Inevitable Fate [Indonesia]

Pembagian Kekuasaan dari Nathan Ryuu



Pembagian Kekuasaan dari Nathan Ryuu

0"Aku memiliki pengumuman mengenai ini juga." Bu Zein berkata. "Aku ingin ikut mereka ke Jepang."     
0

Ucapan Beliau sontak saja membuat kaget keluarga besarnya.     

"Mami!" Nanik yang memekik pertama kali. "Kenapa malah Mami ingin begitu?"     

"Mi, jangan pergi, yah!" bujuk Stanley.     

"Mamiku sayank, meski aku jarang di sisi Mami, tapi aku harap Mami masih di Indonesia saja." Aristea ikut membujuk ibunya.     

Sementara itu, Pak Zein tidak berkata apa-apa, Beliau diam karena isi hatinya sudah diwakilkan ketiga anaknya.     

"Oma, lebih baik tetap di sini saja, yah! Aku janji akan lebih banyak mengunjungi Oma." Yovea juga memohon ke Bu Zein.     

Sedangkan Bu Zein, dia melihat mereka yang sedang membujuknya dengan pandangan sayu dan senyum muncul di wajah Beliau sambil berkata, "Sudah berapa lama kalian mengabaikan aku, tapi ketika aku ingin pergi, kalian sibuk menahan dan membujukku. Bukankah kalian begitu egois?"     

Semua anak dan cucu yang hadir sama-sama menunduk. Reiko juga ikut menunduk karena merasa berdosa terlambat memberikan perhatian pada neneknya, meski sebenarnya itu bukan kesalahan dia.     

"Hanya Nanik saja yang kuanggap paling peduli padaku di antara kalian semua, iya kan Mas To?" Bu Zein menoleh ke suaminya, masih tersenyum.     

Namun, bagi Pak Zein, itu merupakan sodokan pada ulu hatinya, sebuah sindiran telak sang istri padanya. Beliau akui, Beliau memang abai pada istrinya semenjak sang istri ada di rumah sakit, hanya menyuruh Nanik sebagai anak perempuan yang tersisa untuk banyak mengunjungi Bu Zein di rumah sakit.     

Kini, sang istri menyatakan dengan halus mengenai protesnya akan sikap dia dan anak-cucu lainnya yang mengabaikan istrinya. "Mila, kamu bersungguh-sungguh dengan keinginanmu?" tanya Pak Zein.     

"Ya, tentu saja, aku ingin berada di negara dimana putriku dikebumikan. Dia selama dua puluh tahun lebih tidak bisa kukunjungi, dan kini sebelum aku tutup usia, aku ingin sedekat mungkin dengannya." Bu Zein tersenyum penuh arti pada suaminya.     

Pak Zein menelan ludah yang terasa pahit bagi jiwanya. Ya, dia adalah orang yang menekan dan menghalangi Bu Zein setiap istrinya ingin mengunjungi Rurike di Jepang.     

Tekanan batin karena tak bisa melihat putri kesayangannya itulah yang menyebabkan Bu Zein seringkali sakit dan harus bolak-balik ke rumah sakit.     

Kini, ketika ada harapan datang dengan hadirnya Reiko, mana mungkin Bu Zein melepaskan begitu saja?     

Maka, sudah menjadi keputusan bulat bagi Bu Zein untuk ikut Reiko ke Jepang.     

"Maafkan atas keinginan egois Oma ini, yah, Reiko." Bu Zein meraih tangan cucunya.     

"Nenek, jangan bicara begitu. Apapun akan aku usahakan untuk membuat Nenek nyaman."     

"Panggil saja oma seperti yang lainnya." Bu Zein menepuk-nepuk tangan Reiko di genggaman longgarnya.     

"Baiklah, Oma." Meski Reiko tak begitu terbiasa menggunakan panggilan itu, tapi karena Bu Zein yang meminta, mana mungkin Reiko menolaknya?     

"Kuharap aku tidak merepotkan kamu dan suamimu di Jepang nanti." Bu Zein merasa tak enak hati atas hal itu.     

"Oma, tak usah berpikir seperti itu. AKu justru sangat senang karena Oma ingin ke Jepang bersamaku." Mata Reiko sampai berkaca-kaca.     

"Oma, kami akan penuhi apapun keinginan Oma selama di Jepang, tolong jangan ragu mengatakannya." Nathan Ryuu ikut berkomentar. Kini dia sudah jauh lebih fasih berbahasa Indonesia setelah belajar keras.     

Bu Zein mengangguk, terharu akan perhatian cucu dan cucu menantunya. "Kalian terbaik karena kalian memang orang baik."     

