempelajari dokumen perjanjian kontrak dari Nyonya Revka, mereka yakin Reiko akan kembali ke G&G.     

"Rei-chan … tolong kembalilah … menjadi solois tak masalah, yang penting kita satu label lagi!" Aoi membujuk dengan wajah memelas.     

"Rei-chan, aku percaya kau pasti akan di sini bersama kami meski berbeda jalur." Tami juga yakin akan itu.     

"Rei-nee … Rei-neechan … hiks! Aku rindu Rei-nee … hiks!" Ayuka masih tersedu-sedu.     

Reiko tertawa kecil akan tingkah manja Ayuka, si Jenna yang pendiam dan tertutup. Lalu pandangannya tiba pada Rurika. "Ruri-chan … kau baik-baik saja, kan?"     

"Tidak." Rurika menjawab tegas. Wajahnya cemberut.     

"Ehh?" Reiko terkejut dan bingung. Beralih ke Rurika, dia bertanya, "Ada apa, Ruri-chan? Apakah kau marah padaku?"     

"Ya! Aku marah! Aku marah karena kau seenaknya pergi dari sini! Aku marah karena kau jarang menghubungi kami!" Setelah itu, air mata Rurika luruh tak bisa dibendung. Apalagi ketika Reiko memasukkan gadis itu ke dalam pelukannya, dia makin tersedu-sedu.     

Nathan Ryuu melihat itu semua dan tahu dalam hatinya bahwa dia tidak bisa menahan Reiko jika istrinya ingin kembali ke dunia hiburan sebagai penyanyi solo.     

Kemudian, mereka menanyakan Rui. Mengetahui Rui ada di mobil, anggota Synthesa membujuk agar dibolehkan melihat Rui. Mana mungkin Reiko melarang. Dia tentu saja membolehkannya.     

.     

.     

Malam harinya, Nathan Ryuu dan Reiko sama-sama mempelajari dokumen perjanjian kontrak dari Nyonya Revka.     

"Sepertinya sudah tidak ada yang perlu dipelajari lagi dari ini jika jauh di dalam hatimu, kau sudah tak sabar ingin kembali ke sana, sayank." Nathan Ryuu menurunkan lembaran di tangannya sambil menatap sang istri.     

"Ryuu …." Mata Reiko mulai berkaca-kaca. Dia tahu suaminya tidak akan menghalangi mimpi dia.     

"Aku tak masalah kau menggapai impianmu, asalkan tidak melupakan aku dan Rui, itu saja syarat dariku." Nathan Ryuu menaruh kertas di tangannya ke map.     

Reiko mengangguk cepat. "Tentu! Tentu saja aku tidak akan melupakan kalian. Aku juga akan semaksimal mungkin tetap mengatur label bisnisku yang sudah susah-payah kau buat untukku."     

"Kau yakin bisa melakukan itu nantinya? Kau akan sangat sibuk setelah ini, Rei. Akan ada banyak jadwal manggung untukmu dan apalagi promosi." Nathan Ryuu agak menyangsikan ikrar Reiko.     

Wanita itu terdiam sejenak, merenungkan ucapan suaminya. Apakah dia harus melepaskan semua bidang usaha yang telah dia kelola selama ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.