-0—00—0-     

Pada hari yang telah ditentukan, Nathan Ryuu membawa keluarga kecilnya sekaligus Bu Zein, naik ke kapal pesiar yang dia panggil untuk berhenti di Indonesia.     

Menggunakan uang dan kekuasaannya, mana mungkin itu sebuah kemustahilan?     

Lindsay melihat iri karena mereka bisa naik ke kapal pesiar. Sedangkan Nanik dan Yovea melambai sambil tersenyum dan menahan tangis haru.     

"Mungkin memang ini adalah yang terbaik yang bisa kita berikan ke Mami Zein." Nanik berkata.     

"Iya, sepertinya memang kita akan jadi durhaka jika melarang oma ke Jepang." Yovea berkata.     

Maka, mereka semua, anak dan cucu Bu Zein yang ada di Indonesia, pergi mengantar rombongan Nathan Ryuu ke pelabuhan terbesar di Indonesia, menyaksikan Reiko dan yang lainnya naik ke kapal pesiar dan kemudian setelah beberapa jam, kapal itupun berlayar kembali.     

Perjalanan menggunakan kapal pesiar memang dipilih Nathan Ryuu sebagai cara untuk relaksasi bagi semua orang dengan menikmati hari-hari di kapal pesiar yang menawarkan berbagai fasilitas kelas atas dan hiburan terbaik.     

Pesawat pribadi Nathan Ryuu sudah terbang ke Jepang terlebih dahulu membawa banyak anak buah.     

Ketika rombongan keluarga Zein kembali ke mobil masing-masing, mereka dikejutkan dengan adanya surel dari pihak Nathan Ryuu.     

"Hah!" Mata Nanik seakan ingin melompat keluar. "Ini … sungguhan?" Lalu dia keluar lagi dari mobil dan berlari ke saudaranya yang lain.     

Mereka juga keluar dari mobil seperti Nanik dan bersama-sama mencocokkan surel dari Nathan Ryuu, khawatir itu palsu.     

Nathan Ryuu sebagai pemilik tunggal PT Zein Corp, mengangkat Aristea menjadi CEO utama Zein Corp. Sedangkan Nanik diberikan jabatan sebagai CEO untuk pabrik makanan dan tekstil. Sedangkan Stanley, dia diberikan jabatan CEO untuk pabrik paling kecil yang bergerak di bidang pembuatan kantong plastik.     

Sementara itu, pabrik kertas diserahkan kepemimpinannya kepada suami Nanik, Hendra. Untuk Pak Zein, dia dijadikan sebagai penasehat perusahaan saja, tidak memiliki wewenang lagi mengambil keputusan terhadap perusahaan.     

Apabila nantinya ada yang menurun kualitas kepemimpinannya, dan Nathan Ryuu mengetahuinya, maka dia berhak mengubah dan memberhentikan jabatan tersebut untuk diserahkan ke orang lain.     

Demikian garis besar bunyi surel dari Nathan Ryuu.     

Bisa dikatakan, Nanik memiliki 3 tanggung jawab, CEO PT Adamas Food dan PT Manunggal Pesona Serat, juga restoran 9 Phoenix.     

Setidaknya, Stanley masih diberi kesempatan kedua oleh Nathan Ryuu untuk membuktikan dirinya.     

Pak Zein tidak bisa melawan keputusan Nathan Ryuu karena dia memang sudah tidak memiliki wewenang apapun atas perusahaannya. Setidaknya, dia masih bernapas lega bahwa posisi CEO masih dipegang anak-anaknya. Hanya 1 yang diberikan ke Hendra untuk dikelola.     

Ini merupakan kejutan terindah dari Nathan Ryuu setelah begitu banyak drama terjadi di antara mereka.     

-0—00—0-     

Setelah sekitar satu bulan perjalanan di laut, kapal mewah mulai bersandar di pelabuhan Tokyo.     

Rombongan penjemput untuk Nathan Ryuu dan semuanya sudah disediakan beberapa jam sebelumnya. Deretan mobil yang mewah dan nyaman sudah siap digunakan pemilik dan keluarganya.     

Maka, begitu Nathan Ryuu mendapatkan kabar mobil untuk mereka sudah siap, dia segera membawa turun istri, anak, dan oma Zein.     

Sesudah semua rombongannya masuk ke mobil-mobil yang disiapkan, mereka meluncur ke vila besar Nathan Ryuu di pinggiran kota Tokyo.     

Vila juga sudah disiapkan dengan baik oleh para maid. Mereka tidak sabar ingin bertemu Rui yang menggemaskan di foto-foto majalah. para maid bangga bisa bekerja di tempat Nathan Ryuu.     

Sepertinya, kehidupan akan lebih menantang bagi Reiko setelah ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.